Romantisme Jogya dan Kesederhanaan Salatiga

Joko Pinurbo : "Yogya itu terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan"
Arrunna : "Salatiga itu terbuat dari rolade, kesederhanaan, dan setumpuk kenangan"

Tulisan kali ini terinspirasi dari status temanku namanya k' Arunna yang aku kutip  statusnya diatas, mungkin kalian sudah familiar dengannya karena sudah beberapa kali aku menyebutkan namanya di tulisan-tulisanku sebelumnya. Sebenarnya ketika aku membaca statusnya pada tanggal 12 Agustus 2013 lalu aku tergelitik untuk mengembangkannya menjadi sebuah tulisan cuma karena waktu itu aku sedang mengikuti #Ajakanmenulisrandomsetiaphari dan setiap tulisan yang aku buat setiap hari adalah hasil tulisanku secara spontan, bebas bahkan cenderung singkat karena waktunya mepet dengan proyek menulisku yang lain yakni #CeritaDariKamar aku pun menunda tulisan ini 

Aku sengaja menundanya karena apa yang aku ceritakan ini tergolong cerita yang "berat" alias cerita dari pengalaman pribadiku. Kata orang cerita dari pengalaman pribadi  biasa disebut non fiksi cenderung lebih gampang untuk dituliskan tetapi menurutku cerita non fiksi cenderung lebih susah karena kita harus mengingat kembali apa yang pernah kita pikirkan, lakukan, apa yang yang kita lihat, apa yang kita kecap, apa yang kita pernah dengar intinya semua yang pernah kita alami dalam kehidupan, kita perlu saring lagi untuk dikonsumsi oleh publik. Sedangkan kalo cerita fiksi, aku lebih mudah untuk menulisnya, karena ketika orang bertanya lho koq bisa gitu sih ceritanya? koq bisa romantis sih endingnya atau aah..kenapa jadi gantung gini sih? aku bisa dengan mudah menjawab namanya juga cerita boongan, suka-suka akulah nulisnya hehehe...walaupun di cerita fiksi itu ada sedikit pengalamanku yang aku tulis tetapi kuubah sedemikian rupa sehingga orang mengira itu tulisan fiksi 100 %.

Pemilihan judul tulisan ini disamping terinspirasi dari status temanku itu juga berdasar dari pengalaman pribadi yang aku alami di dua kota ini. Jogya dan Salatiga mempunyai kesan tersendiri didalam kehidupanku. Banyak kenangan manis dan pahit yang aku alami terjadi di dua kota ini. Oke..aku akan mulai bercerita tentang 2 kota ini.

Jogya 
Masih teringat jelas di benakku tentang pertama kali aku datang ke kota ini. Waktu itu aku masih kelas 3 SMP di Jakarta, dan sekolahku mengadakan karyawisata ke kota ini. Kami berkunjung ke beberapa obyek wisata yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan, Museum Dirgantara hmm Malioboro, Keraton. Kami menginap di penginapan kawasan Kaliurang, hawanya sejuk sehingga membuat kami betah untuk menghabiskan waktu dikamar kalau kami sedang tidak ada jadwal untuk jalan-jalan.

Kedatangan kedua ke kota Jogya yakni ketika aku kelas 1 SMA di Salatiga. Aku pergi ke Jogya bersama kakak sepupuku yang bernama Joyce. Ketika itu aku hampir tidak jadi ikut karena kelasku kebagian untuk ikut obade, yakni jadi tim paduan suara mewakili sekolah untuk bernyanyi pada acara 17 Agustusan di lapangan Pancasila. Setiap sekolah dari kota Salatiga pun akan hadir pada upacara kemerdekaan di Lapangan Pancasila pada tanggal 17 Agustus termasuk perwakilan sekolahku, apalagi kelasku terpilih untuk datang. Hanya karena aku tidak mau ditinggal pergi kakakku di kosan, yah kami sekamar waktu itu sebelum aku punya rumah sendiri dan kami pindah bersama maka pada tanggal 16 Agustus aku ikut kakakku bergaya backpacker ke Jogya. Kami naik bus lalu lanjut naik kereta ke Jogya. Kakakku sudah menyiapkan koran kalau kami tidak kebagian tempat duduk di kereta yang tarifnya hanya 10.000an itu, eh bener juga dia,sesampainya di kereta mungkin juga banyak orang yang liburan ke Jogya, kami pun gak kebagian tempat duduk.hufhhh tapi ya sudahlah kami tetap menikmati perjalanan kami ke Jogya. Sesampai di Jogya kami pun mencari penginapan murah yah namanya juga liburan ala backpacker yang penting kami bisa tidur serta malamnya bisa jalan-jalan di Malioboro, maklum penginapan kami dekat banget sama di jalan Malioboro jadi tak perlu mengeluarkan uang untuk transpot. Besoknya kami jalan-jalan bersama teman SMA kakakku mengelilingi Jogya. Tempat yang wajib buat kami yang masih pelajar serta mahasiswa apalagi bagi kami yang suka beli buku dengan harga miring, shopping merupakan tempat wajib yang musti didatangi. Letak tempatnya di belakang Taman Pintar.

Sejak itulah aku mulai suka datang ke Jogya, kedatangan-kedatangan selanjutnya menjadi seperti petualangan sendiri untukku. Aku tak pernah bosan datang ke kota ini. Aku pernah menghabiskan beberapa hari di kota Jogya di kontrakan sepupuku yang bernama bung Jermy. Bersama teman-temannya aku diajak keliling kota Jogya naik motor pada malam hari, makan di angkringan, nonton di Bioskop, ke Gereja yang alirannya anak muda banget beda dengan tata ibadah yang biasa aku ikuti. Pernah bersama kakak sepupuku yang datang dari Jakarta yang bernama k' Ranny kami merayakan ulang tahun bung Jermy. Kami bertiga sering jalan-jalan bersama bahkan mencoba peruntungan melewati kedua pohon beringin besar di alun-alun kota Jogya. Bung Jermy ini juga suka membuat kami berdua mellow di kontrakannyaa gara-gara dia tau kami berdua orangnya melankolis jadi tuh ya dia suka donlot lagu/video klip korea/film korea yang menyedihkan demi membuat dia tertawa-tawa puas melihat kami mewek menonton maupun mendengarkan lagu/video klip serta film korea. Film yang masih aku ingat mewek sampe mata bengkak yakni film korea yang berjudul The Classic dan video klip yang membuat aku mewek sampe sesenggukan yakni video klip yang berjudul Kiss.
Saking seringnya aku maen ke kontrakan kakak sepupuku itu, aku jadi suka dengan salah satu teman kontrakannya. Diam-diam aku pernah foto candid ketika kami lagi duduk bersama di ruang santai. Cerita selanjutnya tentang cowok yang aku ceritakan ini bisa dibaca di tulisanku yang terdahulu, silahkan cari sendiri :P

Lanjut ya ceritanya..

Kedatangan berikutnya di kota Jogya, aku bertemu dengan seseorang di bandara, karena tiket pesawatku dititipkan oleh kakak sepupuku kepadanya. Pertemuan singkat itu ternyata berlanjut melalui sms-sms yang ia kirimkan kepadaku. Singkat cerita kami pun menjalin hubungan tetapi hanya sebentar saja. Meskipun sebentar tetapi hubungan itu menjadi pelajaran bagiku untuk tidak cepat-cepat mengambil keputusan dalam menjalin hubungan.

Jogya menyimpan banyak cerita didalam hidupku terutama hal-hal yang manis. Aku pernah menghabiskan waktu dengan orang yang pernah aku sukai di kota ini. Kami pernah nonton, jalan-jalan, makan di angkringan, nyanyi-nyanyi di mobil walaupun itu dilakukan bersama teman-temanku yang lain tetapi tetap saja aku merasa itu hari yang paling menyenangkan dalam hidupku. 

Oya, di pinggiran kota Jogya yakni disalah satu pantai yang ada disana, aku pernah bersama teman-teman dekatku melakukan suatu permainan "Jujur atau Jujur?" jadi maksud dari permainan ini kita saling jujur satu dengan lain,kami janji takkan pernah membocorkan rahasia kami. Berawal dari botol yang diputer dari salah satu teman kami, ketika moncong botol itu terarah kepada salah satu dari kami, maka orang itu harus bersiap melakukan suatu pengakuan "Jujur atau jujur?" alias tak ada pilihan lain selain kejujuran. Pada malam itu pengakuan demi pengakuan pun mengalir dari bibir beku kami yang mulai kedinginan karena angin laut. Dari pinggiran pantai kami pun akhirnya berpindah tempat ke salah satu teras rumah / warung penduduk. Setelah acara pengakuan kami lanjutkan dengan saling sharing mengenai kehidupan kami, kami saling memberi opini serta saran untuk kesuksesan kami di masa depan. Subuh pun hampir tiba, mata kami pun terasa berat lalu kami menyiapkan posisi untuk tidur. Dengan alas tidur seadanya kami pun tidur tetapi gak sampai nyenyak, karena kami berencana mengejar waktu matahari terbit untuk hunting foto dengan latar belakang matahari yang akan muncul malu-malu di balik awan.

Pengalaman-pengalaman itulah yang membuatku seringkali merasa romantis bila berada di kota gudeg ini. Keromantisan yang aku rasa mungkin juga dialami oleh para musisi serta penulis untuk menulis lirik lagu maupun ide cerita mengenai kota Jogya. Romantisme Jogya yang kental menjadi alasan terciptanya lagu Jogyakarta yang dinyanyikan oleh band Kla Project. Ini lirik dan video klipnya aku sisipkan bisa dilihat sapa tau ada yang mau nostalgia :)

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu

(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati

Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…

sumber www.rizkyonline.com

Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…

(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…





Mungkin eh bukan mungkin sih  tapi memang saking melegendanya lagu ini, maka lagu  pun dinyanyikan ulang oleh band Ungu dalam rangka atribute to Kla Project. Ini versi terbarunya.




Selain lagu Jogyakarta, video klip lagu berjudul Tunggu Aku di Jakartamu juga bersetting tempat di Jogya. Maklum lagu ini tercipta dari dari band yang berasal dari kota Jogya yakni Sheila On 7. Pada cerita video klip ini, diceritakan ada sepasang muda mudi yang saling jatuh cinta di kota Jogya, ceweknya dari Jakarta dan cowoknya dari Jogya.Si Cewek ini ceritanya sih dia lagi liburan di Jogya terus ketemu deh sama si cowok di suatu tempat wisata, mereka pun menghabiskan waktu bersama di Jogya. Ketika ceweknya harus kembali ke Jakarta, maka si cowok berharap dia akan menyusul si cewek ke kota yang akan menjadi labuhan mimpi-mimpinya. 


Masih saja ku teringat,
kata iringi kau pergi,
jadikan sore itu satu janji
Kau akan setia untukku,
kembali untuk diriku,
mengingatku, walau aku jauh
[Verse 2:]
Akupun sempat janjikan,
ku kayuh semua mimpiku,
ku labuh tepat di kotamu
Dan kaupun s’lalu janjikan,
kau ‘kan menunggu ku datang,
bersatu kembali seperti dulu

[Verse 3:]
Dan bila akupun rindu,
pada nyamannya kecupmu,
pada hangatnya tawamu
Ku dendangkan dengan gitar,
lagu-lagu kesayangan,
sambil ku ingat, indah wajahmu

Wo~o…

[Reff:]
Tunggulah aku, di Jakarta mu,
tempat labuhan, semua mimpiku
Tunggulah aku, di kota itu,
tempat labuhan, semua mimpiku

[Interlude]

[Verse 2] ~~ [Verse 3] ~~ [Reff]

Tunggulah aku, di kota itu,
tempat labuhan, semua mimpiku
Tunggulah aku, di Jakarta mu,
tempat labuhan, semua mimpiku




Film yang berlatar belakang kota Jogya pun banyak salah satunya film yang baru-baru ini aku tonton yakni film yang berjudul Kata Hati. Ni bisa dilihat trailer filmnya, kali aja ada yang tertarik buat nonton :). Mengenai sinopsis ceritanya silahkan cari sendiri, aku gak pinter bikin sinopsis cerita yang ada kalian lebih tertarik dengar ceritaku lagi *GR :P.







Berikut gambar-gambar dari adegan yang kusukai di film Kata Hati


















Berbicara mengenai film, tentu tak lepas dari ostnya. Ost dari film ini dinyanyikan oleh penyanyi berkulit putih, imut, serta memiliki suara yang merdu bangeet namanya Nadya Fatira.Ni lirik lagunya.

 
Sore senja di sudut Jogja

Terucap doa kau tau isi hati ini

Dan bila itu tak terungkap

Tetap ku nikmati, rasa jatuh sendiri

Tak mampu ku ungkap segalanya



Izinkan ku renungkan

Sgala rasa…

Biarkan kata hati bicara

Dan bila kita tercipta

Untuk bersama

Biarkan kata hati yang tunjukkan



Mungkin nanti akan ku sesali

Hari ini ku diam dan tak lakukan

Tak mampu ku ungkap segalanya



Izinkan ku renungkan

Sgala rasa…

Biarkan kata hati bicara

Dan bila kita tercipta

Untuk bersama

Biarkan kata hati yang tunjukkan




Bercerita tentang Jogya memang takkan pernah ada habisnya dan daripada aku bercerita terlalu panjang mengenai kota ini maka aku akan melanjutkan ceritaku dengan cerita dari kota Salatiga.

Salatiga

Kota ini sudah tidak asing bagiku. Sejak kecil aku sering berkunjung ke kota ini karena adik-adik dari papaku berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana. Mamaku juga bercerita ketika dulu beliau mengandung diriku, beliau menghabiskan waktunya di kota ini. Mungkin karena hal-hal itulah aku menganggap Salatiga adalah kampung halamanku setelah Kupang.

Aku mulai menetap di kota ini sejak aku mulai bersekolah di SMA Kristen Satya Wacana. Awalnya aku ngekost dengan kakak sepupuku lalu 3 bulan kemudian mamaku pun membeli rumah serta merenovasinya. Kami pun pindah kerumah baru dan setahun kemudian mama serta adik-adikku juga ikut pindah ke rumah, sedangkan papaku masih bekerja di luar kota. Jadi sudah 11 tahun aku tinggal dikota ini.

Meskipun sudah lama di kota ini, aku mulai jatuh cinta beneran dengan kota ini ketika aku melanjutkan kuliah di Semarang pada tahun 2011. Pasti kalian mau bilang kenapa jatuh cintanya telat sekali?
Hmm..aku pernah mendengar ada orang bijak berkata kita akan menghargai sesuatu ketika kita mulai kehilangan. Terus apa hubungannya dengan jatuh cinta dengan kota ini? Jadi gini mungkin karena aku sudah terbiasa dengan kota kecil berhawa sejuk ini, jadi aku merasa biasa-biasa saja tinggal di kota yang terkenal dengan semboyan Salatiga Hati Beriman. Lalu ketika aku mulai kuliah di Semarang dan tinggal disana, aku jadi merasa kangen dengan kota kecil Salatiga ini Meskipun waktu tempuh 1 1/2 jam saja tetapi tetap saja aku merasa jarak Salatiga dan Semarang itu jauh sekali. Setiap hari Jumat tiba, wajahku akan sumringah karena aku akan pulang ke kampung halamanku.

Kalau ada pertanyaan "Apa sih yang spesial dari Salatiga?"

Aku akan menjawab "Kesederhanaannya"

Kesederhanaan kota ini tampak dari pusat perbelanjaaan di kota ini yakni Mall TamanSari alias Ramayana serta sepanjang jalan Jenderal Sudirman, dimana toko-toko saling berjejer hingga ke ujung jalan Sukowati. Ada istilah menarik dan cuma orang yang lama di Salatiga saja yang tahu istilah ini  apabila kita ingin jalan-jalan serta membeli sesuatu di kawasan Jenderal Sudirman yakni istilah "pergi ke kota".  Jadi kalo misalnya ada yang nanya "eh kamu mau ke kota gak? aku nitip beli ini (ini disini maksudnya menyebutkan kata benda ) dong" nah maksud "kota" disini artinya kawasan Jl Jenderal Sudirman. Entah siapa yang pertama mencetuskan istilah "kota" ini bila kita ingin jalan-jalan ke kawasan jalan tersebut yang pasti istilah ini pun akhirnya sering dipakai untuk menunjukkan kita akan menuju kawasan Jl Sudirman.

Kota Salatiga, tidak mempunyai mall sekelas Citraland/ Paragon seperti di Semarang/Solo juga tidak ada bioskop. Dulu sih ada, tetapi tempatnya gak banget deh, film-filmnya pun termasuk jadul. Jadi kalo mau nonton film terbaru ya siapkan waktu dan uang untuk nonton di kota Solo, Semarang atau sekalian jauh  sambil jalan-jalan ya ke Jogya.
Kalau para mahasiswa ingin mencari hiburan/refreshing paling ke cafe bagi yang suka nongkrong, pinjem novel/majalah/komik/film di rental-rental di sepanjang wilayah Kemiri bahkan sejak tahun 2009, sudah ada tempat karaoke Happy Puppy, sejak itulah muncul tempat-tempat karaoke lainnya tapi tetap saja belum ada yang mengalahkan Happy Puppy dalam hal soundnya serta ruangan-ruangannya.
Bagi yang suka berolahraga bisa fitness, maupun bersepeda. Tempat-tempat futsal pun mulai ramai pada 3 tahun belakangan ini.
 Oya bagi kalian yang suka gorengan, cuma di Salatiga yang ada gorengan bernama rolade. Rolade itu makanan dari daun singkong yang diolah dengan tepung lalu digoreng. Kata teman-temanku yang sudah meninggalkan Salatiga, di wilayah Jateng susah sekali menemukan gorengan Rolade, cuma di Salatiga mereka dapat menemukannya. Pernah saking sukanya dengan gorengan ini, temanku yang asli Salatiga dan sekarang sudah tinggal di luar pulau Jawa menanyakan resep bagaimana membuat rolade. Dia menanyakan pertanyaan itu di grup Whatsapp SMA dan temanku yang lain pun memberikan resepnya.
Apabila ingin menikmati suasana kota ini, kita bisa lho naik andong, tarifnya disesuaikan dengan kemana kita akan berkeliling minimal 10 ribuanlah, kita akan diajak berkeliling ke jalan Sukowati, Lapangan Pancasila lalu ke jalan Jendral Sudirman. Kalau mau jalan kaki pun boleh-boleh saja, apalagi kalo jalan-jalannya bersama teman-teman wah gak akan terasa capeknya.


Kalau aku disodori pertanyaan  "Apa sih yang kamu rindukan ketika kamu meninggalkan Salatiga?"

Dengan mantap aku akan menjawab "orang-orang serta suasana obrolan santai di saat menyantap makanan"

Kenapa begitu?

Aku sudah lama tinggal di kota ini dan aku baru menyadari kenapa aku sangat betah di kota ini ya karena orang-orangnya.

Mereka tidak menggunakan topeng untuk menunjukkan perasaan mereka. Kalau mereka marah ya marah, kalau mereka jengkel ya jengkel tidak ada yang ditutupi.
Aku juga bebas menjadi diriku sendiri. Tidak perlu make up, tidak perlu berbaju bagus kalo mau jalan-jalan. Cukup memakai kaos, celana pendek dan sandal jepit saja udah deh siap buat hangout.
Dulu aku dan teman-temanku sering nongkrong di lapangan Pancasila pada malam hari hanya untuk mengobrol sambil minum susu/teh hangat apalagi pada jaman itu kami belum memiliki gadget yang canggih yang menarik perhatian kami.
Selain di Pancasila, ada juga Night Cafe yang biasa disingkat NC. Cafe ini ada sekitar jam 10 malam hingga kira-kira jam 2 pagi, makanan yang disajikan sederhana yakni mie rebus, mi goreng, nasi kucingan.
Kalo mau minum yang hangat-hangat dan menyegarkan bisa menikmati semangkuk ronde sekoteng di sepanjang jalan. Kalau aku terbiasa dengan Ronde Jago walaupun harganya memang mahal dibandingkan dengan ronde-ronde yang dijual di pinggiran jalan tetapi aku sangat menikmatinya.


Pertanyaan selanjutnya jika kalian ingin menanyakan padaku "Lalu menurutmu dimana tempat yang menurutmu bersejarah di kota ini?"


Jawabanku adalah "Kampus"

Kampus disini artinya keseluruhan tempat di kampus ini yakni khususnya Sekolahku dulu serta wilayah kampus beserta gedung-gedungnya.
Banyak kenangan yang aku torehkan bersama teman-temanku di kampus. Dari kami masih berseragam putih abu-abu hingga kami berkuliah.
Setiap mau janjian ketemuan dengan teman-temanku, pasti pilihannya kalo gak di depan bank BNI kampus, paling di depan GAP, maupun depan Bank Bukopin.
Dulu ketika aku dan teman-teman SMAku masih bersekolah, kami punya tempat ketemuan di "Gubuk Derita, yakni tempat duduk depan gedung C (gedung fak Elektro) dan  dekat jalan menuju cafe rindang. Tempat itu seperti gazebo tetapi sekarang udah gak ada lagi bangunannya , yang tersisa cuma tempat duduk. Kalau aku mau nostalgia zaman SMA, kami selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi sekolah.


Salatiga menyimpan banyak kenangan yang tak bisa kuuraikan seluruhnya. Yang pasti aku akan merindukan kota ini setiap kali aku akan pergi jauh.

Aku akan rindu dengan kesejukan hawanya sehingga membuatku harus tidur dengan selimut.
Aku akan rindu dengan kabutnya di pagi hari yang membuat penglihatanku terbatas melihat jauh
Aku akan rindu dengan tawa hujan yang datang bila ia jatuh membasahi kota tercinta ini.





Sekian ceritaku mengenai kedua kota yang mempunyai arti bagiku. Bagaimana denganmu? :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemeran Utama (8)

MENANTI -end- (Chapter 12)

Pria di Ujung Dermaga