Pertemuan Mengesankan dengan para penulis favorit :)

Sejak SD aku suka sekali menulis apalagi kalo ada tugas mengarang wah bisa berlembar-lembar aku nulisnya. Saking suka nulis aku ingat aku pernah punya buku khusus ya semacam diarylah tapi cerita-ceritanya malah lebih ke arah nulis renungan. Karena suka nulis-nulis di  buku itu aku berpikir kalo udah besar aku akan jadi Pendeta (mulia sekali ya cita-citaku itu hheheeheh..) saking pengennya jadi Pendeta setiap kali ada yang nanyain  "Elva cita-citanya apa ni?" aku pasti akan menjawab dengan mantap.."Jadi Pendeta!" kalo aku inget-inget lagi ekspresi mereka yang nanyain aku waktu itu pasti mereka berdecak kagum padaku, anak seusia 7 tahun sepertiku udah berpikiran jadi Pendeta. Seiring berjalan waktu cita-citaku pun berubah apalagi waktu memasuki masa SMP, lagi memasuki masa alay cita-citaku berubah pengennya malah jadi artis (nah lhooo..:) kegiatan menulisku pun aku hentikan pada masa itu. Waktu memasuki masa SMA pun tiba, ketika ada guru Bahasa Inggris  meminta kami untuk menulis diary menggunakan Bahasa Inggris untuk dinilai pada akhir semester, kegiatan menulisku pun mulai menunjukkan keeksisannya. Walaupun aku sudah menyelesaikan tugas Bahasa Inggrisku tetapi karena sudah terbiasa menulis diary ketika mengerjakan tugas ya sudah aku lanjutkan saja. Menulis diary malah menjadi seperti rutinitas yang aku lakukan setiap hari (kalo lagi rajin), ya tapi ini bedanya pake bahasa Indonesia, jadi bebaslah nulis apa aja. 

Beranjak dewasa dan jadi mahasiswa kegiatan menulis pun tetap aku lakukan. Oiya selain menulis aku juga suka baca-baca buku juga, apalagi kalo SD paling suka kalo majalah Bobo terbaru udah keluar, dan Papaku membelikannya ketika beliau pulang kantor. Wahh aku bisa berebutan sama adeku Elmi untuk siapa yang membaca terlebih dahulu, sampe-sampe kami bisa menunggu papa di pintu pagar demi menjadi orang pertama yang megang majalah Bobo dan membacanya. Waktu SMA pun aku mulai suka membaca novel-novel teenlit.

Membaca dan menulis pun seperti sesuatu hal yang tak bisa terpisahkan dariku. Aku suka menulis karena aku emang orangnya suka cerita dan aku suka membaca karena aku bisa membayangkan tokoh-tokoh novel dalam pikirannku. Cuma waktu itu aku belum antusias banget untuk mengetahui lebih dalam mengenai dunia penulisan, aku hanya sampai di level SUKA aja belom CINTA.

Awal aku mulai jatuh cinta ma dunia penulisan terjadi pada tahun 2005. Tahun 2005 adalah tahun pertama aku menjadi mahasiswa S1. Waktu itu ada spanduk pengumuman bahwa Dewi Lestari akan datang ke kampusku untuk meet n greet buku Filosofi Kopi, acaranya diselenggarakan tepat pada waktu aku akan kuliah. Bingung juga sih besok mau bolos kuliah apa enggak? . Tapi karena aku termasuk anak rajin maksudnya selalu rajin masuk kuliah lagipula ada ketentuan 3x boleh gak masuk kuliah jadi aku mikir mending aku gunakan saja kesempatan "tiket" bolos kuliah untuk bisa bertemu dengan Dewi Lestari, yang terkenal dengan nama Dee,  pikirku waktu itu kapan lagi bisa ketemuan? kalo kuliah kan bisa datang minggu depan.Aku juga penasaran seperti apakah Dewi Lestari? koq dia bisa jadi penulis padahal dia dulu kan termasuk penyanyi dalam trio RSD.

Keesokan harinya acara Meet n Greet pun dimulai, aku bersama temanku Fara pun sepakat untuk bolos kuliah demi bisa menghadiri acara Meet n Greet bersama Dewi Lestari. Saat acara mulai, aku pun melihat Dewi Lestari datang dan duduk di kursi yang sudah dipersiapkan oleh panitia, kesan pertama melihatnya orangnya memang cantik. Acara pertama, MC meminta Dee menjelaskan setiap cerpen yang ada di Filosofi kopi dan ada beberapa mahasiswa pun bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan standart seperti kapan mulai nulis? inspirasinya dari mana dll. Aku?? boro-boro nanya, aku aja belum tahu cerpen-cerpennya gimana karena aku belom beli bukunya. Aku teringat ada mahasiswa yang bertanya mengenai cerpen Rico De Coro yang ada pada salah satu cerpen buku Filosofi Kopi. Pertanyaannya  kalo gak salah kenapa Dewi Lestari  bisa terinspirasi menulis cerpen itu? Lalu Dewi Lestari menjawab tulisan itu emang tulisan paling panjang untuk dijadikan cerpen dan tergolong cerpen yang aneh karena tokoh utamanya yakni kecoa. Ia pun memberanikan diri untuk memasukkan cerpen itu ke majalah Mode dan dimuat deh.  Respon positif  pun datang dari pembaca sehingga cerpen menjadi cerpen paling fenomenal di tahun 1994.  Mendengar penjelasan dari penulisnya langsung, maka rasa penasaran  untuk membaca cerpennya pun timbul sehingga membuat aku terdorong membeli bukunya. Kebetulan MCnya bilang akan ada acara booksigning setelah sesi pertanyaan. Ya udah deh aku beli buku Filosofi Kopi di acara itu demi bisa dapat tanda tangannya si Dee untung saja uangku cukup banget buat beli buku.Singkat cerita acara booksigning pun dibuka, semua peserta yang datang pun maju ke depan dan berebutan untuk minta tanda tangan dan foto bersama. Untung saja aku masih dapat bagian untuk dapat tanda tangan dan foto bersama dengan penulis cantik Dewi Lestari..aslii seneeeeeeeeeeeeeeeeng bangeeeeeeeeettt :)



Sejak pertemuan dengan Dewi Lestari inilah, aku pun mengikuti setiap buku yang ia keluarkan. Aku mengagumi setiap tulisan dalam buku-bukunya dan mulai belajar untuk menulis dengan caraku. Aku mengikuti Facebook, Blog, Instagram serta Twitternya. Pernah aku mention beberapa kali di Twitter tapi belum dapat tanggapan, ah tapi sudahlah masih banyak hal lain yang harus kupikirkan daripada sekedar bertanya "koq tweetku gak dibalas sih?". Ya mungkin karena kesibukannya dan pasti bukan hanya aku saja yang mention ke tweetnya. Aku musti bersaing dengan para penggemarnya yang pasti selalu mention ke twitternya. Its OK lah..tweet gak dibalas bukan berarti kita unfollow kan dan bukan berarti aku gak ngefans lagi ma dia?? Itu benar-benar pikiran dangkal. Bagiku Dewi Lestari tetap penulis favoritku sepanjang masa :)


Selain Dewi Lestari, penulis favoritku adalah Raditya Dika. Cara dia bertutur melalui tulisan-tulisannya yang ada pada buku-bukunya selalu sukses bikin aku senyum, ketawa garing sampe ketawa guling-guling. Dari buku-bukunya itulah aku mulai mengagumi sosoknya dan kepo banget untuk tahu Twitter serta blognya. Aku juga selalu mengikuti acara di Metro TV ketika dia menjadi bintang tamu acara stand up comedy pada malam sabtu. Ada juga film-film pendek yang berjudul Malam Minggu Miko yang ditayangkan di Kompas TV, tapi aku sering menontonnya via Youtube. Tak pernah terpikir aku bisa bertemu dia secara langsung, tetapi kesempatan pun datang juga. Pada tahun 2011 aku dan temanku Eva yang biasa kupanggil Epoi sedang jalan-jalan di Gramedia Pandanaran, Semarang.  Ketika sedang mencari buku untuk mata kuliahku, aku mendengar pengumuman bahwa dalam rangka ulang tahun Faber Castell ke 250 tahun, maka akan ada acara di Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang menghadirkan Raditya Dika sebagai bintang tamunya. Semula aku tidak terlalu menggubris pengumuman itu karena harus membayar tiket seharga Rp 50.000. Sampai di kost karena mendengar radio yang memberitahukan tentang acara itu aku pun jadi kepikiran untuk membeli tiket itu. Dengan pikiran kapan lagi bisa ketemu Radiya Dika? udah deket ini daripada aku harus jauh-jauh ke Jakarta?. Yah jadilah aku membeli tiket keesokan harinya. 
Ketika pada hari acara ternyata aku harus mengikuti kerja kelompok di kos temanku tapi karena sudah ada tiket jadi aku pun berangkat awal untuk nyetor muka dan bantu-bantu dikitlah. Aku sengaja memakai baju untuk sekalian aku kuliah pada sore harinya, karena aku tahu sepertinya tidak ada waktu untuk pulang ke kost bila aku pulang dari acara di Udinus. Sejam sebelum acara dimulai, aku berpamitan kepada teman-temanku, mereka nanya aku mau kemana? aku bilang aja mau ketemu Raditya Dika di Udinus. Pertanyaan selanjutnya "Pergi sama siapa?" Aku bilang aja sendiri. Tanggapan dari mereka "ckck..berani banget sih kamu sendirian kesana? terus kamu tahu kampusnya dimana? Aku bilang aja gak tau kan ntar naik taxi pasti ntar tahu juga. Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, aku pun bergegas untuk pergi. Acaranya akan mulai setengah jam lagi jadi aku rada panik kalo datang telat. Sesampai di UDINUS aku hampir aja nyasar dan kayak anak ilang celingukan kanan kiri. Akhirnya aku memberanikan menanyakan gedung untuk acara Raditya Dika kepada mahasiswa-mahasiswa di dekat kafe. Aku pun diberi arahan untuk menuju gedung yang kumaksud. Huffh...sampai digedung itu ternyata sudah banyak mahasiswa yang datang. Aku mendapat tempat paling belakang :(. Ah ya sudahlah gak papa. Acara dimulai dengan acara stand up comedy lalu selanjutnya Raditya Dika pun menjelaskan mengenai tips-tips menulis yang baik dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari para mahasiswa yang datang. Pertanyaan-pertanyaan itupun beraneka ragam ada yang pertanyaan serius sampe gak penting untuk ditanyakan, begitu pula dengan jawaban yang diberikan Raditya Dika, dengan gaya khasnya yang kocak, songong, sok tapi sukses bikin aku ketawa mendengar jawabannya .Setelah itu kita dibagikan kertas oleh panitia untuk menulis dalam waktu 15 menit, boleh nulis apa saja dan kalo beruntung tulisan itu akan dibacakan di depan. Aku termasuk orang yang tidak beruntung untuk maju ke depan dan aku bersyukur untuk itu. Aku sudah bersyukur bisa bertemu dengannya dan bisa mengambil ilmunya.

Raditya Dika bilang jangan takut gak dapat ide untuk nulis, tulislah kegelisahan-kegelisahan hidupmu dan jadikan tulisan.
 Oya berhubung tahun 2011 hpku masih jadul banget makanya gak bisa ngambil fotonya dengan jelas bahkan ketika kucari lagi fotonya udah gak ada hiks...hiks..
Jadi sebagai buktinya ini kutunjukkan robekan tiket serta hadiah tas sebagai souvenir dari Faber Castell. Oiya selain tas ini ada  2 bolpen dari FC.




Pertemuan mengesankan yang ketiga dengan penulis favoritku terjadi pada seminggu yang lalu. Hari Sabtu minggu lalu tepatnya pada tanggal 31 Mei 2013 aku bertemu dengan Ika Natassa, penulis yang telah mengeluarkan novel 5 Novel yang bergenre metropop, antara lain A Very Yuppy Wedding, Divortiare,Antologi Rasa, Twitvortiare dan juga Underground yang tulisannya menggunakan bahasa Inggris. Ika Natassa juga membuat cerpen yang berjudul Critical Eleven yang dimuat di kumpulan cerpen bersama penulis lainnya dalam buku kumcer Autumn Once More, kabarnya cerpen itu sebagai pengantar saja untuk novel yang akan keluar dengan judul yang sama. Aku mulai menyukai tulisan Ika Natassa sejak aku membeli novelnya yang berjudul Antologi Rasa yang aku beli pada tanggal 31 Mei 2013, aku tertarik membaca sinopsisnya apalagi Dewi Lestari turut memberi komentarnya mengenai buku itu jadi aku pikir sepertinya ini buku yang bagus.  Dan memang benar bukunya memang bagus serta menarik untuk dibaca, aku larut dalam setiap emosi yang digambarkan oleh tokoh-tokohnya sampai terbawa delusi akut karena si tokoh Harris si playboy ganteng, nakal tapi perhatiannya ke Keara bener-bener deh bikin ngiri. Sejak itulah aku mulai follow twitter Ika Natassa, secara random pun aku pun menemukan twitter si Harris. HAh??! si Harris ada twitter??!  langsung saja aku follow, saking senengnya aku fotoin tuh dan pamerin ke Path hahaha..norak n gila ya aku..ya iyalah tokoh Harris kan fiktif, adminnnya ya pasti si Ika Natassa sendiri tapi aku merasa si Harris itu hidup. Nah berawal dari delusi itulah aku mulai berniat membaca buku-buku Ika Natassa yang lain, aku jadi teringat bahwa buku Divortiare pernah aku lihat di persewaan buku jadi aku pun meminjamnya untuk kubaca. Sambungan dari buku Divortiare itu Twitvortiare, aku pun meminjam buku itu pada temanku K' Runa. Aku pun memamerkan kalo aku lagi baca buku Twitvortiare ke teman kostku. Tanpa aku tahu teman kostku itu sudah membelikan kado itu untuk kado ulang tahunku. Waktu teman kostku yang bernama Adel memberikan buku Twitvortiare aku merasa senang dan terharu sekali walaupun aku sudah baca bukunya tapi tetap saja aku senang dia memberikan buku itu untuk kado ulang tahunku. Jadi sudah 2 buku dari Ika Natassa yang aku punya, ah akhirnya aku pun berniat untuk mengoleksi buku Ika Natassa dengan membeli 2 buku yang pernah ku baca yakni A Very Yuppy Wedding dan Divortiare yang aku beli secara online di BukaBuku.com. Aku juga membeli kumcer Autumn Once More karena kabar yang aku bilang tadi kalo cerpen Critical Eleven itu sekedar pengantar untuk novel Ika Natassa berikutnya, berhubung aku tuh  orangnya suka penasaran apalagi karena aku sering buka blog Ika Natassa yang ada postingan mengenai novel Critical Eleven aku pun membeli buku kumcer itu.

Beberapa hari sebelum aku tahu Ika Natassa datang, aku melihat status temanku k' Runa yang menulis status "Ga jodoh itu kalo Ika Natassa ke Jogya dan harus ke Jakarta" awalnya aku kira si Ika itu udah ke Jogya terus ke Jakarta. Eh tapi akhirnya aku melihat statusnya dengan baik dan secara seksama, ternyata maksudnya itu si Ika Natassa bakal datang ke Jogya tapi temenku ini gak bisa datang karna dia harus ke Jakarta. Maka mulailah aku mencari info di twitter tentang kedatangan si Ika Natassa. Dia bilang dia akan datang pada hari Sabtu jam 4 sore di Gramedia Amplas, Jogya. Ah tapi aku pikir sepertinya aku tidak bisa datang karena aku dapat tugas pelayanan di gereja hari minggu jam 7 pagi pula, jadi ga mungkinlah aku ikut masak habis ikut acara di Jogya aku langsung pulang Salatiga?. Pupus sudah harapanku bertemu dengan penulis favoritku ini. Tapi sepertinya Dewi Fortuna masih ingin bersamaku, pada hari Jumat karena aku gak ikut persiapan disebabkan ada acara bersama teman-temanku, posisiku diganti oleh orang lain. Kabar itu aku dapat pada hari Sabtu pagi, padahal barusan saja aku tulis status di FBku bahwa aku gak bisa ikutan acara untuk ketemu Ika Natassa. Dan sepertinya bukan suatu kebetulan pula k' Runa memberi comment di statusku apalagi waktu aku cerita posisiku diganti. Dia memberi semangat dengan mengatakan kalo masih ada waktu untuk ketemu Ika Natassa, apalagi jam aku menulsi status itu jam masih jam 9an. Diberi semangat seperti itu aku pun memberanikan diri untuk minta ijin dengan mama dengan persyaratan aku akan mengikuti keinginan mama untuk aku bisa ke Surabaya secepatnya mumpung mama masih ada waktu untuk menemaniku. Aku pun mengiyakannya serta memesan tiket travel ke Jogya, sayangnya tiket untuk keberangkatan pagi cuma ada jam 9 saja, yang ada tiket jam 1 siang ah tapi karena takut gak keburu, aku memberanikan diri untuk naik bus. Berbekal nanya sama ade-ade sepupuku tentang bis yang akan kunaiki serta di terminal mana aku harus berhenti untuk berganti bus ke Jogya, aku pun bersemangat untuk pergi. Menjelang keberangkatanku ke Jogya, seperti biasa mamaku pun memimpin doa untukku sebelum aku pergi, meskipun beliau mengijinkan aku pergi tapi aku melihat wajah khawatir dari wajahnya. Bukannya mamaku lebay dan tak pernah membiarkanku pergi sendirian tetapi ini pertama kalinya aku pergi ke Jogya naik bus biasanya sih aku naik travel.

Aku seperti cewek petualang aja, dengan memakai ransel aku pun naik bus yang ber-ac dengan tarif 10 ribu ke Kartasura. 1 jam sudah aku sampai di terminal kartasura, aku pun naik bus omprengan ke Jogya,sebelumnya dengan pertanyaan polos aku tanya  ke mas-mas di terminal yang menyuruhku naik bus itu. Aku bilang emang gak ada bus yang ber AC ya mas ke Jogya? dan dia bilang waduh gak ada mba' klo ada jarang banget mending mba naik bus itu aja. Ah sudahlah akhirnya aku naik bus yang omprengan itu. Di bus itu aku pun membuka hapeku (padahal mamaku bilang aku ga boleh buka hape selama dijalan) tapi daripada aku bingung turun dimana kalo udah sampe Jogya, aku pun confirm lagi ke kakak sepupuku, dan dia bilang aku musti turun di Janti lalu aku musti ganti bus transjogya untuk bisa turun langsung di depan Amplas. Setelah mendapat info itu, aku pun mengahapalnya supaya aku tidak harus membuka hape lagi hii takut juga kalo aku sampe dicopet. Lalu 1 1/2 jam kemudian aku sampai di Jogya, aku menanyakan kepada bapak-bapak disebelahku kapan aku harus turun di Janti lalu ia memberi tahuku kalo setelah lampu merah dekat jembatan aku harus turun. Aku pun mengingat pesan dari kakak sepupuku kalo setelah dari bus aku langsung menyeberang untuk bisa naik transjogya. Tapi kenapa ya aku gak liat haltenya? nah mau gak mau aku nanya lagi ke mas-mas yang lagi berdiri menunggu bis/taxi atau apalah aku gak tau yang aku tahu aku harus nanya dimana halte itu berada. Puji Tuhan, dia menunjukkan arahnya, dia bilang aku musti jalan 5 menit ke arah dekat kolong jembatan untuk sampai di halte, setelah tersenyum dan mengucapkan ucapan terima kasih aku pun jalan panas-panas ke arah kolong jembatan. Eh bener ada tuh haltenya, aku pun lalu masuk halte, membayar karcis bus seharga 3 ribu dan juga menyebutkan tujuanku aku pun disuruh untuk menunggu bus A1.

5 menit kemudian bus pun tiba, aku pun berdiri karena sepertinya tempat duduknya sudah penuh semua. Tapi aku mendengar mas penjaga di bus bilang aku duduk saja karena masih ada 1 tempat duduk. Gak sampe 5 menit bus pun tiba di tujuanku mall Ambarukmo. Aku pun menyebrang bersama pejalan kaki yang lain. Di mall aku lalu mencari gramedia setelah tahu tempatnya, aku bergegas ke toilet untuk memperbaiki penampilanku yang berantakan karena ngebis. Setelah itu aku berkeliling mall untuk mencari cairan pembersih soft lensku, pengennya sih pake soft lensku di acara itu tapi koq rasanya males ya make soft lens jadi aku cuma mengganti airnya di tempat soft lensku itu di optik. Jam menunjukkan pukul 3, aku sudah siap di depan Gramedia, tapi masih sejam nih.aku kontak saudara-saudaraku di Jogya tapi mereka sepertinya tak ada tanda-tanda mereka akan datang dalam waktu dekat, padahal aku pengen banget mereka datang sebelum acara biar nti ada yang motoin aku klo ada booksigning hehehee..tapi sampai aku sudah makan di Solaria dan jam menunjukkan kalo 15 menit lagi acara akan dimulai mereka belum ada tanda-tanda untuk datang :(. Ah sudahlah aku yakin pasti ada jalan aku bisa foto bareng ma Ika Natassa, pasti! Untuk menghibur diri aku memotret spanduk ini.





Masuk Gramedia, aku cuma nitip pembersih cairan soft lensku itu di mas yang jaga rak-rak tas, aku bilang aku gak bisa nitip tas karena banyak buku yang aku bawa apalagi aku nanya tempat meet n greetnya Ika Natassa jadi sepertinya masnya maklum aku bawa tas ranselku. Ketika melihat tempat meet n greetnya, aku seperti tidak percaya aku bisa datang ke acara ini. Sudah ada 10 kursi yang ditata menjadi 2 bagian untuk para peserta. Lalu ada buku-buku Ika Natassa serta 3 kursi di depan untuk MC dan Ika Natassa. Ni fotonya



Awalnya aku duduk di kursi belakang, pojokan. Aku melihat sudah ada 4 peserta yang datang dan semuanya cewek. Lama-kelamaan peserta makin banyak dan kursi didepanku terisi, nah tapi karena ada sesuatu dan lain hal (apa sih..:) cewek di depanku pindah ke belakang, ah ya sudahlah aku pindah depan aja. Setelah aku pindah ke depan, aku malah dapat kenalan teman baru, dia ternyata fans fanatiknya Ika Natassa, namanyaa? hmm lupa hahhha..kami langsung nyambung aja waktu bahas buku-buku Ika Natassa. Dia juga cerita dia pernah ngirim 8 bukunya Ika Natassa yang cover versi lama dan baru ke alamat Ika Natassa di Medan untuk dapat tanda tangannya Ika Natassa..sampe ngabisin uang 200 rb untuk ongkos kirimnya. Si Ika Natassa juga sampe ngetwit tentang kiriman buku yang banyak itu dan dia ngaku kalo itu dia ckckck. Terus alasan dia datang karena temannya dia yang di Jakarta nitip buku untuk ditandatangani sama si Ika, dia sampe bilang harus ijin ke dosennya serta gak bisa ikut pengajian tetangganya demi datang ke acara itu. Kami bercerita panjang dan sesekali dia membalas bbm dari temannya. Aku tanya sejak kapan dia suka baca novel-novelnya Ika Natassa, dia cerita kalo dia pertamanya pinjam dari temannya dan temannya ini yang dia tunggu untuk temanin dia ke acara itu. Oya dia juga menanyakanku darimana, aku bilang aja dari Salatiga. Reaksinya kaget banget sampe bilang "jadi kamu datang kesini cuma demi ikut acara ini? aku bilang iya. Terus dia kira tas ransel yang aku bawa isinya buku semua, padahal ada baju untuk sekalian nginep.Waktu kami asik bercerita, teman yang dia maksud datang juga, nah kalo ini aku ingat namanya, namanya Dita. Kami bertiga ngobrol lagi, tapi karena kursi terbatas dan mereka harus duduk berdua di satu kursi padahal posisi mereka rada di tengah maka mereka memintaku untuk berganti tempat duduk. Akhirnya aku pun mendapat posisi weenaakk untuk bisa liat Ika Natassa dengan sejelas-jelasnya. Kami pun melanjutkan obrolan lagi lalu aku nyeletuk "ih ntar gantian motoin yaa" dan mereka bilang "tenang aja kita saling bantu". Ya ampun aku seneng banget dengernya padahal kami baru aja kenal tapi berasa udah kenal lama.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima, si Ika Natassa belum juga muncul ah telat ni kayaknya. Melihat ekspresiku teman baruku ini bilang "tenang aja..mba Ika ntar lagi datang, lagi kejebak macet aja"  dengan polosnya aku bilang tau darimna? dengan enteng dia bilang "ni dari twitter". ohh i see.
 10 menit si Ika datang juga, temenku ni yang ngeh karena dia bilang si Ika udah di belakang, otomatis aku langsung lihat ke belakang..yang mana?? terus dia bilang itu yang rambut pendek pake kacamata. Aku tanya yang mana? masak sih? karena dia sepertinya tahu aku gak gitu yakin itu si Ika dia bilang lagi "iya mba..itu si Ika,,rambutnya kan sekarang dah pendek. Widih update banget sih dia..aku aja sampe heran smua berita dia tahu.  Ah tapi aku memang sadar, kalo aku emang termasuk baru jadi fansnya si Ika jadi belum terlalu tahu info terbaru mengenai dirinya yah aku baru suka sebatas tulisan-tulisannya saja.

Yaaah dan setelah 40 menitan nunggu, Ika Natassa nongol juga :) senengnya pake bangeet ^_^.  Kirain orangnya kaku apa sombong gitu walaupun di timeline twitter dia orangnya asik tapi bisa aja kan beda dengan kenyataan tapi ternyata semua pandanganku berubah. Ika Natassa orangnya asik, luwes, nyenengin deh pokoknya..melihat teman-teman peserta pada sibuk jepret pake kamera hape mereka, aku juga ikutan tertular mengeluarkan hapeku juga untuk fotoin dia. Ni beberapa fotonya yang sempat aku ambil ketika Ika Natassa sedang menjelaskan buku-bukunya.






Ika menjelaskan bahwa ia sedang mengerjakan buku Twitvortiare 2 makanya akun twitternya tokoh Alex sengaja ditutup serta tidak menerima follower baru termasuk aku :(, mba' MCnya jg sih belum diapprove juga (nyari temen :)
Setelah menjelaskan mengenai buku-bukunya serta akun 4 akun twitter yang ia kelola yakni akunnya si HarrisRisjad, AleRisjad, KearaTedjakusuma dan Alexrarwicaksono acara pun berlanjut ke sesi pertanyaan. Kata si MC si penanya bakal dapat souvenir berupaa note book cantik warna biru. Bisa dilihat di foto, sisi kiri ada tumpukan buku berwarna biru jumlah terbatas. Dibukalah sesi 1 untuk sesi pertanyaan, aku pun akhirnya ikutan untuk nanya juga. Entah kenapa tanganku bisa tiba-tiba terangkat ke atas padahal aku masih bingung mau nanya apa, seumur-umur aku nanya didepan umum di acara beginian, yah abis gimana lha pas kuliah aja aku gak pernah nanya di kelas, kalo mau nanya pun biasa  nyuruh/ nitip pertanyaan ke teman. Di acara seminar-seminar pun gak pernah aku seberani itu untuk bertanya. Tapi mungkin kali ini aku benar-benar sudah menguasai setiap tulisan di novel-novelnya, ngikutin postingan di blognya, jadi followernya di Twitter jadi udah berasa kenal aja ma dia. Lagian gak ada yang kenal ini jadi bebaslah. Aku jadi penanya ketiga,ketika giliranku bertanya, aku berdiri dengan sedikit gugup,  aku menyebutkan nama dan aku bilang aku datang dari Salatiga setelah itu aku bertanya "apakah ada niatan Antologi Rasa dibuatin untuk jadi film?" lalu si Ika menjawab saat ini emang ada produser nglirik Antologi Rasa sama A Very Yuppy Wedding, jadi tunggu aja.

Penanya lainnya juga menanyakan kenapa kehidupan di novel Ika Natassa tokoh utamanya jadi banker? Lalu dia menjawab kalo dia gak ada waktu untuk searching bahan tulisan karena kesibukannya dia sebagai banker, jadi dia menulis dengan apa yang ia tahu, apa yang ia kuasai kalo dia menulis diluar itu tetapi dia tidak menguasai bidang itu ya buat apa..malah dikira sok tahu yah kalo bener kalo enggak gimana?
Pertanyaan selanjutnya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat novel? Ika pun menjawab itu semua tergantung mood dan inspirasi yang lewat di pikirannya. Ika bilang dia tidak seperti penulis lainnya yang selalu membuat outline cerita, dia cenderung menulis apa yang ia suka, apa yang ada terlintas di kepalanya saat ia menulis ya itulah yang dia ia tulis nah karena itulah dia bisa lama untuk mengeluarkan novel. Ika juga mengakui dia orangnya bosenan, jadi kalo misalnya dia udah tahu akhir ceritanya, maka dia tak segan-segan membuat cerita yang baru.

Pertanyaan lainnya sekaligus mengakhiri sesi tanya jawab yakni pertanyaan kalo disuruh memilih Ika Natassa lebih memilih profesi sebagai banker atau penulis?. Ika pun bilang itu bukan sesuatu yang dipilih, banker adalah pekerjaannya yang mendukung profesinya sebagai penulis.

Usai acara sesi tanya jawab, Ika pun memberi kuis, siapa yang bisa menjawab pertanyaan si pemenang boleh ngetweet pake akun Alex dan Harris. Kontan saja semua pada bersemangat untuk menjawab pertanyaan dari kuis itu. Lucunya awal-awal memberi pertanyaan si Ika malah lupa ma jawabannya..seperti kapan si Arga anak Alex lahir? temanku yang duduk disebelahku yang tadi aku berkenalan dengannya pun langsung menjawab,tapi karena si Ika ga gt yakin jadi diganti deh pertanyaannya. Pertanyaan berganti, temenku itu malah gak bisa jawab. Yah udah deh 2 cewek disampingku itulah yang menang, seneng banget mereka bisa ngetweet pake akun Harris dan Alex.


Acara selanjutnya booksigning, tapi sebelumnya MC mau ngasi hadiah buat para penanya yang udah nanyain, sayangnya aku gak dapat..ah tapi gpplah. Situasinya udah mulai ribet sih..pada berebutan antri untuk dapat tanda tangan, karena aku orangnya nyantai aku dapat tempat di belakang disusul peserta lainnya. Aku pun jadi terpisah dengan teman-teman baruku tadi yang udah janjian untuk fotoin aku. Tentu saja aku tidak menyerah begitu saja, aku pun mencari kenalan baru lagi yakni cewek didepanku. Perkenalan kami berjalan lancar karena topik bahasannya ya buku-buku Ika Natassa itu, aku tanya sejak kapan dia suka baca buku Ika Natassa, dia bilang sejak dia SMA,  buku Ika Natassa yang berjudul A Very Yuppy Wedding adalah buku pertama ketika ia pertama kali baca novel.. Cerita berlanjut aku pun tak lupa menyebutkan keinginanku untuk difotoin, eh dianya mau, dia juga malah nawarin untuk di fotoin sama adeknya. Aku mah iya-iya aja asal ada orang yang motoin kalo aku mendapat giliran untuk foto bareng dengan Ika Natassa. Dan inilah foto-fotonya :)




yah begitulah ceritaku mengenai pertemuan mengesankan dengan penulis-penulis favoritku butuh perjuangan, keberuntungan dan keberanian yang bisa dikategorikan kenekatan juga sih hehehe...:). Banyak pelajaran serta ilmu yang aku ambil dari pertemuan-pertemuan itu, yakni
  1.  Tulislah apa yang ingin kamu tulis, jangan takut terhadap pandangan orang lain terhadapmu, tenanglah selalu ada orang-orang yang akan mendukungmu.
  2. Tulislah kegelisahan-kegelisahan hatimu dalam tulisan niscaya ide itu akan mengalir dengan sendirinya.
  3. Kalo lagi gak mood nulis jangan dipaksain.
  4. Kalo belum ada waktu nyari bahan tulisan, tulislah apa yang kamu ketahui, jangan sok tahu.
  5. Profesi pekerjaanmu yang sekarang jangan ditinggalkan demi fokus jadi penulis karena siapa tahu profesimu itu bisa mendukung dalam penulisanmu.
Yang pasti setelah bertemu mereka, aku semakin cinta dengan dunia penulisan. Aku berharap bisa mengikuti jejak mereka menjadi penulis sukses meskipun tetap berkarir di bidangku yakni menjadi notaris. Siapa tahu aku bisa menjadi ngikut jejak Ika Natassa bikin novel dengan cerita kehidupan bidang kerjaku nantinya yakni bidang kenotariatan :). AMIEEEENN :) :)


Sekian ceritaku yang panjang banget...maklum semingguan ni nulisnya..:) :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan