Rutinitas
Pernahkah
kau terjebak dalam rutinitas yang sama?
Kegiatan
yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang
lama hingga membentuk suatu kebiasaan yang sulit kau ubah.
Rutinitas
sesederhana bangun pagi, mengecek hp sekedar melihat jam, berdoa, menyalakan
paket data untuk mengetahui notification dari media sosial, membersihkan kamar
lalu bersiap-siap mandi untuk pergi ke kantor. Sore harinya kembali ke rumah,
menyiapkan air hangat dan makan malam dengan makanan yang telah dibeli dalam
perjalanan ke kantor.
Dan
ketika weekend kau berada di kamar
seharian menikmati serial drama Korea.
Seringkali
kau bosan dengan rutinitas ini tapi sulit bagimu untuk mengubahnya bahkan sudah menjadi kebiasaan yang sudah kau hapal
ritmenya.
Begitu
pula dengan hal jatuh cinta, bagiku proses merasakan indahnya Jatuh Cinta hingga sakitnya
Patah Hati mempunyai pola yang sama. Kejadian berulang-ulang yang terjadi terus
menerus, bahkan hati ini sudah terlatih dengan rasa bahagia yang meluap-luap, perut yang
tergelitik seperti banyak kupu-kupu yang mencari jalan keluar setiap kau
berdekatan dengan orang yang kau suka hingga sakitnya menghadapi kenyataan bahwa
cinta tak berpihak padamu.
Dari
mulai menyukai seseorang, memberikan dia perhatian, tak jarang perhatian yang kau
berikan terlalu berlebihan lalu lama kelamaan kau mulai menyadari semua yang
kau lakukan adalah kesia-siaan, tak dianggap dan akhirnya menghadirkan
luka. Kau pun mulai memasuki proses
patah hati yang menjenuhkan dimana dalam beberapa hari lagu-lagu galau diputar and for
your info, karena keseringan patah
hati aku pernah membuat folder lagu galau berdasarkan kategori lagu galau yang betul-betul menyayat
hati hingga lagu bertema move on, sembari mendengar lagu-lagu tersebut aku
mulai menghibur serta menguatkan diriku sendiri bahwa rasa sakit ini akan
sembuh seiring dengan waktu.
Jujur
saja sebenarnya aku bosan mengalami “rutinitas” itu, aku mulai berjanji pada diri sendiri kalau
aku tidak mau terlalu memaksakan diri untuk mencari seseorang yang dapat
menyayangiku.
Hingga
pada suatu waktu aku bertemu pria ini. Pria yang sanggup menarik perhatianku
dan membuatku mengubah “rutinitasku”.
Kami
bertemu ketika aku dan dengannya terpilih menjadi 1 grup presentasi oleh Perusahaan
untuk mempresentasikan salah satu produk
perusahaan kami kepada klien di Bali.
Sejujurnya
kami bukan dari Departemen yang sama, namun karena ada proyek presentasi ini
hampir setiap hari kami bertemu untuk membahas poin-poin apa saja yang akan kami
presentasikan serta bagaimana bentuk presentasi kami supaya dapat menarik
perhatian klien membeli produk yang kami tawarkan. Dari pertemuan-pertemuan
tersebut kami saling mengenal satu sama lain, kadang ia menemaniku untuk
sekedar minum kopi maupun mengantarku pulang, tapi tidak seperti yang kalian
bayangkan bahwa kami satu mobil, tidak..tidak seperti itu. Ia mengantarku
pulang dengan mengikutiku dari belakang, setelah ia merasa cukup aman melihatku
pulang sendiri maka ia berhenti mengikutiku dari belakang dengan mengabariku
via telpon, maklum rumahnya tidak searah dengan rumahku.
“Cel…gw muter balik yaa..hati-hati..” begitu
pesannya ketika ia berpamitan untuk berhenti mengikutiku.
“Sip Yo..thanx ya..lo juga ..take
care..” jawabku sambil melihat mobilnya berbelok memutar dari
kaca spionku.
“Ok” dan ia menutup telponnya.
Entah
kenapa setiap kali menutup telponnya darinya, tanpa sadar bibirku tersenyum. Ah
Celine ..Celine…wake up please! jangan GR dulu, udah berapa kali kamu terjebak
dengan perhatian pria, mulai mendramatisir, timbul rasa simpatik, suka, jatuh
cinta dan akhir dari segala “rutinitas” tersebut adalah cinta yang bertepuk
sebelah tangan, dilanda kegalauan selama berminggu-minggu hingga pekerjaan
terbengkalai. Itu yang kamu mau Cel?
Jadi lebih baik bersikap biasa saja, anggap saja ini hanyalah perhatian
biasa dari seorang teman laki-laki kepada teman perempuannya karena berbahaya
jika perempuan pulang larut malam sendirian. Sudah itu saja. Jangan
bereskspetasi tinggi karena seringkali
harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan membuatmu kecewa.
###
Pagi
yang indah akan terasa indah jika kau memulainya dengan ucapan syukur dan rasa
syukur itu terwujud nyata ketika kau melihat gadis yang hanya bisa kau nikmati kecantikannya
dari kejauhan sedang berada di sampingmu menunggu pintu lift yang terbuka.
“Pagi Celine…”
gw tersenyum menyapanya. Sesungguhnya gw juga bingung tentang sikap yang gw
rasakan akhir-akhir ini. Gw bukan tipe pria yang musti menyapa duluan bahkan
biasanya “mereka” yang kumaksud kaum hawa yang seringkali menyapa terlebih
dahulu. Tapi ia berbeda, ia yang membuat
‘rutinitas’ gw berubah selama dua minggu ini. Sejak bertemu dia lagi dalam 1
grup presentasi yang diadakan kantor gw, gw merasa ada yang berubah dalam hidup
gw. Dulu gw ngerasa suntuk banget untuk
ke kantor tapi sejak gw bertemu dia setiap jam pulang kantor untuk ngebahas
poin-poin dalam presentasi, semangat gw berkali lipat menyambut hari demi hari
dan lo tahu hal yang paling gw tunggu sepanjang hari adalah mengantar dia
pulang tiap malam setelah kami selesai membahas mengenai presentasi, oya mengantar dalam hal ini yakni gw mengikuti dia dari belakang, memastikan dia
pulang dengan selamat. Gw sih berharap suatu saat gw bisa ngantar dia pulang
dengan mobil gw namun sepertinya sulit terjadi karena rumah kami yang tidak
searah, tapi ya sudahlah gw yakin waktunya akan datang gw dan dia dalam mobil
yang sama. Yeah..i wish..
“Eh Mario…pagi juga…” Ia pun tersenyum
membalasku.
“ntar malam lembur lagi nih kita…” Gw mulai
membuka percakapan kami.
“Iya nih ..tapi persiapan kita tinggal 30 %
aja kan? Gw pengen cepat-cepat kelar ni…tiket kita ke Bali udah dipesan kan?” Tanyanya
menanggapi.
“Kalau tiket perginya sih udah kata
Pak Daru, cuma untuk tiket kembalinya setahu gw sih belum karena anak-anak pada
minta cuti untuk lanjut liburan selesai kita presentasi, kata mereka sih
sebagai reward buat mereka kalo klien menyetujui produk yang kita tawarkan”
“Oh gitu ya? Wah jadi semua
tergantung presentasi kita dong?” hmm..berat juga ya…hahaha…”
Tawa dari suara empuknya membuat gw semakin bersemangat menyambut hari ini dan
tiba-tiba gw ingin hari ini lebih lama dari biasanya.
###
Hari
yang dinantikan pun tiba juga. Sejak malam aku sudah mempersiapkan keperluanku
untuk keberangkatanku ke Bali. Aku berharap presentasi kami berhasil dan kami
dapat melanjutkan liburan. Ah..sudah lama rasanya aku tidak menyediakan waktuku
untuk berlibur. Bukan karena aku tak ingin maupun tak suka dengan berlibur
namun selama beberapa bulan ini aku sengaja menyibukkan diri dengan bekerja,
bekerja dan bekerja. Aku harap dengan kesibukan pekerjaan aku akan melupakan
sedikit mengenai hal percintaan. Namun nyatanya didalam pekerjaan inilah aku
menemukan lagi rasa yang aku rindukan. Rasa untuk memberi perhatian kepada
seseorang serta menerima perhatian dari seseorang. Aku tak pelit lagi dalam
memberikan senyuman kepada orang yang menyapaku, rasa humorku pun hadir
kembali. Hari-hariku terasa berbeda semenjak
mengenalnya. Rutinitas yang ku jalani setiap hari tak lagi terasa membosankan.
Bahkan sahabatku Zaya sampai heran dengan sikapku yang berubah.
“gw lihat-lihat kayaknya beberapa
hari ini lo cerah banget ya Cel? Apa ada cerita lo yang gw lewati?” Ia mengatakan sambil melihatku dengan
pandangan penuh selidik.
“Gak ada Ya…lo kan tahu gw gak pernah
rahasia-rahasiaan ma elo…” Aku
menjawab sambil lalu.
Namun
bukannya namanya Zaya jika ia tak dapat apa yang dia mau dalam hal ini menjawab
rasa penasarannya.
“Terus gimana dengan Mario?” Entah kenapa
mendengar namanya, seketika aktifitasku berhenti.
“Nah..nah…lo kenapa Cel? Hmmm…ternyata bener
dugaan gw selama ini..” Zaya pun menarik tanganku dan menyuruhku melihat
matanya.
“Lo jujur deh ma gw Cel…lo suka ya ma
Mario?” Sahabatku ini
paling pintar jika sudah menanyakan pertanyaan seperti ini.
“apaan sih Yaa…”
aku mulai risih disodori pertanyaan seperti ini.
“udah deh Cel…ketauan banget lo sama
Mario lagi deket semenjak kalian dijadikan 1 grup presentasi, Mario itu
mantannya temen gw waktu SMA, dia pria yang baik Cel, makanya gw mau nanya ke
elo…gimana perasaan lo ke dia..?”
“Ketauan? Maksudnya?”
“Ya iyalah Cel, gimana gak ketauan
kalo kalian lagi deket, anak-anak lagi pada gosipin elo berdua, nah kalian aja
yang gak nyadar diomongin..so..how’s ur feeling Cel? Can u tell me??”
Entah
harus memulai dari mana tapi ya sudahlah wajahku sudah mulai memanas ketika
mendengar namanya dan aku tahu aku tak dapat mengelak lagi dari pertanyaan Zaya.
Aku mengatur nafasku lalu menjelaskan apa yang kurasakan selama 2 minggu
terakhir ini.
“ hmmm gini jujur aja Ya gw juga bingung jawab
pertanyaan lo, karena disaat lo nanya pertanyaan itu ke gw, gw juga bingung sama perasaan gw ke dia, gw
tau dia baik, sopan, pembawaannya bikin gw nyaman setiap kali dekat ma dia,
cuma Ya lo tahu sendiri kan kehidupan percintaan gw selalu saja berantakan tiap
kali gw mau menjalin hubungan dengan seseorang, gw capek Ya…makanya Ya kali ini
gw gak mau ngoyo amat untuk bangun relationship sama orang. Gw gak mau kalo gw
yang “nemuin” dia atau dia “nemuin” gw, gw maunya kita sama-sama ketemu di
waktu yang pas.
Setelah
mendengar curhatanku yang panjang itu, Zaya pun tersenyum dan menasehatiku,
nasehat yang mungkin takkan kudengar dari orang lain.I’m very lucky having bestfriend like her.
“Celine…Celine...selama kita masih
hidup, permasalahan apapun harus kita hadapi Cel..apalagi dalam hal percintaan
gini, lo jangan patah semangat gitu dong, dengerin gw Cel, lo tuh ya udah punya
segalanya lo cantik, baik, karir lo lagi eksis-eksisnya. Gak semua orang dapat
kesempatan sama kayak lo. Lo sepertinya memang harus belajar menikmati proses hidup deh Cel, gw tahu lo sengaja
menutup hati lo karena lo gak mau merasakan rasa sakit lagi, sebagai manusia
boleh-boleh aja sih lo sedih, lo galau, tapi please Cel jangan sampe rasa sakit lo itu menghalangi lo
untuk bahagia dan sekarang lo juga harus menikmati rasa suka lo itu. Gw harap
lo jangan overthinking dulu dan terlalu paranoid untuk hubungan kalian ke
depan. Jalani dan nikmati saja prosesnya Cel, ingat gw selalu ngedukung elo.
Ok?
“Thanx ya Ya, apa yang lo omongin
kena banget di gw…”
“Gw gitu loh…sini peluk…” kami pun saling
tertawa serta berpelukan dan aku mulai meyakinkan diriku sendiri kalau aku akan
menikmati proses pengenalanku dengannya.
…semenjak ada dirimu…dunia terasa
indahnya…semenjak kau ada disini ku mampu melupakannya…
Dering
telponku yang kusetting dengan nada dering berbeda untuknya menyadarkanku dari lamunan
ketika ku sedang mengingat kembali percakapanku dengan Zaya.
“Iya halo..selamat pagi Yo…”
“Halo Cel..lo udah siap?”
“Iya udah nih..lagi nunggu taxi..ada
apa?”
“Bahan-bahan presentasi kita jangan
lupa dibawa ya..”
“Ya astaga Yo..gw udah siapin dari malam..lo
jangan bikin gw panik untuk ngebongkar koper gw lagi dong…”
“hahaaha…maaf Cel..gw cuma ingetin
aja gak ada maksud bikin lo panik..” suara yang renyah diseberang
sana lagi-lagi membuat senyum berkembang.
“kurang-kurangin deh rasa panik lo…gak baik
buat kesehatan…hahaha…” Ia mulai lagi meledekku.
“hmm..iya..iya..lo udah dimana ni?”
Tanyaku.
“gw otw bandara nih..ok deh Cel..see
u there…”
“Ok..see u..”
###
Apa
yang lo pikirkan tentang ketika mendengar kata Bali?
Mungkin
yang ada di pikiran lo adalah suasana romantis di Pantai Kuta.
Mengunjungi
dan menikmati banyak obyek wisata serta menikmati kebudayaan masyarakat Bali
dan juga hiruk pikuknya kehidupan orang-orang berbudaya Barat.
Menikmati
wisata kuliner dari jajanan tradisional semacam Nasi Jinggo yang akan kau temui
di sepanjang jalan ketika malam hingga makanan sekelas Steak yang ada di
restoran mahal.
Semua
hanya bisa kau nikmati di Pulau Dewata ini.
Tapi
bagi gw, datang ke pulau Dewata seperti membuka kenangan lama. Gw pernah
menghabiskan waktu di pulau eksotis ini dengan orang yang gw sayangi namun yang
paling menyakitkan di pulau ini pula kami memutuskan berpisah. Sejak itu gw udah mulai menghindari untuk
berlibur atau bila ada kunjungan pekerjaan, sebisa mungkin gw akan
menghindarinya serta mencari pengganti supaya kenangan itu gak akan gw buka
lagi. Tapi kali ini gw mengingkari janji gw sendiri, kenangan itu muncul
kembali ketika pilot mengumumkan bahwa kami akan segera sampai dalam waktu 30
menit dan memberitahukan ada perbedaan waktu satu jam.
Ketika
gw melihat seorang gadis yang ada disebelah gw masih tertidur lelap dengan buku
novel yang ia peluk dari tadi, gw ngerasa kalo Celine yang jutekin gw
beberapa saat lalu bukanlah sosok Celine yang gw kenal selama ini, Celine yang
dewasa dan anggun.
“Yo…gw mau minta tolong ma lo bisa
gak?” tanyanya penuh harap.
“lo mau minta tolong apa Cel?”
“lo lihat deh cowok yang di depan
kita, yang pake kaos merah dan topi pet” Gw pun mengikuti arah pandangnya.
“hmm iya..kenapa dia Cel?”
“ntar kalo udah ada peringatan kita
gak pake sabuk pengaman, lo tolongin fotoin gw ma dia ya..”
“hah?! Emang gak bisa foto pas kita
turun aja ya Cel? Malu ah..” jawab gw spontan menolak
permintaannya.
“Yah Yo dia itu penulis favorit gw,
bukunya selalu gw bawa kalo gw lagi bepergian kayak gini, gw berharap banget
bisa dapat tanda tangannya dia dan foto bareng, nah sekarang harapan gw hampir
terwujud Yo…gw gak yakin kalo kita turun dari pesawat, gw bakal kesempatan
untuk foto dan minta tanda tangannya.” Ia menjelaskan dengan
wajah memohon.
“bisalah Cel, ntar gw bantu…pas turun
aja ya..malu gw diliatin orang..” Gw pun menjelaskan
alasan penolakan gw.
Tapi
sepertinya jawaban gw membuat dia kecewa dan gw merasakan ia malas untuk
ngobrol dengan gw lagi.
Gw
memulai obrolan dengannya namun dia hanya menjawab sekedarnya sambil membolak
balik halaman dari majalah maskapai dengan wajahnya yang jutek. Ketidaknyamanan
ini mengganggu gw sepanjang perjalanan. Gw mulai menyerah dengan keadaan ini,
gw ke Bali untuk presentasi dan kami 1 grup. Masak dengan hal seperti ini, mood
kami bisa berantakan lalu presentasi kami yang kami siapkan selama
berminggu-minggu bisa hancur.
“Cel..ke depan yuk..” Gw
pun mengalah dan ingin memperbaiki hubungan komunikasi kami.
“Hmm..” ia melihatku dengan pandangan
penuh tanya.
“Mana hp lo…bawa novel lo ini dan gw
fotoin elo sama dia…gimana…?” Entahlah gimana tampang
gw sekarang ngerayu dia untuk foto sama idolanya.
“Males gw…udah gak mood gw..” Jawaban yang singkat serta pedas di telinga.
“Yahh jangan gitulah Cel..sorry deh
tadi gw nolak, gw gak tau kalo lo sebegitu ngefans sama dia..udah jangan marah
ke gw gitu..kapan lagi lo bisa foto bareng ma dia? Sekali lagi sorry deh…” Gw
pun mengaitkan kelingking gw ke kelingking tangannya. Gw harap dengan cara ini
Celine mau maafin gw.
“Ih apaan si lo…” Ia
pun tersenyum kembali.Yes! berhasil! Her
smile for me is back J Lalu akhirnya kami pun ke depan dan ia
pun meminta ijin untuk foto bersama dengan penulis favoritnya, sambutan penulis tersebut di luar dugaan, ia
mengajak Celine duduk disampingnya karena kebetulan kursi itu kosong. Celine
pun menyambut dengan senang hati dan memberikanku kode kalo lebih baik gw kembali
ke tempat duduk gw.
Namun
tak berapa lama Celine kembali duduk disamping gw dengan wajah bahagia.
“loh kenapa gak duduk ma dia sampe
turun aja ? “ Tanya gw heran.
“hahaha…gaklah Yo..lebih enak duduk
sama elo…makasih ya Yo…lo udah bantuin gw menuhin impian gw…makasih bangeeet..” Senyumnya melebar dan tiba-tiba ia memeluk
tangan gw.
“jangan-jangan lo grogi ya duduk
lama-lama ama dia?”
“hahaha tau aja lo...”
“Oya Gw minta maaf ya Yo kalo kelakuan
tadi ngeganggu lo..maaf banget...…” Ia tersenyum sambil
melebarkan matanya memandangiku.
Gimana
lo gak luluh kalo permintaan maaf seperti itu dilontarkan dengan cara manis
seperti ini.
“iya..iyaa…gw juga minta maaf ya tadi
sempat nolak bantuin elo..gw gak nyangka lo punya sisi yang kayak tadi…”
“sisi apa?”
“Galak!…”
hahaha sialan lo…” ia pun meninju lenganku. Kami pun tertawa
bersama.
###
Menjadi
pendengar yang baik bagi seseorang itu berarti kita harus siap menyiapkan
telinga kita dan ikut merasakan apa yang ia rasakan ketika ia bercerita. Namun
apa yang terjadi jika yang bercerita padamu adalah seseorang yang beberapa
minggu ini mengusik hati serta pikiranmu. Ia yang merubah sedikit rutinitasmu.
Ia mengubah pola jam tidurmu dengan panggilan telponnya, kalian bercerita topik
yang random, saling meledek, tertawa, bernyanyi, bermain musik hingga tak
terasa bunyi adzan subuh mengingatkan kalian bahwa hari sudah pagi. Kalian pun menyudahi percakapan kalian dengan
berat, mengucapkan salam perpisahan namun bertele-tele karena hanya ingin
memperpanjang waktu. Setelah menutup telpon ada rasa bahagia yang membuatmu tak henti untuk
tersenyum dan tak sabar untuk bercerita lagi dengannya. Rasa nyaman mulai menghinggapimu
serta membuatmu mulai membangun ekspetasi serta pertanyaan-pertanyaan “apa ia
merasakan hal yang sama?”, “apakah aku berlebihan?”, “apakah kami hanya sekedar
teman?”. Kau mulai mencari-cari jawaban atas pertanyaanmu itu. Kau juga mulai
menduga-duga dengan apa yang ia lakukan padamu, bahkan ketika ia tak menjawab
teleponmu, serta lama membalas pesanmu, kau memikirkan hal yang tidak-tidak yang
sebenarnya tidak perlu kau pikirkan. Kau merasa sudah memilikinya namun
sebenarnya tidak.
“Loh Yo..lo gak pergi sama anak-anak?” tanyaku
ketika melihatnya di teras kamar memandang kosong pemandangan pantai di depan
kami.
“Gak Cel, lagi males aja lo mau
kemana?” Ia balik bertanya padaku.
“Sodara gw yang tinggal di Nusa Dua mau
ngajak gw jalan-jalan, yah mumpung gw masih disini, apa lo ikutan ma gw aja
gimana?”Ajakku.
“Hmm..gak
Cel...lagi males aja gw...”
“lo
kenapa sih Yo? Ya kalo gw boleh tahu sih..”
“ah tapi lo kan mau pergi Cel..”
“Masih lama kali..sejam lagi baru gw
dijemput...gimana? gw siap jadi pendengar yang baik buat elo...”
“entah gw mau mulai cerita dari mana Cel, tapi pulau ini
menyimpan banyak kenangan buat gw..” Ia pun menghela napasnya
dengan berat seperti ragu untuk meneruskan ceritanya.
“Its Ok Yo kalo lo belum siap
cerita..” Aku menghiburnya dengan menyentuh tangannya.
“Gak papa Cel..jadi gini...gw dulu
pernah punya cewek dan kami pacaran hampir 6 tahun, maklum gw pacaran dengan
dia dari jaman kuliah. Kita putus setahun lalu karena gw dan dia udah gak punya
pandangan yang sama tentang masa depan. Dulu kami sering banget menikmati
weekend di pulau ini Cel bahkan pernah dia saking ngidamnya makan nasi Jinggo
di Bali, pulang kantor dia nyulik gw untuk terbang ke Bali dan kita kembali ke
Jakarta dengan penerbangan pagi. Bayangkan Cel gak sampe sehari kita ada
disini, tapi memang gw akui kalo dia tipe cewek yang spontan dan apa yang dia
mau dia harus lakuin. Berbanding terbalik ma gw, gw kebanyakan mikir untuk apa
yang musti gw lakuin tapi perbedaan itu masih kami maklumi dan gak menjadi
penghalang untuk hubungan kami, cuma lama-lama perbedaan itu semakin lama
semakin menonjol dalam hubungan kami Cel. Kami merasa terganggu, yah kami
sempat untuk memperbaikinya but failed Cel. Sampe akhirnya kami memutuskan
untuk berpisah melanjutkan hidup kami masing-masing.”
“hmm baiklah gw jadi ngerti
sekarang..tapi Yo hidup musti dijalani bagaimanapun prosesnya kata temen gw
kita harus belajar menikmati hidup, kalau kita terlalu larut dengan masa lalu,
kita akan gak mampu jalan ke depan”
“Iya Cel, gw ngerti..thanks ya Cel,
lega gw bisa cerita ma lo...”
“Sama-sama Yo..gw juga makasih lo
udah percaya cerita masa lalu lo ma gw...”
“gw percaya ma lo Cel makanya gw
cerita, jadi tawaran tadi masih berlaku?”
“Hmm tawaran apa?”
“ngajak gw jalan ma sodara lo...”
“oh..masihlah...lo
yakin mau ikut?”
“Yakinlah...daripada
gw sendiri disini...”
“hahaha....iyaa
sayang banget lo sendirian baper disini hahahah....”
“sial...ok lo
tunggu bentar ya...gw siap sebentar...”
“sip..”
Seketika aku merasa ada hal yang berbeda memasuki
hatiku. Entahlah apa namanya rasa ini.
###
Perasaan
lega dan rasanya beban dari masa lalu seketika berkurang ketika gw mampu
bercerita tentang masa lalu gw ke Celine. Gadis yang menarik perhatian gw sejak pertama kali gw
ketemu dia. Gw jadi keingat waktu itu dia dan Zaya lagi sibuk nyari tempat
duduk untuk menikmati makan siang mereka, sedangkan gw dan teman-teman satu
departemen lagi pada ngumpul di satu meja lalu Zainal salah satu dari kami
memanggil Zaya untuk duduk bersama-sama dengan kami.
“Ya...duduk sini aja...” teriak
Zainal dan disambut oleh Zaya dengan mengarahkan langkahnya ke arah kami.
“halo..halo...kami duduk disini
ya...gw Zaya..” Zaya secara otomatis memperkenalkan
dirinya kepada kami walaupun sebagian dari kami sudah tau tentang Zaya.
“Iya..iya silahkan...terus temennya gak mau
duduk?” tanya gw nyeplos ketika melihat Zaya yang langsung duduk dihadapan
Zainal namun gadis itu masih ragu-ragu untuk duduk disebelahnya.
“yaelah lo Yo...jangan ganggu temen gw
yaa...awas lo..!” Mampus gw, gw baru keingat kalo dia temennya Angel,
mantan gw lebih baik gw diam aja.
“Cel, sini duduk..gak usah canggung
gitu...nyantai aja...ada gw..” Gaya Zaya yang gak
pernah berubah dari dulu sampai sekarang.
“Kenalin ini temen gw Celine, dia
baru sebulan kerja disini, jadi please jangan ganggu dia kalo gak lo smua
berhadapan ma gw..” ancam Zaya.
“tenang Ya..siapa juga yang berani
ngelawan elu..masih mau hidup gw...” Zainal pun membalas
perkaaan Zaya.
“hahaha apaan sih Nal...lo juga Yo...”
Tiba-tiba Zaya mengarahkan tatapannya ke gw.
“Hiii..takut gw ma elo Ya...tenang-tenang gw
diam aja disini” gw berpura-pura menunjukkan ekspresi ketakutan gw ma dia
dan ketika melirik gadis itu dia seperti menyembunyikan senyumannya.
Mengingat
pertemuan kami waktu itu dan kami dipertemukan lagi dengan project yang sama,
gw mulai bertanya-tanya ke diri gw apa gw siap untuk membuka dan menjalin
hubungan lagi? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai mengusik hati gw semenjak kami
saling menelpon setelah gw sampe ke rumah mengantar ia pulang malam itu. Dari
pembicaraan-pembicaraan kami yang random, gw jadi mengenal dia lebih dalam.
Kepribadiannya yang tenang setiap gw bertemu dia sangatlah berbeda ketika dia
mulai bercerita, ada saja bahan obrolan kami yang membuat gw betah berlama-lama
menelponnya. Namun sayangnya sampai sekarang gw belum tahu kepastian hubungan
kami ke depan,gw masih harus berdamai dengan masa lalu gw dengan Angel. Gw gak
mau Celine menjadi pengganti Angel, bukan..bukan itu yang gw mau. Gw mau kita
berdua sama-sama dipertemukan disaat waktunya kami memang harus bertemu bukan
karena kami sama-sama sepi sendiri namun karena sudah saatnya kami saling
membutuhkan satu sama lain. Gw yakin waktu itu akan datang .
###
...ku ingin cinta hadir untuk
selamanya..bukan hanyalah untuk sementara..menyapa...dan
hilang...terbit..tenggelam bagai pelangi....
Lagu
Pelangi yang dibawakan Hivi sudah berulang-ulang kali ku dengar di kamarku yang
berukuran 4x4 ini, bahkan aku tak berniat menggantinya dengan lagu yang lain.
Lagu itu mengiringi slide slow foto-foto kami yang ada di laptopku ketika kami
sama-sama berada di Bali, deretan rekaman telponnya masih tersimpan di folder
hp. Telpon dari Zaya sebanyak 20 kali
kuabaikan. Aku masih bingung dengan sikapnya sepulang kami dari Bali sepertinya
ada yang disembunyikannya dariku. Tapi apa? Apa salahku? Bahkan baru kuketahui
dia mendapat promosi jabatan dengan
syarat dia harus pindah ke kantor cabang
di Surabaya.
Kuputar kembali apa yang terjadi pada hubungan kami
sejak kami dipertemukan dalam 1 tim, apa aku salah mengartikan sikapnya selama
ini? Hatiku terlalu sakit mengingat itu semua...
...jangan anggap hatiku jadi tempat
persinggahanmu untuk cinta sesaat......
Lantunan
lirik dari lagu Pelangi membawaku ke alam tidur dengan mata sembab, dan ketika
malam tiba aku memutuskan untuk
menghapus segala sesuatunya tentang dia. Aku tak mau berlarut-larut
bersedih dalam kisah yang belum dimulai. Aku berhak untuk hidup bahagia dan aku
tidak menyesal pernah bertemu serta mengenalnya.
###
3 bulan kemudian
Gw
gak tau apa yang ada didalam pikiran Celine saat ini, gw tahu gw salah, gw
sengaja menghindar dari dia sepulang kami dari Bali. Gw punya alasan pribadi
untuk nglakuinnya. Zaya pun berulang kali nasehatin gw untuk bilang sejujurnya
ke Celine dengan apa terjadi dengan diri gw.
“lo kenapa sih Yo..pengecut banget lo
jadi cowok..ngilang gitu aja...! gw udah peringatin ya dari awal, jangan mainin
perasaan temen baik gw...emang Celine salah apa ke elo?! Ha???”
“Celine gak salah Ya..gw yang bermasalah...”
“ckckc...gw jadi ngerti kenapa Angel ninggalin
lo...”
“lo gak usah bawa-bawa Angel deh
Ya....ini urusan gw..please Ya...gw harap lo gak ikut campur urusan gw ma
Celine..”
“gak Yo..gak bisa...Celine temen baik
gw dan elo mantan kekasih teman baik gw Angel..”
“ooh gitu..ok.justru karena lo teman
baik Celine tolong kasih tahu dia gw baik-baik saja dan gak ada yang salah
dengan dia...lo bisa bantuin gw kan Ya? Gw gak mau berdebat panjang ma
elo...udah ya...gw masih sibuk urus kepindahan gw...tolong Ya..”
“hmm ok...”
“thanx Ya..”
###
1 tahun kemudian
Apa
rasanya ketika kau kembali pada rutinitasmu yang dulu? Rutinitas yang setiap
hari kau lakukan bahkan kau menambahkan lagi 1 daftar kegiatan untuk menambah
kesibukanmu.
Kegiatan
yang membawa energi positif untukmu bahkan
kau bisa mendapat keuntungan dari kegiatan itu.
“Selamat ya Cel..buku lo masuk best
seller ....hebaaaatt..bangga gw ma elo..minta tanda tangan lo dong..” Zaya
datang menghampiriku sambil membawa buku baruku.
“makasih Ya..kalo bukan lo yang ngedukung gw,
gw gak akan sampe sejauh ini...mana sekalian gw kasih cap bibir hahaha....”
“Celine gw kembali juga...hahhaa.."
“hahahaa bisa aja..emang selama ini gw kemana
Ya...”
“lo disini tapi pikiran lo gak ada
disini...hahaa...eh dengar-dengar lo besok mau ke Singapore ya?”
“iya ni Ya..ada pembaca buku gw yang
ngundang gw untuk ngadain book signing disana...seneng banget gw..akhirnya gw
punya buku sendiri”
“Congratz deh Cel..gak ada yang
sia-sia Cel kalo kita menikmati proses hidup yang Tuhan kasih..by the way....jam berapa lo
berangkat besok?”
“Subuh Ya..jam 5 pagi sorenya gw
langsung balik...”
“Oh okok..take care Cel..
“Thanx a lot Ya...”
###
Apa
yang lo rasakan ketika lo memutuskan menjauh dari seseorang yang belakangan ini
lo ketahui bahwa lo sayang banget ma dia.
lo
berusaha untuk tidak mengecek media sosialnya dan gagal total.
Dan
sekarang lo sedang memegang buku yang ia tulis.
Gw
bingung apa yang harus gw lakuin sekarang, ending cerita dalam buku ini masih
menggantung dan gw yakin banyak pembaca yang sedang menanti kelanjutannya. Gw
sadar kalo akhir cerita ini tergantung
dari kisah kami berdua.
....But i love the way you love me..
Nada dering dari band favorit gw berdering keras,
membuatku tersentak ke alam sadar. Nama Zaya ada dalam nama pemanggil.
“Ya
halo...”
“Halo
Yo..pa kabar lo?”
“Baik
Ya..lo apa kabar?”
“Baik
juga...”
“Celine?”
Tanya
gw hati-hati.
“Celine
baik oya kebetulan lo nanyain dia, nih gw kasih tahu kalo besok Celine ke
Singapore, penerbangan subuh..”
“terus
maksud lo kasih tahu gw apa?”
“Gak
papa..gw mau kasih tahu aja...gw juga tahu elo udah beli bukunya...jadi mending
lo pikir sendiri aja maksud gw nelpon tentang Celine..ok.. ...bye..”
###
Menunggu adalah sesuatu yang membosankan apalagi jika
keadaanmu sedang mengantuk berat karena harus bangun diwaktu orang lain sedang
bermimpi indah. Ketika panggilan untuk segera naik pesawat telah tiba, aku pun
bergegas berdiri serta mengantri bersama penumpang lain untuk masuk ke pesawat.
Namun tanpa sengaja aku melihat bayangan orang yang sangat familiar di depan
pintu kaca, secara otomatis aku menoleh ke belakangku dan melihatnya.
Aku tak percaya melihatnya disini, mungkin aku sedang
berhalusinasi. Ah tapi..
Ia menepuk pundakku.
“Hai
Cel...”Ia pun menyapaku
“koq
kamu disini” refleks pertanyaan itu terlontar dari
mulutku.
“emang
gak boleh?”Tanyanya.
“Ya
boleh aja sih..” Rasa canggung bertemu dengannya lagi
membuatku bingung harus bersikap bagaimana dan sepertinya dia juga merasakan
hal yang sama.
“Cel,
sebenarnya aku ada disini untuk selesain kisah yang ada di buku ini”
Ia pun menunjukkan bukuku yang ia keluarkan dari tasnya.
“Maksudnya?”
“Aku
masih punya kesempatan kan untuk ada di hati kamu? Maaf kalo selama ini aku
sengaja hindarin kamu, bukan kamu yang salah tapi aku”
Aku tersenyum dan terdiam sesaat, dan aku
mengiyakannya dengan anggukan. Aku tahu ini adalah keputusan terbesar dalam
hidupku, namun seperti kata Zaya aku harus menikmati proses hidupku, proses
ketika aku merasa tersakiti, proses memaafkan dan membuka hati kembali pada
orang yang sama. Orang yang pernah
mengubah rutinitasku hingga sekarang karena kalo aku tidak memikirkan dia,
kisah dalam bukuku tak akan pernah tertulis, bahkan aku sudah memikirkan
rencana meluncurkan buku keduaku.
Melihat anggukanku, ia tersenyum lalu menggandeng
tanganku dan kami sama-sama berjalan ke dalam pesawat.
Komentar
Posting Komentar