MENANTI (Chapter 3)
Chapter 3
Mengingatmu
(Selalu)
“..Kini tak
ada terdengar kabar dari dirimu..kini kau telah menghilang jauh dari diriku..”
(Tak
Pernah Padam, Sandy Sandoro)
Jakarta,
14 Februari 2014
TransJakarta
17.30 WIB
Hari ini pasti dan sepertinya bukan
pastinya lagi tapi sudah menjadi kebiasaan orang-orang hampir seluruh dunia
untuk merayakan hari ini, hari yang biasa mereka sebut Hari Kasih Sayang. Hari
yang diagung-agungkan oleh sebagian besar pasangan kekasih untuk merayakan
kasih sayang mereka. Mereka saling berbagi cokelat dan bunga, mengucapkan
kata-kata cinta yang mungkin di hari biasanya mereka tidak melakukan hal itu.
Sebenarnya dari sudut pandangku merayakan hari Kasih Sayang itu wajar-wajar asal tidak dilakukan secara
berlebihan, toh tidak hanya hari ini saja kan kita mengungkapkan kasih sayang
kita kepada orang yang kita sayangi? Dan ungkapan kasih sayang tidak hanya
ditujukan kepada pasangan saja tetapi bisa dilakukan kepada orang tua, saudara,
sahabat. Jadi sedikit agak miris mendengar seseorang yang sedih karena tidak punya
pasangan di hari Valentine, sepertinya itu hal yang paling menyedihkan dan
menjadi permasalahan yang paling parah dibandingkan dengan persoalan-persoalan
bencana alam, krisis keuangan,….
Ah kalau aku sudah mengkritik hal
seperti ini aku jadi teringat dirimu sayang, kamu selalu bilang aku paling
cerewet mengkritik hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dikritik dan pasti
berakhir dengan perdebatan kita yang tidak begitu penting.
“Perhentian
berikutnya Semanggi..silahkan bersiap-siap” suara dari penjaga TransJakarta
membuyarkan lamunanku. Sudah hampir seperempat jam aku berdiri berdesak-desakan
dengan para pengguna TransJakarta yang menggunakan fasilitas bus ini sebagai
alat transportasi umum di kota Jakarta. Aku sengaja memilih memakai bus ini
karena disamping tarif harganya yang terjangkau, rute perjalanan yang
memudahkanku untuk menghafalnya tetapi yang lebih utama aku tidak terjebak
kemacetan sendirian di mobil. Tak berapa lama kemudian bus berhenti dan
sebagian penumpang telah turun otomatis bus agak lowong dan aku mendapat
kesempatan untuk duduk.
Beberapa
menit kemudian, bus kemudian berhenti dan menaikkan penumpang. Di kerumunan
penumpang yang langsung sibuk mencari tempat duduk, mataku langsung tertuju
padanya. Gadis itu memakai kaos merah,
jeans belel, rambutnya yang panjang dan sepertinya agak berantakan ia
tutupi dengan topi biru yang senada dengan jaketnya. Raut wajahnya tampak
sangat letih, entah sudah berapa lama ia menunggu bus ini datang dan membawanya
ke tempat tujuannya.
Aku
tidak tahu apa yang membuatku menjadi tertarik melihatnya dan tanpa keraguan
aku menarik tas gadis itu dan sepertinya dia cukup kaget.
“Maaf…lebih
baik anda duduk disini saja..” Aku pun mempersilahkan ia duduk di tempatku yang
baru 10 menit aku nikmati.
“Ah
ya..terima kasih” Dibalik wajah kagetnya, ia sempat menyunggingkan senyumnya.
“Iya
sama-sama” Aku pun otomatis berdiri mencari pegangan untuk berjaga-jaga karena
bus akan berjalan kembali.
˜˜˜˜
Jakarta,
14 Februari 2014
Rumah
Belajar KAMI, 16.00 WIB
“Sekian
untuk pelajaran membacanya untuk hari ini ya adik-adik k’ Kinan dan k’ Rey
pamit dulu yaa, selamat sore semuanya!!”
Setelah mengakhiri
pelajaran, aku pun segera bersiap-siap untuk pulang. Tetapi ketika aku sedang
membereskan bawaanku, salah satu muridku mendekati.
“kaaa Kinan..kak
Kinan..katanya gak bisa ngajar kami lagi ya? Beneran gak sih??” tanya Ayu yang di luar perkiraanku ia menanyakan hal
yang sebenarnya masih kupikirkan.
“Ha? Kata siapa kakak
gak ngajar lagi?” sahutku pura-pura berkilah.
“Kemaren Ayu gak
sengaja dengar kakak ngomong sama k’ Rey, katanya kakak mau kerja ditempat
lain?
“Ohh itu…kamu salah
denger kali, makanya jangan suka nguping yaa..gak baik….udah ah kakak mau balik
dulu..tuh cepetan antri entar gak kebagian coklat loh…”
“Awas ya ka..jangan
pergi, janji dulu..” Ia pun menunjukkan kelingkingnya dan menarik kelingkingku
untuk dikaitkan sebagai tanda perjanjian.
“Enggak..kakak gak akan
pergi koq sayang, kakak janji, udah ah jangan sedih-sedih gitu..masak mau dapat
coklat, mukanya cemberut gitu..” Aku pun tersenyum dan memeluknya.
“abis kakak sih…” air
matanya tiba-tiba mengalir membuatku jadi bingung sendiri.
“loh..loh..koq nangis
sih? Kakak gak kemana-mana koq….” Sahutku menenangkannya.
“Loh Ayu kenapa nangis?
Ini masih ada coklatnya koq..”Rey pun mendekati kami berdua setelah ia selesai
membagi-bagikan coklat ke anak-anak lainnya.
“Enggak..dia gak nangis
tentang itu, dia kira aku gak ngajar lagi..”
“Loh emang iya kan..”
jawab Rey dengan santainya.
“Sstttttttttttttt..”mataku
langsung melotot.
“Tuh bener kan kak?
Tanya Ayu sekali lagi.
“Ka Kinan masih ngajar
koq..jangan percaya sama k Rey ya..” Aku pun segera membujuknya.
“Iya..ka’ Kinan masih
disini koq…tenang aja..ni coklatnya..anak cantik gak boleh kebanyakan nangis
ntar matanya bengkak ga cantik lagi loh…” Rey pun membantuku untuk menenangkan
Ayu yang sudah mulai curiga kalau aku akan pindah kerja.
“ihh ka Rey jahat, aku
tetap cantik kan ka?….” dengan tatapan lugunya ia menatapku.
“Iya Ayu tetap cantik
koq, dilap dulu air matanya ya sayang…cup..cup…udah ah. K’ Rey jahat deh..” Aku
pun berpura-pura memukul Rey.
“hahahha…iyaaa maaf
dehhh..namanya aja udah Ayu pasti cantiklah…, ayo disiapin tasnya ..tuh si Rina
udah nungguin kamu di depan..”
“Makasi ka..aku pulang
dulu ya….dadah..K’ Kinan..K’ Rey…!”
˜˜˜˜
“Jadiii,,masih tetap
mau pindah kerja nihh.?”
“Gw gak pindah koq,
tapi ngurangin jam ngajar disini..kayaknya kita butuh tenaga baru buat ngajar
deh Rey..kasian elo ntar …”
“Iya sihh tapi siapa?
Lo kan tau sendiri sekolah ini ada karena inisiatif kita berdua ngajar
mereka..dana kita pun pas-pasan..kalo nambah tenaga baru..siap-siap deh kita
harus bayar dia..lagian lo kenapa sih tiba-tiba ngotot banget mau nambah
kerjaan? Bukannnya jadi editor dan ngajar disini udah cukup nyita waktu ya?”
“Gak cukup Rey..”
“Gak cukup uangnya?”
“Bukan masalah uangnya
tapi kesibukannya yang gw cari..” Jawabku lirih.
“Maksud lo?”
“Aah udah ..gw balik
dulu ya udah malem ni…see u Rey.”
“Loh..gak pulang bareng
nih kita? Biasa juga lo nebeng..”
“hehhe..kali ini gw
lagi pengen pulang sendirian..sorry…”
“Yakin? Gw takut ada
yang nyulik lo …”
“Siapa juga yang mau
nyulik gw..please deh gak usah parno gitu…”
“Ya mungkin ada
penculik ganteng gitu yang nyulik lo buat nemenin dia Valentine…haaha..”
“haha..sialan lu..udah deh
klo gitu gw nebeng sampe ujung jalan situ aja..gw mau naik busway nih…”
“busway? Eh non..busway
itu artinya kan jalan bus..masak lo naik busway..yang bener tuh naik bus
TransJakarta…waduhh payah deh lo..gimana nasib murid-murid kita ntar ….”
“Tapi kan biasa juga
orang ngomongnya gitu..”
“ya jangan diikutin
juga kaliii..lo kan guru..masak ikut-ikutan yang seharusnya gak usah
diikutin..”
“haisshh iyaaa…iya iya
susah ye debat ma lo..udah deh ga usah banyak kritik…cepetan ah ambil motor lo
jadi nebengin gw kan?!.”
“hahaa iya dehh
ampunnnn bu guruu…pegangan yang kuat ye..gw mau ngebut nih..”
˜˜˜˜
…Kini
tak ada terdengar kabar dari dirimu..kini kau telah menghilang jauh dari
diriku..semua tinggal cerita antara kau dan aku, namun satu yang perlu engkau tahu..api
cintaku padamu tak pernah padam..
Lagu
dari Sandy Sandoro kembali kuputar berulang kali di ipod menemaniku untuk
menunggu bus yang akan kutumpangi bersama penumpang lainnya.
Hari
ini adalah Valentine keempat yang kulewati tanpamu Jelek.
Aku
gak tau sekarang kamu dimana, seharusnya kamu sudah ada disini, bersamaku.
3
tahun itu ternyata cepat ya..maafkan aku kalau tidak mempercayaimu dulu...
Seandainya
dulu aku mempercayaimu dan tidak hanya
melihatmu di bandara tanpa kau tahu aku ada disana pasti hari ini kita
ada disuatu tempat merayakan hari ini.
“mbak..mbak..tuh bisnya
udah mau datang, ayo siap-siap” Aku terkaget ketika pundakku digoyangkan oleh
seorang gadis dan sepertinya ia juga sedang menunggu bis yang rutenya searah
denganku.
“eh iya mbak..makasih
udah diingetin”
“iya mbak
sama-sama..saya lihat mbaknya kayaknya kecapekan sampe mo ketiduran gitu..kasian
kalo sampe ketinggalan bis..daripada nunggu lagi..”
“iya sih…tapi kayaknya
penuh ya..saya nunggu bus berikutnya aja deh kayaknya..”
“udahlah mbak gak
papa..daripada kita nunggu lagi..kelamaan, tapi saya yakin pasti mbak dapat
tempat duduk..”
“aminn…smoga mbak juga
ya..”
“hahaa..eh tuh udah mau
berhenti mbak..”
“ iya mbak..yuk naik
sama-sama..”
Suasana
sumpek dari berbagai wewangian dan bau badan menyergap hidungku yang tergolong
sensitive ketika menaiki bus TransJakarta ini. Otomatis aku melihat jam
tanganku,jarum jam menunjukkan pukul 17.35..ah benar, jam segini memang paling
banyak penumpang yang pulang kerumahnya atau mungkin ketempat lain, agak ragu
juga akan mendapat tempat duduk. Aku pun segera mencari pegangan tangan diatas
untuk menjaga keseimbangan tubuhku, gak lucu banget bus jalan dan aku jatuh
menubruk penumpang lainnya. Tiba-tiba ada yang menarik tasku dan membuatku
terkejut.
“Maaf…lebih
baik anda duduk disini saja..” Suara
dari seorang pria yang tinggi badannya sekitaran 170an, berbadan tegap,
berambut cepak serta berkacamata dan bila kuperhatikan ia tampak seperti
pekerja kantoran yang sebenarnya ia lebih cocok menikmati kemacetan di
mobilnya.
“Ah
ya..terima kasih” Ditengah kekagetanku tak lupa aku memberikan senyuman
termanisku.
“Iya
sama-sama” ia pun otomatis berdiri
mencari pegangan untuk berjaga-jaga karena bus akan berjalan kembali.
Bener juga kata si gadis tadi kalo aku
bakal kebagian tempat duduk…nah sekarang dia dimana ya?? Kayaknya tadi berdiri
disebelahku? Di bagian tempat duduk perempuan juga gak ada dan bus belum
berhenti ke perhentian berikutnya….atau jangan-jangan dia………………………………
˜˜˜˜
Komentar
Posting Komentar