Berawal dari Kepo

Sudah lama aku mengetahui tentangnya tetapi hanya sebatas "tahu" bukan "kenal". Kenapa aku membedakan antara kata "tahu" dan "kenal'? menurutku definisi kata "tahu" ialah salah satu pihak saja yang tahu mengenai pihak lain tetapi tidak sebaliknya, kalau "kenal" ialah kedua belah pihak sama-sama saling kenal.

Dia yang kuketahui sejak dua tahun aku tinggal di kota ini dan berkuliah di salah satu universitas yang terkenal dengan semboyan " Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan" yang terambil dari ayat Alkitab Amsal 1:7a mulai menjadi perhatianku ketika teman-teman sekelasku membicarakannya di kelas. Teman-temanku membicarakan ia di tengah-tengah obrolan kami mengenai cowok ideal idaman perempuan. Temanku yang bernama Nialah yang pertama kali menyebutkan namanya lalu teman-temanku yang lain menimpalinya dengan wajah-wajah MuPeng (muka pengen) ingin menjadi pacarnya. Berawal dari pembicaraaan-pembicaran itulah lama-lama aku mulai menaruh perhatianku padanya. Ketika aku dan geng rumpiku sedang jalan berganti kelas, Lisa lagi-lagi membicarakannya, aku jadi penasaran dengan orangnya karena hanya akulah satu-satunya perempuan di geng rumpiku yang belum melihat secara langsung. 

Aku pernah mendengar rasa penasaran itu bisa membuat kita "gila" maksudnya saking penasarannya kita bisa membunuh segala bentuk pikiran sehat kita serta melakukan segala bentuk tindakan untuk jadi kepo-ers. Apalagi kalo semakin banyak orang yang membicarakan seseorang yang hanya kita saja yang tidak tahu..rasanya tuhh malesin banget deh. 
Dari obrolan-obrolan mengenai dia serta  melihat tampang-tampang teman segengku ketika membicarakan dia, aku pun mulai menjadi anggota kepo-ers cowok yang membuat aku penasaran tidak bisa tidur, tidak bisa makan, tidak bisa mengalihkan perhatian dengan cowok lainnya,.

Oya aku belum cerita ya kenapa teman segengku ini bisa jadi norak luar binasa ketika membicarakan sosok laki-laki yang menjadi bayangan laki-laki ideal tiap perempuan. Baiklah..aku akan bercerita berdasarkan cerita teman-temanku tentunya karena aku sendiri belum melihat dia secara langsung.
Dilihat dari fisiknya, ia dianugerahi sang Pencipta tinggi ideal sekitar 170an cm, warna kulitnya sebenarnya tidak terlalu hitam juga tidak putih tetapi karena kecintaannya mendaki gunung, jadi kulitnya sedikit gosong terbakar matahari. Hidungnya mancung, wajahnya sedikit tirus, sesekali bulu-bulu halus disekitar rahangnya tumbuh tetapi tidak sampai lebat kata teman-temanku itulah yang membuat dia "Laki bangetlah". Ia mempunyai rahang yang kokoh serta tegas membuat ia terlihat galak tetapi bila sedang tersenyum cowok yang gak kuat iman pun akan klepek-klepek dibuatnya ah bagian ini sedikit berlebihan ya? haaha...


Kalau dari kepribadian banyak yang bilang dia galak, sok-sokan,  misterius tetapi itulah yang membuat cewek-cewek penasaraan dengannya termasuk aku. Tania bercerita meskipun dia sepertinya sombong tetapi sebenarnya itu hanya tampilan luarnya saja. Ia juga sering ikut dalam debat-debat antar fakultas maupun sampai taraf universitas selain itu dia juga vokalis dari band kampus. Gimana gak ideal tuh? Akhirnya aku pun mulai mengikuti setiap media sosial yang dia ikuti, beruntungnya diaprrove juga sama dia. Setiap status, tweet yang ia buat aku selalu jadi " grup likers" maupun "grup "rt".  Lama kelamaan aku seperti followers sejatinya dia.
Aku jadi tertular oleh kenorakan teman-temanku bahkan aku sampai berkhayal kebawa mimpi pula kalau aku bertemu dia.
Rupanya khayalan serta lamunanku pun terkabul. Aku pun tidak menyangka bahwa aku akan bertemu dia secara langsung hanya karena dia sedang update di twitternya mengenai buku yang telah ia selesaikan hanya dalam beberapa jam saja. Entah keberanian dari mana aku pun mengomentari tweetnya itu padahal selama ini aku hanya berani RT saja. Aku bilang "wah boleh nih dipinjam bukunya, eh iya salam kenal ya", gayung pun bersambut ia membalas "silahkan, boleh2 aja koq :) salam kenal juga ya". Twitter menyatukan obrolan-obrolan singkat kami hingga ia pun mengajak ketemuan sekalian berniat meminjamkan bukunya untukku. Kami pun bersepakat ia yang menentukan jamnya sedangkan aku menentukan tempat kami bertemu. Singkat cerita ia memilih jam 12 siang sekalian makan siang bareng dan aku memilih cafe Neptunus yang terletak di belakang kampus.


Hari yang dinanti-nantikan pun tiba, paginya sebelum aku mandi aku luluran dulu, dilanjutkan mandi serta keramas. Setelah hampir 20 menitan di kamar mandi, ya sebenarnya sih ingin lebih lama tapi apa daya aku tidak mau diprotes oleh teman-teman kostanku yang jumlahnya persis seperti kesebelas sepak bola, aku pun bergegas memilih baju yang pantas untuk bertemu dengannya. Hampir 5 baju aku coba tapi selalu saja aku merasa tidak puas dengan pilihan warna dan modelnya padahal baju-baju itu adalah baju favoritku bila aku bepergian tapi entahlah semua tidak pas menurut pandanganku.

Akhirnya pilihan tertuju pada baju berwarna merah darah polos dengan sedikit aksen renda warna putih tulang di lengannya, lalu kupadukan dengan jeans hitamku. Aku pun membubuhkan bedak tabur yang biasa aku pakai serta lipgloss warna peach tak lupa kusemprotkan parfum di belakang telinga, perut serta pergelangan tanganku. Bolak balik aku memandang cermin melihat tatanan rambutku yang sudah kukeringkan dengan hairdryer selama 10 menit maklum rambutku termasuk pendek serta mudah diatur jadi tidak sulit untuk mengeringkan serta membentuknya dengan sisir yang biasa digunakan untuk mengeringkan rambut.

Jam 11.45 aku sudah sampai di cafe Neptunus, aku sengaja datang cepat agar dapat menata hatiku yang deg-degan karena ini pertama kalinya aku akan bertemu dengan dia secara nyata bukan hanya lewat profile Facebook atau Twitternya. Sesampai di cafe aku sengaja memilih menu dan akhirnya dia datang juga. Aku kira dia akan bingung mencariku tetapi ketika masuk cafe dia melemparkan senyumnya yang dahsyat kepadaku.

"hai..aku Awan, kita belum kenalan langsung kan?" sapanya padaku sambil mengulur tangannya ke arahku.

"Eh ya aku Mentari, tapi biasa aku dipanggil Meta" aku pun menyambut uluran tangannya.

"Wah nama kita koq kayaknya berjodoh ya heheeheh " Dia pun menggodaku dengan lelucon yang membuat mukaku menjadi merah serta degupan jantungku semakin berdebar.

"hahah..haduh pertanda apa ya?" Aku pun membalas leluconnya untuk menutupi rasa deg-deganku.

"Nah itu kayaknya perlu kita diskusikan deh" Ia pun melontarkan kata-kata itu dengan tampang yang dibuat serius meskipun ia menahan senyum.

"Boleh..boleh..eh ya ni menunya aku dah tulis pesananku tinggal tunggu kamu aja" Aku pun menawarkan buku menu padanya dan secara tak sengaja tanganku bersentuhan dengan tangannya walaupun kejadian itu tidak disengaja tetapi aku merasa seperti ada sengatan listrik yang menular hingga jantungku. Haduh..jangan sampai mukaku merah lagi...maluuuu kalau ketahuan.


Setelah menulis pesanan kami serta memanggil pelayan, kami pun mengobrol lagi. Ia pun mengeluarkan bukunya yang hendak ia pinjamkan kepadaku.

"Oiya hampir lupa ini bukunya semoga kamu suka ya bacanya" Pesannya kepadaku ketika mengulurkan buku itu kepadaku.

"Iya...terima kasih, kalau boleh tahu bisa dipinjam berapa lama nih? Gak ada biaya sewanya kan?"  Aku menerima buku itu sambil melihat sekilas isi bukunya, sengaja aku tidak melihat matanya karena aku masih harus mengatur detak jantungku karena efek bersentuhan dengan tangannya.

"Sebenarnya sih gak ada biaya sewa, kamu bebas pinjam bukunya sampai kapan yang penting gak hilang aja..hmm tapi karena kamu nanya biaya sewa aku maunya kalau kamu mengembalikan buku ini suatu saat nanti, aku mau ajak kamu jalan-jalan, boleh?"
Hah?! aku gak salah dengar nih? dia ngajak aku jalan? Padahal kita baru pertama bertemu.

"Kamu yakin ngajak aku jalan-jalan? kita kan baru ketemu sekarang?" tanyaku dengan ekspresi tak percaya.

"Yakinlah..mau ketemu pertama kali atau udah beberapa kali aku mau ngajak kamu jalan-jalan sambil bahas buku itu, aku tahu koq kamu anaknya asik diajak jalan" Katanya dengan percaya diri.

"Halah..sok tahu kamu haahaha.." Mampus!! apa kata anak-anak entar kalau mereka tahu aku diajak pergi sama cowok manis didepanku ini bisa-bisa gak selamat aku.

 "Gini ya Met, sebenarnya aku tahu kamu sejak lama, kamu kan aktif juga di kepanitiaan kampus, emangnya aku gak tau? Kamu juga ikut tim Paduan Suara kampus kita yang baru-baru ini menang di tingkat nasional waktu perlombaan di Bandung kan? Asal tahu aja waktu kamu add dan jadi followerku, aku mulai merhatikan kamu dan hari ini akhirnya bisa kenalan kamu secara langsung, aku harap kita bisa jadi teman baik" Gimana? Apa jangan-jangan kamu takut ya jalan sama aku?

Jaa.ja..jadi selama ini dia juga kepo-in aku juga?? Gak salah dengar kan aku ini?? Mamiiii...aku gak tahu bagaimana ekspresiku sekarang antara kaget, malu, senang.

"Yaelah ngapain juga takut sama kamu..hehe..nyantai..iya deh kalau udah selesain bukunya aku hubungi kamu ya"

"Sip..gitu dong..kita temenan ya sekarang" Ia pun mengulurkan tangannya lagi untuk berjabat tangan denganku.

"Ha...haha..apa-apaan sih kamu temenan aja pake jabat tangan segala kayak selesai buat perjanjian aja"

"Gak apa-apa biar sah saja..." Jawabnya sambil tersenyum.

Kami pun melanjutkan obrolan kami hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
 Waktu serasa berjalan cepat saja karena memang ku akui dia memang teman bicara yang menyenangkan serta ia pintar menguraikan setiap topik dari topik kampus yang sedang hangat, masalah pendidikan di Indonesia, lalu lanjut mengenai berita artis yang mulai merambah ke dunia politik, isu mengenai agama, serta kami juga membahas hobi serta kesukaan kami baik dari jenis musik, jenis bacaaan, tempat makan.

Ia juga menanyakan mengenai asal usulku karena ia sempat salah menyebutkan asal usulku, lalu aku pun menceritakan yang sebenarnya. Ia sempat tidak percaya karena tampangku tidak sesuai dengan suku yang aku bilang padanya tetapi akhirnya dia maklumi juga karena tempat kelahiran serta tempat aku dibesarkan lingkungannya sangat berbeda. 

Pembicaraan kami pun kami sudahi karena ia mendapat telepon dari temannya bahwa latihan bandnya dimajukan disebabkan salah satu personilnya sakit sehingga perlu adaptasi dengan permainan musik personil cadangan. Kami pun berjanji untuk bertemu lagi.

2 bulan berlalu aku bermaksud mengembalikan bukunya tetapi ia bilang bukunya disimpan saja karena dia masih sibuk dengan skripsinya serta persiapan konser mininya.

Selama itu pula aku sering memimpikan dia dan berharap ia kelak menjadi pacarku. Teman-temanku juga heran aku menjadi pendiam dan tidak terlalu heboh membicarakan dirinya.  Mereka juga heran aku membaca buku yang ia pinjamkan waktu itu berulang kali.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada Sabtu pagi ia mengirimkan sms padaku untuk meminta ketemuan sekalian aku bilang saja aku pun ingin bertemu dengannya untuk mengembalikan bukunya. Ia bilang jam 1 siang kami bertemu di kampus karena ia akan latihan band dari jam 11 hingga pukul 1, kebetulan aku juga ada tugas kelompok di kampus dan selesai pada jam yang sama yakni jam 1.

Tidak seperti pertemuan kami yang pertama dulu, kali ini aku merasa agak sedikit khawatir dengan reaksi teman-temanku nanti jika mereka tahu aku sudah pernah bertemu dengannya serta buku yang selama ini aku baca berulang kali adalah buku dia.

Jam menunjukkan pukul 12.30, aku masih ngobrol-ngobrol dengan teman segengku, tugas kami sudah kami selesaikan dari 15 menit lalu, maunya sih langsung ke studionya Awan daripada ketahuan ketemuan disini cuma si Angie masih ingin mengobrol bagaimana presentasi akan kami bawakan hari senin depan jadi aku masih terjebak di fakultasku. Ketika asik mengobrol, mataku melihat Awan bersama teman-temannya berjalan ke arahku.

Deg...matihh...

"Hi Meta..udah selesai kerja kelompoknya? pergi sekarang yuk.." Awan mengajakku dengan santai dihadapan teman-temannya serta teman-temanku"

"Eh i..i..ya udah selesai koq.entar ya aku pamit dulu ke teman-temanku"

"Girls..aku duluan yaa.." Aku pun berpamitan dengan teman-teman segengku sambil menunduk karena aku sudah tahu mereka memandangku dengan keheranan.

"Lho Met, itu kan Awan? sejak kapan kamu kenal dia?" Angie pun bertanya padaku dengan tatapan menyelidik.

"Hmm..mm..udah lama koq cuma aku belum cerita aja ke kalian..maaaf yaaa..." aku meminta maaf pada mereka dengan tampang bersalah.

"Ah kamu..maen rahasia-rahasiaan segala ma kita..waaahh..gak seru nih kalo gini caranya...eh ya kenalin ke kita-kita juga dong.."

"iya..iya bentar...aku panggil dia dulu..awas ya kalo kalian macem-macem..bisa malu aku"


"hahahaa..tenang aja..mana orangnya.."

"iyaa..sabar..."

Aku pun menghampiri Awan serta sedikit berbisik padanya hingga membuat aku jadi salah tingkah sendiri dihadapan teman-temannya.

Awan pun memaklumi permintaanku lalu menghampiri teman-temanku yang disambut mereka dengan sepenuh hati.

"Hai aku Awan, senang bisa ketemu kalian...aku boleh pinjam Metanya gak untuk hari ini?"

Pertanyaan itupun langsung disambut teman-temanku dengan menggoda kami.

"Pinjamnya jangan cuma hari ini dong Wan, besok-besok juga boleh koq hahahaa iya ga Met.."Ninda melihatku sambil tersenyum geli.

"Wah kalian koq udah tahu rencanaku sih? ah gak seru ah..hahhaha.." kata Awan balik menimpali godaaan teman-temanku itu.
Sialaann mukaku udah panas serta rona mukanya sepertinya sudah merah semerah-merahnya.

Perkataan Awan pun langsung mendapat sorakan dari teman-temanku serta teman-teman bandnya dia.

Lalu seperti terhipnotis, aku mengikuti dia ketika ia menarik tanganku untuk segera berlalu sambil pamitan ke teman-temanku.

"Kami duluan yaa...." tak lupa ia menebar senyum mautnya ke teman-temanku. Dan teman-temanku cuma bilang "iyaaa...silahkaan..."

Sesampai di parkiran aku tanya kemana kami akan pergi, tapi dia hanya menjawab "tenang aja, kamu bakal suka tempatnya koq, udah cepetan naik" Dia pun membantu memasangkan helmnya ke kepalaku.

Perjalanan yang ditempuh selama 20 menitan berakhir di sebuah perbukitan kecil di pinggiran kota. Pemandangan perbukitan itu adalah sebuah danau dimana kita bisa melihat matahari terbenam dengan jelas dari balik gunung.

"Awan, sejak kapan kamu nemu tempat ini?" Aku masih terpesona dengan pemandangan di depanku ketika Awan membantuku menaiki bukit.

"Sebulan sebelum kita ketemu dulu, aku dapat tempat ini karena aku tersesat di tengah malam lalu aku bermalam disini, dan karena tempatnya teduh juga pemandangannya bagus aku pun rutin kesini kalau mau sekedar tiduran atau baca-baca buku makanya waktu aku pinjemin bukuku ke kamu, aku udah kepikiran untuk ngajak kamu kesini"


"Hah??! ih kamu persiapan banget sih mau ngajak aku kesini, Pede banget kamu bisa ajakin aku kesini"

"hahaa..iya dong.. tapi akhirnya kamu mau juga kan aku ajakin?" Jawabnya sambil tersenyum puas.

"hmm iya..iya.."

"Oh ya Met...aku boleh nanya kamu?"

"Nanya apaan?"

"Kamu lagi dekat sama seseorang gak?"

"Mau tau aja apa mau tau banget" ??

"Yaelah..masih jaman aja jawaban model pertanyaan gitu..serius nih.."

"Hahah..nyantai aja kali..aku lagi gak dekat sama siapa-siapa koq..kenapa sih nanyanya gitu?"

"Hmm..berarti aku ada kesempatan dong .."

"heh? kesempatan apa?"

"Ya kesempatan untuk kenal kamu lebih dekat lagi, boleh?" Muka Awan berubah serius dan membuat aku deg-degan dengan pertanyaannya itu. Jujur aja momen seperti ini yang aku tunggu sejak dulu tetapi aku masih gak percaya akan secepat ini.

"Kita jalanin aja dulu kali Wan..kita kan belum saling kenal satu sama lain"

"Yup..maksudku ya itu Met..berarti jawabannya iya kan aku boleh kenal kamu lebih dekat? Tanyanya hati-hati.

"Boleh koq..gak ada yang ngelarang juga..tapi aku takut nih.."

"Takut? kenapa?"

"Teman-temanku tadi ngefans banget sama kamu Wan, kalau mereka tahu aku dekat sama kamu..duh gak tau nasibku.."

"yeee..kirain takut apa..eh tapi jangan-jangan kamu ngefans aku sejak lama ya? hayooo ngakuuuu....! hahhaa..."

"iiiihh ...kegeeran banget sih kamu..enak aja..aku mah cuma ikut-ikutan buat seru-seruan aja kali biar rame gitu..haahhaa"

"haish..pake gak ngaku lagi..ngaku aja kali gak dosa koq.tuh buktinya kamu add FB aku, jadi likers semua statusku bahkan semua tweetku kamu retweet."

"engggaaaaaaaak........"

"hahahahaha...Meta...Meta..suruh ngaku aja susah bener...eh ya jadi keingat waktu kita kenal dulu..namaku Awan kamu Mentari..tuh kan dari nama aja keliatan banget kita berjodoh..iya gak?"

"Jiah..itu sih maunya kamu yaa..aku sih masih mikir kira-kira aku bakal nyesel gak ya kenal kamu ntar..."

"Ooww..gitu yaa..aku tinggalin kamu disini yaa...byeee..." Awan pun berlari pura-pura hendak meninggalkanku dan aku mengejarnya.

"Awaaaaaaaann..tungguuuuuuuu...ihh jahat banget sihh....!! Aku pun berteriak sambil mengejarnya. Kami pun tertawa-tawa sambil menikmati sore.

Ah sore yang indah. Aku tidak mimpi kan?? :)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan