Apalah Arti Menunggu by Raisa (11)

(PENTING!!: Cerita ini terinspirasi dari judul lagu di  album pertama penyanyi perempuan yang memilih berkarir pada jenis musik blues, jazz,soul yang  bernama lengkap Raisa Andriana. Nama albumnya diambil dari namanya sendiri RAISA, aku sengaja mengambil judul lagunya secara random  agar sesuai dengan alur cerita yang dibuat. Akan ada 9 sembilan cerita sesuai 9 track lagu di album pertama, tetapi semua cerita aku buat berkaitan satu dengan yang lain. Semua ide cerita berasal dari pemikiranku sendiri dan cerita ini  90 % fiktif) 

-Cerita ke 6-



 22 Januari 2014

Semingguan pertama aku dan Ray masih saling berkomunikasi, aku mengabarkan kalau aku akan ujian minggu depan, dan aku harap dia bisa datang menemaniku untuk ujian, ya meskipun kami sedang masa-masa instropeksi diri tetap saja status kami masih berpacaran, jadi aku berharap dia dapat menemaniku disaat-saat moment pentingku. Sayangnya dia gak bisa datang, karena dia bilang minggu depan dia akan proses rekaman di villanya Iwan. Aku tanya emangnya gak bisa ditunda dulu, kan dia vokalis, bisa saja kan dia minta untuk mendapat giliran terakhir, yah tapi tetap saja dia bilang gak bisa datang. Dia bilang bandnya sudah mendapat sponsor untuk mendanai album perdana mereka, jadi dia tidak punya waktu untuk menemaniku ujian.


 27 Januari 2014

Ketika hari ujian tiba, aku menunggu telponnya untuk memberikanku semangat meskipun semalam kami sudah Skype-an tapi tetap saja aku ingin mendengar suaranya pagi ini, aku mencoba menelponnya hpnya masih gak aktif. Akhirnya bisa ketebak kan siapa yang menemani aku ujian?? Mereka adalah Rani, Niko dan Andiena, awalnya aku gak mau Niko tahu aku ujian tetapi karena si Rina memberi semangat ke aku lewat statusnya di FB, jadilah banyak orang yang tahu termasuk si Niko itu. Agak aneh sih rasanya Niko sampe ikut-ikutan nemenin aku ujian apalagi bareng Andiena, ya aku emang gak ada masalah ma Andiena toh aku yang ngenalin dia ke Niko jadi mungkin sebagai bentuk terima kasihnya ke aku, dia ikut nemenin aku dan mungkin takut aku ma Niko balikan lagi (kaleee..!). But hhelloooow!! ini Niko lho!! mantan-pacar-yang-sekarang-emang-jadi-teman-baikku malah nyediain waktu untuk nemenin aku ujian, sedangkan pacarku sendiri mana??!!telpon aja enggak..huffhh....Rani justru gak enak sama aku, dan aku sempat melihat dia sepertinya mencoba menelpon Ray, sepupunya itu, yah tapi sepertinya gak nyambung-nyambung. Ah sudahlah, aku mencoba menenangkan diri supaya moodku gak berpengaruh ke presentasi  pada  ujianku yang 15 menit akan dimulai. 

1 jam kemudian

Untungnya ujian berjalan lancar dan aku mendapat nilai A. Ucapan selamat untuk keberhasilanku kudapatkan melalui telpon maupun dari jejaring sosial yang aku ikuti, tapi tetap saja ada seseorang yang aku tunggu dari pagi untuk memberiku semangat dan sekarang dia masih belum menghubungiku. Malamnya ketika aku mau tidur, seseorang itu pun akhirnya menelponku.

"halo..Nin"

"hmm..iya Ray, tumben telpon.." jawabku sambil nyindir.

"koq gitu jawabnya?"

"mang kenapa, gak boleh?"

"iya, aku salah, aku minta maaf, tadi tuh hpku dipinjem Anggie dan dia salah setting kehapus deh semua nomor, terus tadi aku juga sibuk rekaman, jadi....

"Anggie lagii...anggie lagi..heh..sudahlah Ray, gak usah banyak alasan..terus koq bisa telpon aku sekarang?

"Bukan gitu Nin, aku mau jelasin...."

"udahlah Ray, masih 2 minggu ini kan perjanjian break kita diakhiri, masih ada waktu koq untuk kita pikir baik-baik hubungan kita ke depannya kayak gimana?"

"koq kamu ngomong gitu sih Nin?!! tuh kan apa yang aku bilang, aku emang awalnya gak yakin keputusan kita break ini bakal membuat hubungan kita baik, tapi aku ikut aja dan ternyata bener kan, lagi-lagi kamu cemburu gak jelas sama aku"

"iya deh Ray, apa yang kamu omongin semua emang bener aku yang salah, aku yang selalu bikin kamu tergangggu dengan kecemburuanku yang berlebihan, puas??"

"tuh kan kamu mulai lagi..capek aku Nin"

"Aku juga Ray, aku tidur dulu ya, bye!"

"Nin,,eh Nin tung........."

Aku pun langsung menutup telponku dan menonaktifkan hpku.

Tak lama terdengar suara telpon rumahku berbunyi, aku tahu itu pasti Ray. Ah aku malas, lebih baik aku pura-pura tidur saja dan benar ibuku memanggil-manggil namaku lalu mengetuk kamarku serta membukanya tetapi ketika beliau melihat aku tidur, dia menutup pintuku kembali dan mengatakan ke Ray kalau aku sudah tidur.

Aku pun tak tahan untuk tidak menangis di balik bantal yang menutupi mukaku, suara isakku yang pelan pun lama-lama menjadi keras, aku pun menggigit bantalku supaya ibuku tidak mendengar aku menangis. Aku benar-benar capek, capek karena persiapanku menjelang ujianku  juga perasaanku. Bahkan disaat kami menelpon pun, aku menunggu kata selamat keluar dari perkataannya untuk keberhasilanku tetapi malah yang keluar nama cewek itu, hatiku benar-benar sakit.


5 Februari 2014


3 minggu telah berlalu sejak aku dan Ray memutuskan untuk break sementara dari hubungan kami. Dan aku pikir, aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki hubungan kami.  Aku bertanya kepada Rani, apakah  yang akan aku lakukan ini dapat memperbaiki hubungan aku dan Ray, dan Rani pun setuju 100% , dia juga berjanji akan merahasiakan rencanaku ini.

6 Februari 2014

Akhirnyaa sampe juga di kota ini. Yah..aku sengaja datang ke Jogya untuk menemui Ray dan memperbaiki hubungan kami, meskipun perjanjian kami masih seminggu lagi tapi apa salahnya kalau kami bisa memperbaikinya sekarang? lebih cepat bukanlah lebih baik, lagian aku juga gak mau kalo Valentine minggu depan, kami masih marahan. Tahun ini akan menjadi Valentine pertamaku bersama Ray, aku mau mempersiapkan semuanya dengan baik, masak hanya karena status kami sedang break aku tidak bisa merayakan hari kasih sayang itu bersamanya. 

Aku juga sengaja tidak memberitahu Ray tentang kedatanganku, yah ceritanya mau ngasi kejutan ke dia. Dari bandara aku langsung menuju kerumahnya. Sesampai di rumahnya, aku melihat sepertinya rumahnya kosong tapi ya sudahlah, aku mencoba menekan bel rumahnya. Setelah 2 kali memencet bel, pembantunya keluar menyambutku.

"Pagi Bi', Raynya ada??" tanyaku

"Yah non, den Ray baru aja pergi 15 menit lalu.."


"Heh, kemana bi"? koq itu sepertinya mobilnya Ray?? Aku melihat mobil Ray yang terparkir di halaman.

" ooo..tadi den Ray dijemput non Anggie, katanya sih mereka mau pergi ke Solo gitu tapi bibi gak tahu ke Solo ngapain"

Mendengar hal itu, aku tidak tahu harus bagaimana lagi, benar-benar aku bingung, aku sengaja datang khususnya untuknya tapi dia malah pergi sama cewek itu, iya sih kita masih break tapi gak bisa gitu juga kali seenaknya pergi dengan cewek lain dan gak ngabarin aku.

"Non, masuk aja dulu, mungkin ntar sore mas Raynya balik"

"ehmm gak usah bi, saya pulang saja"

"jangan non, non udah capek-capek kesini, sini..sini bibi bantu bawa tasnya" . Tasku langsung diambil alih oleh pembantunya Ray yang telah bertahun-tahun kerja dirumah mewah itu."

Sesampai di ruang tamu, bibi pun bersiap-siap menyiapkan minuman dan cemilan untukku.

"Ini non, silahkan dicicipi"

"haduh mas Ray itu perginya tadi buru-buru Non, telat bangun sampai sarapan aja gak sempat" cerocos bibi dengan membuka buka toples-toples dengan harapan aku bisa mencicipinya.

"Bi, kalo boleh nanya si Anggie emang sering kesini ya?" tanyaku.

"Iya Non, hampir tiap hari tuh, ah tapi bibi kurang suka ma dia, orangnya sering gak sopan ngatur-ngatur bibi kayak bibi pembantunya dia juga, mas Ray sekarang orangnya juga suka berubah, pulangnya selalu telat, bibi sering bangun tengah malam buat bukain pintu.

"Emangnya Ray gak ada kunci??"

"Ada sih Non, tapi dia tiap malam selalu pulang dalam keadaan mabuk dan pasti si non Anggie yang anterin" Lalu bibipun menceritakan semua yang terjadi tentang perubahan-perubahan sikap Ray, tapi aku sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi mendengar ceritanya.




Aku mencoba menelpon Ray lagi-lagi hpnya gak aktif.
Malam pun tiba, aku masih duduk menunggu Ray diruang tamu, sebenarnya sih aku tadi langsung mau pulang saja, namun aku pikir, kami harus bicara secara langsung. Tak lama kemudian, aku mendengar ada suara mobil datang. Mungkin itu Ray, aku langsung keluar rumah untuk menyambutnya.

Tetapi apa yang kulihat ternyata menjadi jawabanku selama ini.
 
Tubuhku kaku, kakiku berdiri tegak dan aku menahan air mataku supaya tidak tumpah melihat adegan yang tidak ingin aku lihat. 

Setelah 5 menit berlalu, Ray baru tersadar aku sedang berdiri melihatnya berciuman dengan cewek itu.

"Nin..se se jak ka ka pan kamu disini?" Tiba-tiba ia gelagapan melihatku.

"Dari pagi Ray, dan kurasa aku sudah tahu arah hubungan kita akan kemana"

"Maafin aku Nin, ini gak seperti yang kamu lihat, kasih kesempatan aku buat jelasin"

"Cukup Ray, aku rasa apa yang kamu lakuin sekarang, udah jadi jawaban buat aku ngambil keputusan ini"

"Nin! kasih aku kesempatan..."

"Aku gak tau Ray, masih bisa kasih kamu kesempatan buat kamu apa gak, tapi untuk sekarang aku cuma mau pulang"

-bersambung-

Sekarang aku tersadar
Cinta yang kutunggu tak kunjung datang
Apalah arti menunggu
Bila kamu tak cinta lagi
Dahulu kaulah segalanya..
Dahulu hanya dirimu yang ada dihatiku
Namun sekarang aku mengerti
Tak perlu ku menunggu
Sebuah cinta yang semu
(Apalah Arti Menunggu, Raisa)








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan