Two of Us (2)


                

Errys Sebastian..


Seorang pria peranakan Manado Chinese, berhidung mancung, memiliki sepasang mata yang kecil namun tajam, rahang yang tegas.


Pria yang membuatku menduakan Jemmy di hatiku.


Pria yang datang ketika aku sedang membutuhkan kehadiran sosok seseorang  secara fisik bukan hanya melalui layar di laptop.  

Pria yang bisa kucium, kupeluk dan yang saat ini menggenggam erat tangan kananku sejak ia menyetir mobil 20 menit lalu.


I don’t know how our relationship begin. Semua mengalir seperti air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Aku merasa nyaman dan dia pun begitu. Kami sering melakukan perjalanan bersama secara spontan dan tentu saja diam-diam. Iya diam-diam, karena kami berdua sudah ada yang memiliki. Dia dengan Ningrum dan aku dengan Jemmy.


Errys sebenarnya adalah teman sekolah Jemmy ketika mereka masih di bangku SD, mereka bertemu kembali ketika mengikuti reuni sekolah akbar 2 tahun lalu, dan tentu saja seperti biasa Jemmy selalu mengajakku serta memperkenalkanku pada teman-temannya termasuk Errys.


Aku bertemu Errys kedua kalinya ketika aku sedang mengantarkan pesanan masakanku ke Ningrum. Dia yang membuka pintu ketika aku mengetuk pintu rumah Ningrum. Masih teringat jelas pertemuan kami saat itu, aku agak salah tingkah melihatnya ketika dia membuka pintu Ningrum setelah 4 x aku membunyikan bel rumah. Waktu itu dia memakai kaos  polos berwarna putih, celana pendek berwarna khaki, dengan rambut sedikit berantakan. Pertemuan yang mengantarkan kami ke pertemuan-pertemuan yang kami sengajakan hingga saat ini.



“Sayang..udah nyampe nih..” Errys mengecup keningku dan membangunkanku yang sebenarnya dari tadi aku memang tidak tertidur.


hmm iya..” Aku pun membuka mataku dan melihatnya tersenyum, aku tahu ia tadi mencium keningku, kami saling bertatapan agak lama, ia masih tetap menggenggam tanganku seakan menguatkan kami bahwa akan banyak tantangan yang kami hadapi untuk hubungan kami berdua.Aku tidak tahu apakah aku siap atau tidak.Ah  entahlah…



###



Hal apa yang paling kutakutkan sekarang ketika membuka hp yang sudah kumatikan sejak 2 jam lalu?


Sms, whatsapp, bbm yang bertubi-tubi dari seorang Jemmy Friza Setiawan. Kekasih yang sudah kupacari selama 5 tahun, walaupun kami sering putus nyambung sebanyak 3 kali, bahkan mengisi hati kami dengan orang lain namun tetap saja kami kembali bersama. Tapi aku tidak tahu apakah kali ini aku bisa kembali padanya?


Dua minggu lalu kami bertengkar hebat hanya karena masalah sepele, dia lupa memberi tahuku kalau dia  keluar kota padahal malam itu aku sudah sengaja berdandan untuknya, menyiapkan makan malam kesukaannya walaupun kami berjauhan aku selalu memasak makanan favoritnya dan kami makan bersama melalui layar skype, dia disana dan aku disini, seakan kami saling duduk berhadapan.


 Aku betul-betul merasa kecewa, aku marah, aku capek dengan hubungan kami yang terbatas dengan jarak namun lagi-lagi Errys datang menghiburku, mengajakku jalan-jalan supaya aku terhibur padahal aku tahu saat itu dia sedang bersama Ningrum, entah bagaimana dia dapat “kabur” sebentar dari Ningrum demi menghiburku.


Lalu apa yang membuatku terkejut ketika membuka hpku ini?

Tidak ada notifikasi yang masuk maupun pesan darinya. TIDAK ADA.

Muncul perasaan-perasaan yang mengangguku. Apakah dia baik-baik saja?

Namun seketika perasaan khawatir itu hilang ketika aku mendengar suara ketukan dari pintu depan dan suara orang yang memanggil-manggil namaku.


“Lie…lie..buka pintu dong…!”


“Males!..” balasku dari dalam rumah.


cepetan dong sayang..aku kebelet ni, masak aku harus p*p disini?” 
 Alasan standar yang selalu digunakan ketika dia tahu aku lagi malas membuka pintu untuknya kalo kami selesai bertengkar, namun tetap saja aku kalah mendengar suaranya yang sengaja ia buat-buat untuk mengecohku ketika dia mengatakan alasan yang sama.


Iya..iya…” Aku pun membuka pintu rumahku. Melihatnya lagi setelah hampir sebulan tidak bertemu dengannya secara nyata. Ia tersenyum dan segera memelukku erat. Tapi sayangnya aku tidak bisa membalas pelukannya. 


Beberapa saat kemudian ia merasa ada yang berbeda denganku. Ia merenggangkan pelukannya, tangan kanannya memegang daguku dan berkata : kamu kenapa?” tanyanya.



“aku gak papa Jem…” Aku tak berani melihat matanya ketika aku sudah berbohong padanya kalau aku “tidak apa-apa”.


“Yakin kamu gak apa-apa?” Ia menatapku dengan pandangan yang menyelidik.


Iya… udah ah..kamu capek kan…kamu istirahat aja dulu, aku siapin makan malam dulu ya..”  Aku pun bersiap untuk pergi ke dapur untuk membuatkan makan malam untuknya.



###



Selama makan malam, ia bercerita tentang apa yang ia lakukan selama kami tidak bersama-sama dan aku hanya menanggapi seadanya saja sambil melihat layar hpku yang membuatku semakin tidak berkonsentrasi mendengar cerita Jemmy.

Layar hp yang menerima pesan dari Errys “semangat ya sayang..kita bisa hadapi ini sama-sama…”


“Lie..” suara Jemmy tiba-tiba berubah


“hmm ..” Aku pun mengalihkan pandanganku kembali padanya.


Aku tahu kamu lagi bohong sama aku..”


“bohong apa sih Jem…kamu tuh nuduh suka gak jelas…”


“Nuduh gak jelas apa maksud kamu??! Kamu tuh kebiasaan ya Lie kalo kita ada masalah selalu menghindar!..” suaranya mulai meninggi.


Apaan sih Jem, aku bilang gak ada apa-apa..ya gak ada apa-apa!” Aku juga mulai menaikkan suaraku.


hahahaa..Julie..Julie…kita udah sama-sama selama 5 tahun dan kamu masih bohongin aku dengan bilang tidak ada apa-apa?!


“Ya emang gak ada apa-apa Jem….haduh capek deh bertengkar kek gini…udah lama kita gak ketemu, kamu nuduh aku yang gak-gak..bilang aku pembohonglah, suka lari dari masalahlah..lalu apa lagi?!”


“Udahlah Lie jujur aja,kamu sedari tadi aku datang beda banget sama Julie yang aku kenal selama ini…aku cuma minta kamu jujur, itu aja..emang susah ya?”


“jujur apa sih Jem? Gak ngerti deh maksud kamu..”


“ok, kalo kamu gak mau jujur lalu kenapa tadi Errys anterin kamu pulang dan nyium kening kamu segala??! Hah?? Maksudnya apa Lie??!!! Aku ngeliat dengan mataku sendiri Lie! Itu yang kamu bilang kamu gak ada apa-apa?? Itu yang kamu bilang aku nuduh gak jelas ke kamu???!


Seketika aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa karena memang apa yang dikatakannya benar adanya. Aku tak berani memandang matanya, dalam 5 tahun aku mengenalnya baru kali ini aku melihat ia marah besar dan aku akui memang aku yang salah. Aku berpaling ke yang lain. Air mataku mulai terbendung di pelupuk mataku menunggu untuk tumpah.

Ia mulai merapikan barang-barangnya, bersiap untuk pergi.


“Jadi?” Aku hanya dapat melihatnya bersiap-siap, aku tak tahu harus menjelaskan darimana, kali ini aku pasrah dengan keputusannya. Apakah kami akan lanjut atau hubungan kami harus berhenti sampai disini.


“Aku cuma minta kejujuran kamu aja Lie…tapi apa yang aku dapat….tentang hubungan kita, aku juga gak tahu harus gimana kalau hati kamu memang sudah berpaling, aku bisa apa Lie?”  Melihatnya tersenyum sambil mengatakan hal itu benar-benar membuatku sakit. Aku sadar kalau aku benar-benar mencintainya namun aku malah menyakitinya.


Udah ya Lie..lebih baik aku pergi sekarang…” Ia pun menepuk pundakku lalu bersiap pergi.

Aku ingin menahannya pergi, tapi dia memang pantas untuk marah.


 “Maaf Jem…aku minta maaf…” tangisku pun pecah, aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.”


Aku menangis dalam kesendirianku. Dadaku terasa sesak. Aku menangis sejadi-jadinya hingga aku tak merasa Jemmy datang kembali lalu memelukku erat.


 “maa…maafin aku Jem…aku salah..aku tahu aku salah..maaf..” Aku terus menerus mengatakan kata maaf. Namun ia hanya terdiam, ia terus memelukku erat sampai aku merasa tenang, lalu ia membuatkanku susu coklat panas karena hidungku sudah mulai kesulitan bernapas. Setelah itu ia menuntunku ke kamar, seperti biasa menemaniku sampai aku benar-benar tertidur.


Keesokan paginya, aku melihatnya ketiduran di sampingku,masih memakai baju yang sama, ia tidur membelakangiku, mungkin ia kecapekan hingga ia tak sempat pulang ke rumahnya. Aku merapatkan diriku pada punggungnya, memasukkan lengan kiriku ke dalam lengannya, ia menyadarinya, menarik tanganku lalu meletakkan tanganku ke dadanya, namun ia tetap membelakangiku. Aku mencium tengkuknya, merasakan wangi khas tubuhnya, aku merasa tenang disisi lain aku tak tahu apakah dia telah memaafkan atau tidak.


Beberapa saat kemudian ia memanggil namaku “Lie…”


“Hmm…” sahutku sambil tetap memeluknya.


Maafin aku..”


“Kamu gak salah Jem..aku yang salah…”


Ia pun membalikkan badannya, menatap mataku “aku yang salah…aku salah karena gak ngabarin kamu, aku salah karena waktuku sedikit untuk kamu, aku salah karena saat kamu butuh aku gak ada disini nemenin kamu, aku sadar kamu berpaling karena kesibukanku…”


“Enggak Jem..aku yang salah..maafin aku..aku gak akan ngulangin lagi..aku janji…aku gak mau kamu pergi Jem…”


“Aku gak tau Lie, namun sepertinya kita sudah tahu jawabannya Lie, aku pergi sekarang, kamu baik-baik ya.

ia tersenyum lalu mencium keningku dan bersiap untuk pergi.


 “Jem..jem….”Aku terus memanggilnya namun ia tak menoleh lagi.

Entah apa yang harus kulakukan sekarang, pikiranku kacau, aku ingin menahannya pergi namun apa dayaku, ia pantas untuk marah. Aku yang salah.  Seketika itu aku sadar bahwa aku sudah melukai orang terbaik dalam hidupku.

Air mataku tertumpah kembali, aku menangis dalam diam.

Maaf Jem…maaf…

Aku melihat diriku yang berantakan di cermin, mengingat kembali pertemuanku dengan Jemmy 5 tahun silam.  Banyak hal yang telah kami alami bersama, pertengkaran demi pertengkaran yang boleh kami lewati namun kali ini sangat sulit. Aku yang memulainya lalu aku sekarang aku yang terkena akibatnya.

Hpku berbunyi dan aku melihat nama Errys tertera disana..



                                                                                                                            -bersambung-


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan