Soreku Bersamamu


Berdansa sore hariku
Sejiwa alam dan duniamu
Melebur sifat kakuku

Hal bodoh jadi lucu
Obrolan tak perlu kala itu
Oh tersalurkan aliran syaraf buntu
Martin tua media pembuka
 

(Fana Merah Jambu, Fourtwnty)

 

Soreku beberapa hari terakhir sangatlah berbeda daripada sore-sore sebelumnya..

Sejak dia datang ke kehidupanku tanpa aku duga..

Iya dia sosok pria yang tak kuduga dan tak pernah kupikirkan..

Dia mengejutkanku dengan pernyataan cintanya ketika membawakanku makanan favoritku karena kalah taruhan dariku.

Kala itu aku tidak mampu berucap..smua rasa jadi satu..

Ternyata dia mengagumiku sejak awal kami bertemu..cuma rasanya ini terlalu cepat bagiku bila ku membuka hati lagi..

Ah tapi apa salahnya jika aku mulai membuka hati dengan cara berteman? Aku mau menjalani hubungan ini dengan tidak berekspetasi terlalu tinggi..

 

“Halooo…met sore…lagi dimana?”  Aku menyapanya sore itu di Whatsapp ketika aku lagi pengen banget makan martabak telur.

 

“Ada di rumah nih bosque, gimana..gimana?” Ia pun cepat membalasnya…syukurlah..

 

“sibuk gak?” tanyaku

 

“engga, kenapa?”

 

“aku mau minta tolong, bisa gak?”

 

“ya…minta tolong apa?”

 

“Tolong belikan martabak telur dong…pengen ngemil nih..nanti aku ganti uang ya”

 

“sekarang?”

 

“iya..sekarang..bisa gak?”

 

“ahsiapp bosque! :D

 

Tak lama kemudian dia sudah datang dengan martabak telur yang kupesan. Aku pun sudah menyiapkan teh untuknya dan kami mengobrol lama sore itu.

Berawal dari sore itu berlanjutlah ke sore-sore lainnya..

Dia pun selalu sigap mengantarku kemana saja entah karena urusan pekerjaanku.

Terkadang hanya berputar-putar saja di alun-alun kota sambil mengobrol topik apa saja yang kami temui di jalan dan berakhir minum es cendol di warung langganan kami.

Pembawaannya yang humoris dan hangat membuatku nyaman berada di dekatnya.

Obrolan-obrolan receh hingga serius kami bahas dengan serunya..

Aku pun tak perlu takut menjadi diriku sendiri saat bersamanya.

Makanku yang sedikit berantakan..

Tawaku yang lepas..

Ejekan-ejekan sarkasku..

Pemikiran-pemikiranku..

Aku pun semakin kagum dengan cerita hidupnya..

Aku pernah bertanya padanya kenapa ia tidak jual motor buntutnya dan menggantinya dengan mobil karena aku tahu tabungannya cukup untuk membelinya namun ia bilang dia menabung untuk modal usahanya kelak jika ia sudah tak bekerja lagi di tempat kerjanya sekarang.

Kesederhanaannya membuat tembok-tembok pertahanananku mulai runtuh..

Namun aku mau tak mau terlalu cepat berharap..

Luka-lukaku belum sembuh semuanya..

Jujur saja aku juga masih kaku mengungkapkan rasa sayangku padanya..

Aku juga belum bisa mengakui rasa yang hadir pada hatiku..

Aku takut apakah ini karena aku kesepian?

Apakah aku sudah SIAP?

Pernah hampir seharian aku cuekin dia dan memblokir nomornya karena aku marah dia lupa dengan janjinya padahal dia sudah meminta maaf padaku..

Pikiranku tidak tenang kala itu..

Tapi gak sampai 24 jam aku menyapanya lagi..

Dan reaksinya diluar dugaan..

Dia membalas pesanku dan menelponku memastikan aku baik-baik saja padahal dia baru saja pulang dari tempat yang jauh karena pekerjaannya..

Suaranya yang lelah terdengar olehku bahkan ia berjanji akan membelikanku es krim esok sorenya selepas dia pulang kerja..

Astagaa….

Gimana gak luluh?

Aku yang terbiasa memberikan segala sesuatu kepada mereka yang kukira terbaik di mataku kala itu tanpa berharap aku diberikan hal yang sama..

Tapi ini..

Segala hal tentangnya membuat aku sadar sepertinya dia memang hadir untukku..

Aku tak mau ragu-ragu lagi..

Apakah Semesta mendukungku?

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan