Sweet Story


Entah pikiran darimana  aku bisa memulai kembali membangun hubunganku dengannya. Hubungan yang dahulunya diwarnai dengan kecurigaan, pengkhianatan, kecemburuan dan berakhir dengan kepahitan.

Aku hanya merasa pada malam itu aku menginginkan seseorang yang bisa mengangkat teleponku, seseorang yang aku rasa ia tak perlu melihat jam untuk berbicara denganku, seseorang yang mampu menjawab segala pertanyaanku, seseorang yang dapat menenangkanku. Dan semua itu hanya dapat dilakukan olehnya, bukan oleh orang lain. Diawali dengan pesan singkat di WhatsApp dan aku pun menelponnya

“Halo selamat malam”  Aku sedikit ragu untuk menelponnya pada jam  10 malam.

“Ya Fris…malam juga…” mendengar suaranya lagi aku mulai merasa tenang, dan aku mulai berbasa basi sedikit menanyakan kabar.

“Pa kabar Di?”

“Baik…kamu?”

“Iya aku juga baik..”

“Di tolongin dong, puyeng ni…” suara manjaku yang selalu menjadi senjata utamaku dulu ketika ku masih bersamanya kukeluarkan lagi demi mendapat pertolongannya lagi.

“Ya fris..aku bisa bantu apa? Mendengar dia mengatakan kesangggupannya  dengan nyamannya aku pun mulai bercerita dan berdiskusi dengannya.

Dan diakhir diskusi itu kami sama-sama terdiam karena bingung juga mau bercerita apa namun petikan gitarnya mampu mencairkan suasana diantara kami.

Seperti kebiasaan lamanya ketika ia sudah memainkan gitarnya, ia akan memintaku menebak lagu yang ia mainkan.

“Coba tebak lagu apa ini?”

Aku pun mendengarnya baik-baik lalu lama kelamaan aku mulai tahu lagu ini, lagu yang membuatku sedikit GR.Tak sadar aku mulai tersenyum menikmati lagu tersebut sampai akhir, iya aku sengaja tak memotongnya dengan tebakanku, aku ingin mendengar lagu tersebut sampai selesai.

“Gimana udah bisa tahu lagunya??” Tanyanya.

Tanpa perlu kau tanyakan aku sudah tahu lagunya Di. Aku bingung dengan perasaanku sekarang. Lagu tersebut membawa kenangan manis kita dulu, apakah kamu sengaja memainkannya untuk mulai bermain lagi dengan hatiku?

Banyak hal yang mengganggu pikiranku tentangmu.Tapi sungguh malam ini aku sangat bahagia berbagi masalahku denganmu. Kau pernah menjadi Pria yang  kucintai.Pria yang pernah membuatku bersemangat membuatkanmu secangkir kopi. Pria yang dulu selalu memelukku lama ketika menjemputku di bandara dan mengecup dahiku ketika ia mengantarku kembali.

 “Kangen-nya Dewa 19?” Jawabku singkat.

“Yup..seperti biasa tebakanmu selalu benar ya Fris..mau request lagu lain?” tawarnya.

“Boleh..hmm Photograph-nya Ed Sheeran ya..”

“ok”

###


Malam itu menjadi awal untuk komunikasi di hari-hari berikutnya namun aku tidak mau terlalu banyak  berharap dari hubungan pertemanan kami yang baru. Aku tidak mau sakit lagi pikirku namun sayangnya hatiku berkata lain.

Mencintai seseorang memang tidak bisa seutuhnya memakai logika karena hati juga ikut berperan.

 Hati itu pula yang menuntunku menjemputnya di bandara.

Melihat senyumnya lagi membuatku yakin dia adalah Priaku.

Kali ini aku takkan melepasnya. Aku ingin kami sama-sama berjuang untuk cinta kami yang datang kedua kalinya, cinta yang hadir pada orang yang sama namun dengan kemasan yang berbeda.

###

“Gimana rasanya?” Tanyaku setelah melihatnya meminum kopi buatanku.

“Manis”

“hah?” Sepertinya takaran yang biasa aku buat untuknya tetap sama seperti dulu. Aku pun penasaran dan ingin menyicipnya.

“Mana..mana..” Aku mencicipnya dan...

“Yeee..pahit gini!”

“hahahaha….yang manis itu pembuat kopinya…”

“huh…ngerjain ya..udah ah aku ambil kue dulu..” Tapi ia menarik tanganku dan membuatku terduduk disebelahnya.

“Sini aku kasih tahu kamu sesuatu..jangan jauh-jauh gitu dong.."

“hah? Apaan?” Aku mendekatkan wajahku dan..

“Makasih sayang untuk kopinya…” lalu kecupan di pipiku membuatku terkejut. Aku pun otomatis punya ide untuk mengerjainya.

“Kamu mau tahu rahasianya kopi itu terasa enak?”

“emangnya apa?”

“tutup mata dulu dong..”

“hah? Wah ngebalas ngerjain ni ya…?”

“hahahaa….gak..gak..nurut kek..ayo cepetan..”

“iya…iya”  Ia pun menutup matanya.

“Aku sayang kamu Di..aku gak mau kita pisah lagi kayak dulu..janji ya kamu gak akan khianatin aku lagi..”

“Iya aku janji..”  aku pun mencium dahi,kedua matanya,hidung lalu aku sengaja menunda mencium bibirnya


Ia tersenyum,membuka matanya dan kami berpelukan seakan kami sudah bertahun tahun berpisah.

                 ###

Sekarang aku menyadari sepahit-pahitnya kopi pasti tetap ada sisi manisnya.

Sisi manisnya bisa kau lihat dari cangkir maupun bisa dari wajah si pembuat kopi itu atau penikmat kopi itu sendiri. Seperti hubungan yang dulunya diakhiri dengan kepahitan kau bisa menambahkan gula dalam hubunganmu yang baru.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan