Terjebak Nostalgia by Raisa (12)

(PENTING!!: Cerita ini terinspirasi dari judul lagu di  album pertama penyanyi perempuan yang memilih berkarir pada jenis musik blues, jazz,soul yang  bernama lengkap Raisa Andriana. Nama albumnya diambil dari namanya sendiri RAISA, aku sengaja mengambil judul lagunya secara random  agar sesuai dengan alur cerita yang dibuat. Akan ada 9 sembilan cerita sesuai 9 track lagu di album pertama, tetapi semua cerita aku buat berkaitan satu dengan yang lain. Semua ide cerita berasal dari pemikiranku sendiri dan cerita ini  90 % fiktif) 

-Cerita ke 7-


cerita sebelumnya bisa dibaca disini http://ubieeva.blogspot.com/2013/08/apalah-arti-menunggu-by-raisa-11.html


6 Februari 2014

"Nin, yakin kamu mau pulang malam ini?"  Tanya Ray hati-hati kepadaku ketika dia mengantarku ke bandara. Sebenarnya aku menelpon taxi untuk ke bandara,  tapi Ray tetap memaksaku supaya aku diantarnya.

"Yakinlah Ray" Jawabku sambil melihat ke kaca, jujur saja aku sudah malas melihat wajahnya, meskipun dulu aku sangat tergila-gila dengannya tapi bagiku sekarang, dia benar-benar manusia yang tidak ingin aku lihat saat ini.

"Maafin aku Nin, itu semua di luar kehendakku, aku tadi..."

"Iya Ray, udah..udah..aku udah maafin koq, puas? tolong diam ya, kalau gak, turunin aja aku disini" Ray pun akhirnya diam sepanjang perjalanan.


Sesampainya di bandara.


"Kamu gak bisa pulang besok Nin?" pinta Ray sambil membantu mengangkat tasku.

"Gak Ray, ngapain juga aku lama-lama disini, tujuanku kesini  udah tercapai koq, aku dah dapat jawabannya" jawabku dengan muka sedatar mungkin dan menggiring koperku ke tempat penjualan tiket. Untungnya masih tersisa 3 kursi dengan harga yang tidak terlalu mahal, sepertinya semesta juga ikut mendukung aku pulang sesegera mungkin.

"Kamu gak makan dulu Nin? penerbangannya kan 1 1/2 jam lagi, ntar kamu sakit lagi" 
Ray menunjukkan perhatiannya kepadaku dan pura-pura tidak mendengar perkataanku barusan.

"Makan?? hmm iya bener juga...tapi saat ini aku maunya makan orang tuh Ray, kayaknya enak tuh, apalagi orangnya sekarang lagi dekat aku "  Lagi-lagi aku menanggapinya dengan datar.

"Nin, aku serius, aku bener-bener minta maaf! kamu boleh marah dan mukul aku Rin tapi jangan kayak gini ke aku."

"Mukul? Marah? ada-ada aja kamu Ray, udah mending kamu pulang aja deh..aku bakal nurutin kamu untuk makan asal kamu udah gak ada disini daripada makananku gak bisa ketelan dengan baik." Masih saja tampangku kubuat datar.

"Kalau itu maumu aku pulang sekarang Nin, kabari aku kalau kamu udah sampai ya Nin salam buat Rina"

"Iya aku bakal salamin koq ke Rina, kalo untuk ngabarin, sepertinya hubungan kita udah gak bisa menuntutku kasi laporan ke kamu lagi deh Ray."

"Maksud kamu?"

"Masak aku perlu jelasin lagi si Ray maksudku apa, aku tahu kamu bukan anak kecil lagi" 

"Tapi Nin, emang udah gak ada kesempatan lagi buat kita? aku bener-bener minta maaf Nin, aku janji gak akan kecewain kamu lagi"

"Enggak Ray, kamu sudah pake kesempatan itu dan malah kamu hancurin sendiri."Udah ya,,aku mau masuk neh.sekalian mau nyari makan didalam, bye Ray ak harap kalo kita ketemu lagi, kita bisa menjadi teman..sukses buat albummu ya.."

"Hmm..makasi Nin, tapi sebelum kamu pergi aku boleh minta satu permintaan Nin"

"Apa?"

"Boleh aku meluk kamu?"

"Hmm, oke.."

Ray pun memelukku tapi aku hanya terdiam dan tak membalas pelukannya. Setelah itu aku langsung masuk ke arah ruangan check in  tanpa memandang ke arahnya.

 Sambil menunggu panggilan untuk masuk pesawat diruang tunggu, samar-samar aku mendengar lagu Raisa yang ditayangkan video klipnya di TV dan ngepas banget lagunya "Apalah Arti Menunggu" dan disaat lirik .."Namun kurasa cukup ku menunggu..semua rasa tlah hilang..sekarang aku tersadar..cinta yang kutunggu tak kunjung datang..Apalah arti menunggu Bila kamu tak cinta lagi....."
Aku pun buru-buru lari  ke toilet karena air mataku yang tiba-tiba turun.

Bandara ini mengingatkanku ketika aku pulang ke Jakarta tahun lalu diantar Ray, waktu itu kami benar-benar tak mau berpisah dan berharap waktu berjalan lambat, bahkan sampai di ruang tunggu pun aku masih telponan ma dia. Kami pun berjanji bahwa akan sering bertemu. Tapi sekarang semuanya akan berbeda, tak ada lagi suara di telponku menanyakan aku sedang ngapain aja diruang tunggu dan tak ada lagi yang harus ku beri laporan ketika ku sudah sampai dirumah. Tak ada lagi seseorang yang akan menelponku setiap pagi dan aku mendengar curhatnya setiap malam lewat Skype.Semua berakhir.  Aku akui kalau aku juga berbuat salah dengan mengambil keputusan break, itu artinya aku ngasi kesempatan Ray dekat dengan perempuan itu. Ah tapi mau gimana lagi, aku tak mau menyesal dengan hubungan kami yang sudah berakhir ini.


Ketika aku keluar dari toilet sembari masih sibuk membersihkan mataku yang sembap karena air mataku yang tak kunjung berhenti, secara tak sengaja aku menabrak orang.

"Eh maaf..maaf...." Aku langsung meminta maaf dengan orang yang barusan kutabrak, aku siap dia marah karena aku yang kurang hati-hati. Bukannya mendengar dia marah, eh dia malah manggil namaku"

"Nina.?.kamu Nina Veronika Hendrawan bukan? "

Aku kaget dia memanggil nama panjangku dengan jelas. Aku pun memberanikan diri menatap wajahnya.

"Aku Timmy, Nin..masih ingat aku? Timothius Dimas Prasetya, kita 1 SMA dulu."

"Heh?? kamu Timmy? tunggu..tunggu..Timmy yang kukenal dulu dia itu kurus, pake kacamata,...

"hahhaah..Nina.nina..iya itu emang aku, tapi itu kan dulu Nin..gimana sekarang udah ingat? Dia menatapku sambil tersenyum.

Melihat senyumnya dimana ada 2 lesung pipit bertengger manis di pipinya, kurasa benar ini Timmy yang katanya Rina dulu, dia pernah naksir sama aku dan hampir saja nembak aku sayangnya dia keduluan sama Niko.

 "iya..iya aku ingat koq Tim, gimana kabar? weits udah jadi esmud sukses ni kayaknya" 
Aku melihat penampilannya memang berbeda dari jaman SMA dulu, badannya sudah lebih berisi sepertinya hasil fitness bertahun-tahun, udah gak pake kacamata lagi, mungkin dia sudah operasi lasik kali ya. Rambutnya pun udah gak klimis jadul kayak dulu sekarang potongannya khas esmud jaman sekarang, potongan rapi dengan aroma gel rambut yang wangi.

"yaah gitu deh Nin, aku sekarang nerusin bisnis real estate yang udah dibangun papaku yah sekalian masih belajar juga sih.., kamu gimana Nin? denger-denger baru lulus yaa..jadi mau lanjut kerja apa ada rencana lanjut kuliah lagi?" 

"Masih masukin lamaran kerja dimana-mana nih Tim, belom ada rencana lanjut kuliah lagi,..doain yaak supaya dapet cepet kerja.."

"Pastilah Nin, eh mending kita lanjut ngobrolnya di Starbucks aja yuk..keberangkatanmu masih lama gak? apa jangan-jangan jadwal keberangkatan kita sama lagi?"

"Masih sejam lagi koq Tim, aku ke Jakarta naik Garuda, kamu?"

 "Wah samaan dong kita..coba liat seat numbernya.." Aku pun menunjukkan tiketku"

"Tuh kan Nin, barengan kita duduknya" Timmy pun menunjukkan tiketnya karena melihat mukaku yang masih gak percaya.

"Eh iya..ya..asik dong aku ada temennya" Jawabku sambil tersenyum.

"Ya udah yuk..ngopi-ngopi dulu kita.." ajak Timmy.

 Tiba-tiba perutku berbunyi dan malunya kedengaran sama Timmy. Aaaarhhh malunyaaa..Aku baru sadar aku belum makan nasi sama sekali seharian ini, terakhir makan,  ya tadi siang makan cemilan yang disediain bibinya Ray di rumah, meskipun tadi udah ditawarin makan nasi tapi bener-bener gak ada nafsu makan.

 "Engg, kayaknya kita makan aja deh Nin, mukamu pucet tuh, kapan terakhir kamu makan? "

 "Kalo makan nasi sih kemaren Tim, kalo cemilan tadi siang eh sama tadi pagi di pesawat" Jawabku dengan muka yang sepertinya kalo liat di kaca benar-benar aneh.

"Hah?! Koq bisa?! kamu lagi puasa ya"

"enggak..udah..udah..makan yuk Tim...laperrr..nanti deh aku ceritain" ajakku supaya beralih ke cafe terdekat.


4 jam kemudian


Ketika hendak tidur, aku masih hpku, eh ternyata ada 3 pesan di inbox. Ketiga pengirim itu menanyakan hal yang sama, apakah aku sudah sampai rumah dengan selamat. Mereka adalah Rani, Ray dan Timmy. Tentu saja yang kubalas duluan adalah Rani lalu Timmy sedangkan Ray aku nitip jawabannya ke Rani. Rani merasa gak enak sama aku karena aku sudah putus dengan Ray, tetapi aku bilang putusnya aku dengan Ray gak akan ngubah persahabatanku dengan Rani.  Ketika smsku terkirim ke 2 nomor itu, tiba-tiba nada deringku telponku berbunyi, aku pun melihat nama pemanggil itu dan mengangkatnya.

"Nin, udah tidur?"

"Belom..kenapa Tim?"

"hmm..aku cuma bilang aku seneng kita bisa ketemu lagi, kebetulan banget yaa tadi bisa ketemuan"

"iya Tim, aku juga seneng koq, eh gak boleh ngomong gitu, gak ada kebetulan di dunia, semua terjadi pasti ada alasannya"

"tapi khusus untuk kamu, aku siap koq bikin kebetulan-kebetulan lainnya supaya bisa ketemu kamu lagi"

"hahaa..yee emangnya kamu Tuhan..dasar gombal, maksa lagi gombalnya ckckc."

"gak papa deh gombal yang penting bisa denger kamu ketawa gak kayak tadi di pesawat"

"emang tadi kenapa ya?? " aku pura-pura lupa atas kejadian tadi yang dia maksud.  Di pesawat aku cerita kenapa aku berada di Jogya sampe gak makan seharian, pas aku cerita tiba-tiba aku menangis lagi. Dia hanya terdiam, memberikan pundaknya supaya aku bisa menyembunyikan mukaku untuk nangis.

"Iya deh aku gak akan ngungkit-ngungkit lagi, bakal jadi rahasia kita berdua"

"hahaa..sip..sip..makasi ya Tim"

"Yup..sama-sama Nin, oiya kita masih bisa ketemu lagi kan? aku janji aku akan bantuin kamu cari pekerjaan"

"Widih..nambah gak enak aku sama kamu Tim, ngrepotin banget ya aku"

"Siapa yang direpotin? Aku gak ngrasa koq"

 "Iya..iyaa..makasi bangeeeet nget deh "

"Terus gimana kita masih bisa ketemuan kan?"

"Iya Timmy,pastilah.."

"Hmm..ya udah kamu istirahat gih..maaf aku gangguin kamu ya?"

"Gaklah Tim, nyantai ajalah, sekali lagi makasi ya buat yang tadi sama direpotin nyari kerja buat aku"

"sama-sama Nin.."

"have a nice dream yaa.."

"yup..u too "


15 Mei 2014


3 bulan telah berlalu sejak peristiwa putusnya aku dengan Ray. Selama 3 bulan itu pula, aku menghabiskan waktuku dengan Timmy, bersama dia aku mulai ceria lagi, meskipun terkadang bayangan Ray selalu datang di mimpi-mimpiku bahkan aku pernah salah manggil nama Timmy dengan nama Ray. Untungnya Timmy bisa memaklumi itu, tapi sampai kapan dia sabar hadapin aku yang tiba-tiba aja badmood kalo gak sengaja dengerin lagu disuatu tempat, yang ngingetin aku sama Ray?.
Pernah waktu kami lunch bareng, aku melihat tayangan berita tentang band Ray yang sudah mulai launching single pertama mereka di albumnya yang pertama. Nama bandnya D' Sky, ngingetin aku sama Cafe Blue Sky ketika dia nembak aku dulu.  Sempat juga waktu aku dan Timmy lagi kejebak macet yang membuat kami harus menunggu di mobil hingga 2 jam-an, secara random kami mencari saluran radio yang lagi muterin lagu-lagu enak, secara gak sengaja ada lagu baru yang diputerin di salah satu radio yang kami pilih. Timmy sih menikmatinya karena emang lagunya enak banget, suara vokalisnya juga. Eh tapi lama kelamaan aku pun hapal suara vokalis yang lagunya lagi diputer di radio ini,  itu lagu dari bandnya Ray, berarti kami berdua sedang nikmatin suaranya Ray dong, lagu yang dibawain judulnya Setelah Kamu Pergi dari single pertama mereka, lagi-lagi aku badmood.

 "Nin, lagi ngelamunin apa kamu? Timmy melambai-lambaikan tangannya ke aku.

"Engg..gak lamunin apa-apa koq Tim, tadi kamu ngomong apa? sorry aku gak denger" jawabku dengan rasa bersalah.

"Pasti ngelamunin Ray lagi"

"Ya ampun..enggaklah Tim" Dalam hati "maaf Tim, maksudku gak salah, aku masih mikirin dia.

"Nin.." Timmy pun memegang tanganku.

"Iya, Tim"

"Jujur aja setelah kita ketemuan lagi dan kita bisa habisin waktu sama-sama aku bener-bener bahagia Nin, dan aku sadar kalo aku bener-bener sayang kamu, aku gak mau kehilangan kamu lagi Nin"

"Timmy.." aku pun perlahan menarik tanganku. Aku merasa Timmy adalah orang yang terlalu baik buat aku dan aku gak pantas nyakitin dia.

"Kenapa Nin? kamu ragu sama aku? aku minta kamu kasih aku kesempatan buat ngebahagiain kamu Nin"

"Maaf Tim, aku gak bisa jawab sekarang. Sorry kalo selama ini aku seperti ngasi harapan ke kamu, tapi sebenarnya aku masih bingung sama perasaanku sendiri Tim, aku gak mau kamu seperti pelarian buat aku. Kasih aku waktu ya Tim, bisa?"

"Kapan Nin?"

"Minggu depan?"

"Minggu depan aku ke Singapore Nin, ada urusan bisnis disana, mungkin aku bakal disana selama 5 bulan, bisa gak kamu ngasi jawabannya sebelum itu?"

"Kalo gitu, tunggu aku dibandara ya Tim, kalo aku datang berarti jawabanku iya, kalau enggak berarti aku emang belum bisa Tim"

"Kenapa harus ketemu di bandara Nin?"

"Aku pernah baca sesuatu tentang bandara Tim. Bandara adalah tempat persinggahan dimana kita harus berani melepaskan atau menunggu seseorang, tempat kita bertemu juga berpisah, tempat kita menitikkan air mata karena kita bersedih atau terlalu senang, kamu inget gak kita bisa bertemu lagi sejak terakhir kali kita berpisah di perpisahan sekolah? di bandara kan?"

"Iya Nin dan aku harap bandara bisa jadi tempat kamu ngasi jawaban perasaan kamu ke aku, aku bener-bener sayang kamu Nin, aku harap kamu datang, kamu tau kan aku paling gak suka nunggu?"

"Iya Tim..aku tau koq"


Seminggu kemudian


Aku melihatmu dengan jelas Tim, tapi aku gak tau sampai kapan aku harus melihatmu dari sini. Apakah aku harus menemuimu atau tidak, karena kalau sampai kamu tahu keberadaanku, itu berarti aku sudah memberi jawaban ke kamu. Aku tahu kamu benci menunggu sehingga tak henti-hentinya kamu menelponku.

Maaf Tim, apakah ini jawaban yang harus aku beri ke kamu?

Aku pun bingung kenapa aku masih disini.

Aku juga benci menunggu.

-bersambung-


Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu

Namun aku takkan pernah bisa
Ku takkan pernah merasa 
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak diruang nostalgia

Semua yang kurasa kini..
Tak berubah sejak dia pergi
(Terjebak Nostalgia, Raisa)
















Komentar

  1. Wah jd berasa gimana gitu...
    aku suka tulisan yg ini:

    Bandara adalah tempat persinggahan dimana kita harus berani melepaskan atau menunggu seseorang, tempat kita bertemu juga berpisah, tempat kita menitikkan air mata karena kita bersedih atau terlalu senang,

    jd penasaran kelanjutannya..

    BalasHapus
  2. besok sudah cerita terakhir koq ris..sabaar yaa :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan