Pergilah by Raisa (10)

(PENTING!!: Cerita ini terinspirasi dari judul lagu di  album pertama penyanyi perempuan yang memilih berkarir pada jenis musik blues, jazz,soul yang  bernama lengkap Raisa Andriana. Nama albumnya diambil dari namanya sendiri RAISA, aku sengaja mengambil judul lagunya secara random  agar sesuai dengan alur cerita yang dibuat. Akan ada 9 sembilan cerita sesuai 9 track lagu di album pertama, tetapi semua cerita aku buat berkaitan satu dengan yang lain. Semua ide cerita berasal dari pemikiranku sendiri dan cerita ini  90 % fiktif)

-Cerita ke 5-



15 Januari 2014

"Nin.."


Suara itu memang tak asing lagi dan ketika aku sudah menaiki tangga teras rumahku, aku melihatnya. Pria yang benar-benar aku rindukan kehadirannya secara nyata, bukan mendengar suaranya di telpon atau melihatnya di Skype yang kadang kalo sinyal internet sedang buruk, gambarnya kadang tidak jelas di layar laptopku. Hilang semua kemarahan dan kecemburuanku yang membuat aku mendiamkannya selama berminggu-minggu.

"Ray!! kamu kapan datang?" Refleks aku menghambur ke pelukannya. Tetapi anehnya dia tidak membalas pelukanku.

"kamu kenapa sih Ray?" Aku merasa ada gelagat keanehannya sambil melepaskan pelukanku.

"Gak papa Nin, hmm bisa gak kita bicara di luar saja, aku gak enak kita ngomong disini"

"hmm baiklah, bentar aku ganti baju dulu, tunggu ya "



20 menit kemudian


Setelah saling diam beberapa lama, aku pun memulai obrolan kami yang tak terselesaikan di teras rumahku.

"Kamu kenapa sih Ray? datang gak bilang-bilang aku, kan aku bisa jemput kamu tadi?"

"Jemput?? hmm."   Muka sinis Ray benar-benar membuatku mulai emosi.

"Kenapa sih??! please ya Ray, kita baru aja ketemu lagi sejak aku balik ke Jakarta lagi, aku gak mau bertengkar sama kamu.

"Jemput gimana? emang kamu bisa ada waktu jemput aku sedangkan kamu lagi ma Niko? heh..." 

" Eh tunggu..tunggu..kayaknya kamu salah paham, eh gak kamu memang salah paham! maksud kamu apa ngomong kayak gitu ke aku?? dan ngapain juga bawa Niko segala? dia gak ada hubungannya Ray!"  Kusadari suaraku mulai meninggi. Untung saja kami memilih tempat makan yang pada waktu itu ada  pesta perayaan ulang tahun yang dihadiri oleh anak-anak TK beserta orang tua mereka yang sibuk ngerumpi, sehingga suaraku dapat terkalahkan oleh suara teriakan anak-anak itu.


"oow ngebelain nihh....siapa yang salah paham Nin? jelas-jelas aku lihat kamu diantar pulang sama dia, udah gitu kalian rada lamaan lagi didalam mobil sebelum kamu keluar, aku lihat semuanya Nin, JELAS!!"

"Ya ampun Ray! gak semua yang kamu lihat itu bener! denger ya aku tadi gak sengaja ketemu dia di jalan waktu aku mau cari taxi....."

"emang mobilmu dimana? koq pake taxi?"

"Makanya dengerin dulu, mobilku lagi masuk bengkel karena kemaren tetanggaku minjem mobilku dan dia nyerempet motor, untung rusaknya gak gitu parah tapi tetap harus dibawa ke bengkel."
Dan kamu bilang aku masih lama dimobil Niko? ya masak abis dianterin aku langsung keluar mobil? jadi aku sengaja basa basi ngajak Niko mampir kerumah dan sepertinya dia tau aku cuma basa basi ya udah dia bilang lain kali"

"oooo..jadi ada cerita "lain kali" neh? Ray sepertinya menyindirku.

"Ah tau ah Ray aku bingung jelasin apalagi ke kamu. Harusnya aku yang marah dan cemburu ngeliat foto-foto kamu sama si siapa itu?! Anggie??!
Gak bener ya tu cewek, udah tahu kamu punya pacar masih aja pose fotonya sama kamu bikin aku pengen ngejambak  aja rambutnya itu, kamu juga Ray! ngapain juga kamu foto berdua ma dia??! emangnya aku gak bisa ngelihat apa pose kalian itu!! kamu juga mikirin aku dong Ray! Cewek mana yang gak sakit hati kalo setiap kali liat Facebook ada foto pacarnya dengan cewek lain??! Okelah!! kamu memang gak upload fotonya tapi kenapa juga dia ngetag ke FBmu." 
Suaraku mulai meninggi lagi dan aku rasakan sebentar lagi aku akan menangis. Gak! aku gak boleh nangis disini.

"harus aku jelasin berapa kali sih Nin, supaya kamu percaya sama aku??!, capek aku Nin jelasin ke kamu kalo dia itu gak ada apa-apa sama aku! Dia itu udah aku anggap sodaraku sendiri Nin, kita udah kayak kakak adek, dia gak ada sodara laki-laki dikeluarganya, aku juga anak tunggal."

"hahhahaa..."kakak adek" kakak ketemu gede kali!!!! Aku pun tertawa paksa.

"Ah udahlah Nin, capeekk aku capekk, perkataanku gak pernah kamu dengerin!!

"Sama dong! aku juga capek!, capek kamu kasih alasan yang memang aku gak bisa percaya, hubungan "kakak adek?!! Omong kosong!!"

Kami pun saling terdiam lagi, aku pun meminum jus jerukku yang sudah tersedia dari tadi. Sambil mengatur napas, aku pun mulai pembicaraan kami lagi, dan sudah mengambil keputusan yang mungkin akan membuat hubungan kami akan membaik.

"Asal kamu tahu ya Ray, sejak awal sebelum aku mengambil keputusan untuk menerima cinta kamu, aku udah punya kekhawatiran hubungan kita akan mengalami hal-hal seperti ini. Aku ragu hubungan jarak jauh kita gak akan berhasil. Please, jangan salah paham dulu, dengerin aku"
Aku melanjutkan pembicaraanku ketika aku melihat Ray ingin mengatakan sesuatu.

"Aku memang gak ragu sama perasaanku ke kamu, dan juga perasaanmu ke aku. Aku cuma ragu cara kita menjalani hubungan kita. Dan benar kan? keraguanku terjawab. Kamu mau tau aku putus sama Niko dulu?

"kenapa?" tanya Ray dengan muka yang malas-malasan.

"Ya karena hal seperti ini juga, kami menjalani LDR-an selama 2 tahun. Sebelumnya kami sudah berpacaran sejak SMA selama 2 tahun jadi sudah 4 tahun kami berpacaran. Ketika dia memilih melanjutkan kuliah di luar negeri awalnya aku merasa sangat sedih tapi lama-kelamaan kami bisa menjalaninya. Hampir setiap waktu kalo kami ada waktu luang, kami bertemu lewat Skype. Tetapi semua hubungan tentu saja tak berjalan sesuai dengan yang kita harapkan kan?. Di tahun ketiga, kami sudah jarang komunikasi dan aku melihat foto-foto di Facebooknya dipenuhi dengan foto dia dan cewek-cewek disana. Ketika kudesak siapa mereka, akhirnya dia pun mengaku kalau dia sudah jadian dengan teman sekelasnya fotonya ada di salah satu foto yang dia upload. 6 bulan memang bukan waktu yang cukup untuk lupain Niko, Ray. Apalagi 2 bulan setelah kami putus dia kembali ke Indonesia, dia minta maaf lagi secara pribadi ke aku, hubungan kami sebagai teman perlahan mulai membaik. Lalu kamu datang Ray, aku pikir aku bisa membuka hati lagi sama orang baru dan ternyata benar. Kamu adalah orang yang tepat di waktu yang tepat, aku jadi percaya aku bisa jalanin hubungan LDR-an dengan baik-baik saja. Tapi semakin lama apalagi kita sering bertengkar seperti ini, aku gak tau Ray, aku masih bisa percaya ma kamu apa gak.
Kamu masih ingat gak Ray, pertengkaran kita pertama kali karna si Anggie itu? Aku merasa de javu aja, aku bakal ditinggalin sama kamu Ray"
Waktu aku ngomong bagian akhir ini aku tak kuasa membendung air mataku. Ray pun mendekatkan tempat duduknya dan hendak memelukku.

Aku menolak pelukannya. "Aku belum selesai ngomong Ray"

"Terus, kamu mau aku gimana Nin?"

Aku pun menghirup nafas dan mengatur nafasku karena bagian inilah yang tersulit yang aku harus aku katakan pada Ray. "Hmm..gimana kalo kita saling instropeksi diri Ray, mungkin  pertengkaran kita selama ini disebabkan perkenalan kita terlalu cepat, dan kita harus menjalani hubungan LDR-an ini"

"Maksud kamu Nin??" Ray masih bingung dengan perkataanku barusan.

"Gimana kalo kita break dulu Ray, ya status kita masih pacaran, bedanya komunikasi kita gak akan seintens seperti biasanya, aku tetap bisa hubungi kamu dan sebaliknya kamu juga, lagian ini juga kesempatan aku bisa konsen dengan skripsiku yang sepertinya aku akan di acc untuk ujian dan kamu juga bisa konsen dengan album perdanamu, gimana?"

"Kamu yakin Nin? kita jarang komunikasi aja, kita udah sering bertengkar apalagi kalo break Nin? Apa berhasil??"

"Justru itu Ray, aku mau kita coba belajar buat saling percaya satu dengan yang lain, gak da cemburu-cemburuan gak jelas kayak gini, kalo kita berhasil ngelewatinnya aku yakin hubungan kita akan baik lagi, gimana?"

"Berapa lama Nin?"

"Sebulan cukup?"

"Hmm okelah, kalau menurutmu itu yang terbaik buat hubungan kita berdua, ya mau gimana lagi, kamu udah mutusin, aku ikut aja"

3 minggu kemudian

Aku mulai berpikir tentang keputusan aku dan Ray 3 minggu lalu. Agak berat rasanya mengantarnya ke bandara, saat itu dia memelukku cukup lama dan mengecup keningku. Dia berharap keputusan yang kami buat tidak akan kami sesali di kemudian hari.  Ketika melamunkan dirinya sambil melihat foto-foto kami, terbersit sesuatu keinginan yang akan membuat perubahan besar hubunganku dengan Ray.Aku harus melakukannya. Harus.

-bersambung-

Kau telah tega
Berdusta di kala ku setia
Pergilah..pergilah..pergilah
(Pergilah, Raisa)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan