My Home is Your Back




Tak ada yang lebih menyenangkan bila kita pulang dari perjalanan panjang yang melelahkan lalu ada seseorang yang menjemput dan menyambut kita dengan wajah yang menyimpan rindu.

Dan itulah yang terjadi padaku sekarang.

Sejauh apapun aku pergi dan melangkah bahkan seringkali aku tersesat dalam perjalananku lagi-lagi aku kembali pada punggungnya.

Punggungnya bagaikan benteng perlindungan dan memberi ketenangan.

Setiap kali aku pulang, hal yang paling kurindukan adalah mencium aroma tubuhnya dari punggungnya. Aneh bukan? Tapi itulah kenyataannya dan aku juga bingung untuk menjelaskan kepada kalian apa yang terjadi padaku.

Terkadang saking gemasnya dan rasa rindu yang meluap, setiap kali kami bersama, aku sesekali mencium punggungnya. Dia juga tak pernah menanyakan padaku kenapa aku sering melakukannya, padahal diantara kami tak ada hubungan yang spesial. Yah memang tak ada. Aku dan dia sadar bahwa kami tak bisa bersama namun anehnya kami menikmati hubungan tak bernama ini.

Malam ini pun ketika kami bersama, aku hanya mampu memeluknya dari belakang. 

Seperti biasa dia hanya diam dan mendekap tanganku dengan tangannya. Dalam kesunyian kami mendengar suara nafas kami masing-masing. Lalu tiba-tiba ia berbalik padaku serta memelukku dari depan.

Karena badannya yang tinggi, kepalaku hanya sampai di dadanya.

“Kamu kenapa?” Tanyanya padaku.

“Gak papa…” Jawabku.

Aku merasa ia ingin meregangkan pelukannya untuk dapat melihatku, namun aku semakin mengeratkan pelukanku.

“hey…hey..nanti aku gak bisa nafas…” candanya.

“Biarin..” Jawabku lagi dengan nada manja.

“hahahaha…pasti kamu lagi galau lagi ya..” Dia lalu membelai rambutku yang sudah panjang sebahu.

“Aku capek Ar”

“Capek dijodohin? emang udah berapa orang yang udah ketemu langsung sama kamu kemarin?

“Kemarin sih 2..Cuma entahlah minggu ini ada lagi yang dikenalin ke aku…”

“Ya udahlah kenalan aja dulu…jangan dipaksa kalo gak mau ketemu..” Dengan lembutnya ia menenangkanku.

“kenapa gak kamu aja sih Ar?”
 
“kamu mulai lagi deh Giv…kalo gini caranya aku gak bisa temanin kamu lagi..kan kita udah tahu kalo kita……..” Ia pun berhenti mengapa kita tidak bisa bersama.

“Udah…udah gak usah diterusin…sekarang balik badan yaa…aku capek..aku mau pulang kerumahku sebentar saja…boleh kan…?”

Ia pun menuruti kemauanku dan aku memeluknya dari belakang.

Rumahku adalah Punggungmu Ar. Dan aku ingin selamanya begitu.









Ps : Tulisan ini terinspirasi dari tulisan singkat  saya berjudul “Usai Disini” dengan account   Instagram @erufachan yang dimuat tanggal 16 Juli 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan