The Notary

The Notary
Can’t believe that I’m fool again ……..(Fool again, Westlife)


Menjadi Notaris di pulau paling Selatan Negara ini sebenarnya tidak ada dalam bayanganku ketika aku masih di bangku kuliah dulu, bahkan untuk menjadi penulis pun juga tidak termasuk dalam daftar cita-citaku. Memang kuakui hobi tulis menulis ini sudah kulakukan sejak aku menginjak usia 8 tahun, aku hobi menulis apa saja misalnya kegiatanku pada hari itu, menulis renungan singkat bahkan karena kebiasaanku menulis renungan aku pernah bercita-cita menjadi Pendeta. Kesukaan dalam dunia tulis menulis itu berlanjut sampai aku SMA, aku menulis berbagai cerita  yang aku alami dalam bentuk diary, hingga sampai aku memasuki dunia perkuliahan, aku mulai menulis cerita nyata yang kubalut dengan cerita fiksi tetapi hanya  berani kusimpan di folder komputer. Terkadang untuk mengetahui kemampuanku menulis cerpen, aku memberanikan diri untuk menunjukkan ke anak-anak kost yang kebetulan pada saat itu tinggal dirumah, respon mereka saat itu positif sekali dan membuatku bersemangat untuk menulis cerita lebih banyak lagi. And say thanx to Facebook, aku mulai berani mempublikasikan tulisanku melalui aplikasi notes yang ada di Facebook. Hingga pada  suatu waktu, aku mulai menjadi blogger dan memposting tulisan yang kubuat karena dorongan dari seseorang yang selalu menjadi tempat curhatanku, waktu itu ketika aku sedang menempuh pendidikan untuk meraih gelar S2 di kota Semarang, keadaan hatiku memang sedang galau berat dan ia selalu menjadi orang yang paling sering aku hubungi untuk menceritakan apa saja tentang masalahku, pada masa itu mungkin karena ia kasihan padaku atau bosan mendengar ceritaku yang itu-itu saja, ia pun mempunyai ide ketika aku sedang chatting dengannya di whatsapp.

“Daripada kamu galau mulu gara-gara dia, mendingan kamu bikin sesuatu yang bermanfaat deh…”

“Idih..siapa yang galau?”

“hahhaa..udahlah..kalo sama aku gak perlu ngeles gitu…gini deh sekarang aku tanya selain nyanyi di karaoke untuk melampiaskan kegalauanmu, kamu suka lakuin apa?”

“Nulis” jawabku singkat.

“Hmm gimana kalo kamu buat blog jadi kalo kamu lagi kesel, marah, sedih, kamu bisa nulis disitu, daripada tulisan-tulisanmu cuma ada di folder laptop dan share di notes Facebook mending ngeblog aja, bisa nambah temen baru”

“ha? Koq tau?”

“kan kamu yang cerita waktu itu, gimana sih?”



“iya ya…tapi emang sih banyak cerita yang aku simpan di folder, kalo tentang ide blog dulu aku pernah buat tapi ya dibiarin gitu aja, sampe  lupa deh alamatnya apa.


“Nah sekarang mulai lagi aja, siapa tahu tulisanmu nanti banyak pembacanya, terus bisa buat buku deh hehhe…”

“haha..bisa..bisa..…wuih buat buku? Gak kepikiran aku…..”

“makanya dicoba dulu, udahlah gak usah galau lagi, banyak pria yang baik yang menunggumu disana…”

“hahaha…ok deh….tapi ini idenya gak ada maksud apa-apa kan? Jangan-jangan kamu bosan lagi aku curhatin?”

“adohh..ya gaklah..eh udah dulu ya aku masih lanjut lembur nih….”

“hahaa iya..iya…ok deh…good night..”

 Berawal dari  percakapan singkat itulah, aku pun akhirnya membuat blog, banyak cerita yang aku publish serta mendapat respon yang positif dari sahabat-sahabatku bahkan ada yang mengusulkan untuk mengirim karyaku ke penerbit tapi aku masih belum tertarik untuk mengkomersilkan tulisan-tulisanku. Menulis bagiku adalah kegiatan yang membuatku merasa bebas untuk bercerita apa saja, cita-citaku, kemarahanku, sakitku, pedihku semuanya tanpa perlu aku batasi, gratis dan aku tidak perlu mendengar nasehat-nasehat yang membosankan itu. Saking banyaknya cerita fiksi yang aku tulis, hingga salah satu temanku Rina, pernah komentar melalui BBM “El, kamu koq bisa dapat nama tokoh yang bagus-bagus dapetnya gimana sih? Aku mau pake ah namanya kalo aku udah punya anak  dan aku hanya bisa membalas “pake aja..aku cuma ngarang aja itu”. Pemilihan nama tokoh memang tak pernah aku persiapkan kalau aku sedang menulis,  mengalir saja, dan memang aku sesuaikan dengan tampang tokoh yang sedang ada dalam pikiranku. Pernah pada suatu waktu, aku sedang mengalami kesulitan mencari nama tokoh, aku mulai mencari di internet tapi tak satupun yang sesuai dengan kemauanku, namun ketika kepalaku diguyur air dingin dibawah pancuran shower, nama tokoh fiksi  itu tiba-tiba muncul begitu saja, bahkan bagian percakapan sang tokoh pun bisa muncul dalam pikiranku begitu juga adegan-adegan yang tak pernah aku pikirkan, sejak itulah jika aku mengalami kebuntuan untuk menulis, aku memilih untuk tenang sejenak lalu mandi lalu mengalirlah ide-ide baru untuk aku tuliskan
Tetapi akhir-akhir ini, aku benar—benar mengalami kebuntuan mencari ide untuk menulis,  bahkan sampai aku menjalani ritual untuk mandi pun, tak ada ide yang keluar. aku bingung mau menulis darimana,  mataku terpaku melihat kertas kosong di buku konsepku, tanganku sudah memegang bolpen tetapi tak ada coretan yang goreskan. Nama tokoh, karakter, adegan yang ingin aku tuliskan benar-benar menghilang dimana. Padahal biasanya jika aku sedang memikirkan karakter sang tokoh utama pria, maka bayangannya akan selalu hadir untuk memberi roh pada setiap karakter yang aku buat. Setiap kali memikirkannya aku selalu mempunyai ide-ide baru untuk menulis. Ya dia adalah pria yang selalu menjadi inspirasiku. Aku sering meminjam senyumnya, ekspresi marahnya, manjanya, candanya untuk kuisi dalam karakter sang tokoh utama.

Dia adalah pemeran utama dalam setiap tokoh utama yang kubuat.

Dia yang tak pernah pergi dari hatiku walaupun secara fisik dia tak ada disini.

Dia memang jarang menanyakan kabarku tetapi sesekali dia menyapaku, kami akan mengobrol  sangat panjang.

Dia jarang mengirimkan hadiah ulang tahun untukku bahkan untuk mengucapkan selamat ulang tahun pun ia memerlukan bantuan Facebook sebagai pengingat.

Dia yang mampu mengacak kembali pertahanan  dinding “move on” ku selama 2 tahun ketika aku bertemu dengannya lagi beberapa bulan lalu ketika kami menghadiri reuni memperingati hari ulang tahun universitas kami.

Dia yang sesekali hadir dalam mimpiku ketika aku sedang tak merindukannya.

Tok…tok….

“Ya..masuk…, ada apa Yen?’

“Maaf bu, ada klien yang mau bertemu ibu”

“Oh ya mana orangnya..?” Tanyaku sambil melihat pintu.

“Selamat pagi bu Notaris….” Sesosok pria berkulit cerah, berambut cepak dengan tinggi kira-kira sekitar 175 cm menyapaku dengan suaranya yang empuk. Yeni pun berbalik dan tinggallah kami berdua di ruanganku.

Sial…kenapa tiba-tiba dadaku berdegup kencang, wangi aftershavenya mampu menghipnotisku.

Selamat pagi juga” Aku pun tersadar kalau aku sedari tadi hanya duduk, lalu aku pun berdiri, mengulurkan tanganku dan kami bersalaman. Genggaman tangannya erat dan bersahabat, jemari kecilku seakan hangat dalam genggamannya. Ah El…control yourself, he’s u’r client.

“Bagaimana pak, ada yang bisa saya bantu?”  Aku pun memasang senyum andalanku.

Begini bu, saya mau membuat akta untuk pendirian Perseroan Terbatas, kira-kira apa ya persyaratannya tadi saya sudah menanyakan ke karyawan ibu tapi mereka meminta saya untuk menanyakan langsung ke ibu.

Ohh,iya mereka memang belum begitu tahu, karena masih baru bekerja disini. Persyaratannya mudah saja pak, sertakan saja fotocopy identitas susunan pengurus Dewan Direksi dan Komisaris, Nama PTnya apa, modal perseroannya berapa serta masing-masing pengurus jumlah sahamnya berapa. Untuk pemilihan nama, bapak perlu beli voucher pesan nama di bank Benito., supaya kami bisa memesankannya secara online.”

Wah kalo begitu saya harus ke Kupang dulu dong, karena kan tidak ada bank itu disini

“Iya sih, tapi kebetulan besok saya memang rencana ke Kupang besok, jadi saya akan membelikannya untuk bapak, kalau pemesanan nama sudah selesai, kami akan langsung membuatkan aktanya, nanti bapak tinggalkan saja nomor yang bisa dihubungi, jadi kalau aktanya sudah selesai dibuat, kami bisa segera hubungi bapak untuk tanda tangan

ok baiklah, tapi sebenarnya teman saya yang mau buat PT, saya hanya sekedar membantu mereka..”

Oo begitu ya …nah kalau begitu nomor siapa yang harus kami hubungi?”

Nomor saya saja tidak apa-apa…oya ini kartu nama saya” Ia pun memberikan kartu namanya dan aku pun juga memberikan kartu namaku.

Oya pak, ini kartu nama saya, kalau ada yang mau ditanyakan bisa menghubungi saya.”

Elitya Maleka” Ia  membaca namaku di kartu nama yang kuberikan padanya lalu ia memandangku dan tersenyum seakan ia ingin mengatakan padaku “hey..are u forget me?”.

Apa aku pernah bertemu dia sebelumnya? Aku hendak menanyakannya tapi ..ah sudahlah ntar dikira aku kegenitan lagi..

Seakan bisa membaca pikiranku, sebelum ia berpamitan, ia berkata lagi “pasti ibu lupa dengan saya, tetapi gak papalah, oya bu pesan saya untuk kebaikan ibu, jangan lupa kalau misalnya ibu ke Kupang naik kapal, minum obat dulu supaya tidak pusing di jalan,baiklah saya undur diri dulu bu Notaris, saya tunggu kabarnya  dengan senyumannya yang semakin melebar, ia pun keluar dari ruanganku dan tampangku benar-benar bingung sambil mengingatnya.

Obat? 

Kapal? 

Maksudnya? 

Namun perlahan ingatanku tentangnya tiba-tiba muncul.

Dia kan…iya dia  kan pria yang aku temui dulu di kapal dan kejadian yang memalukan yang membuatku bisa mengenalnya, aku pernah mual akibat mabuk laut dan dia menawariku segelas teh hangat untuk meredakan mual.
Ya ampun!! Pantesan dia bilang gitu! Aku pun membaca kartu namanya.
Sergian Hedy?
Sergian..
Ian?
Aku pun hendak menelponnya  namun tiba-tiba ponselku berbunyi, tak ada nama penelpon tapi aku tahu siapa yang menelponku.

“El?” suara khas dari seberang memanggilku dengan panggilannya.

“Ya Sam? Gimana?”

“Besok aku dapat tugas di Kupang, temenin ya..ya kalo bisa sih jemput……”

Ha? Koq bisa?” Kalimatku menggantung.

Bisalah..emang kenapa.?gak mau ketemuan ya?kalo kamu sibuk gak apa-apa sih..”

haduh Sam…mulai deh kamu…negative thinking mulu, maksudku koq bisa kebetulan aku mau ke Kupang besok, kamu nyampe jam berapa?”

“Oh..aku nyampenya malam, gimana? Bisa jemput gak?”

“Ya bisalah..”

“ok deh c u tomorrow ya…”

“Iyaa…hati-hati..”

“Kamu juga..”

“yup….”

“udah ya..aku lanjut packing dulu..”

“yoaii…”

Sam datang besok? Baru saja aku memikirkannya, dia datang besok?! Dear heart, tolong beritahu aku,apa yang harus kulakukan sekarang?
Belum sampai  2 menit aku menutup telpon dari Sam, sms dari nomor yang tak dikenal masuk ke hpku.

“So..do u remember me?”

Ketika aku melihat nomornya, aku pun segera mencocokkan dengan nomor yang ada pada kartu nama dan segera membalasnya.

“Yes..I remember u …Ian.”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan