Nyaman
Pernah tidak kamu merasa nyaman
dengan seseorang bila ia di dekatmu?
Dengannya kamu tidak perlu sok pintar
membaca berita dan mempublikasikannya di media sosial kalau kamu sedang
mengikuti berita tersebut.
Dengannya kamu tidak perlu ragu-ragu
menuliskan status tidak penting di BBMmu.
Dengannya kamu tidak perlu mencari artikel
maupun gambar yang membuat ia tertarik mengobrol denganmu.
Dengannya kamu tidak perlu mencoba
sesuatu hal yang menyusahkan dirimu
karena kamu ingin membuat seolah-olah kalian mempunyai hobi
yang sama.
Dengannya kamu tidak perlu berpikir
tidak-tidak bila ia tidak membalas pesanmu.
Nyaman adalah sesuatu hal yang berbahaya daripada jatuh cinta diam-diam.
Kamu tidak perlu menjadi orang lain
bila berada didekatnya.
Kamu bebas mengekpresikan perasaanmu
padanya tanpa takut berpikir hubungan kalian akan terputus.
Kamu bebas bercerita apa saja
dengannya.
Kamu bebas marah padanya karena toh
sebentar lagi akan baikan.
Kamu bebas memujinya tanpa takut ia
berpikir macam-macam tentangmu.
Kamu bebas menyindirnya karena
sindiran terkadang adalah bentuk perhatian.
Kamu bebas menelponnya hingga larut
malam.
Kamu bebas memberinya kritikan untuk
kebaikannya.
Sudah lama
aku melupakan hal itu. Nyaman. Hal yang sering aku lewatkan bila aku bersama seseorang,
mungkin bukan melewatkan tapi aku memaksakan rasa nyaman itu ada diantara kami.
“Mey..gw jadi bingung deh..sebenarnya
lo sekarang lagi dekat sama siapa sih?” Henny, sahabatku dari masa putih abu-abu hingga saat ini
sampe bingung dengan cerita-ceritaku mengenai para pria yang mendekatiku.
“Entahlah..gw juga bingung Hen…” Aku membalasnya dengan senyumku yang
sengaja kuperlihatkan kalo aku BAIK-BAIK saja.
“Gw selalu ngikutin update status-status lo
di Path tapi kayaknya cerita-cerita yang lo share dari pria yang beda-beda…ada
yang banker, ada yang lawyer, ada yang pencinta gunung..bingung gw mana yang
bener ..makanya gw butuh kejelasan dari lo…”
“Penting?”
“Ya pentinglah”
“hahaha…tapi sayangnya semua yang lo
sebutin tadi gak ada yang jadi semua Hen….” Aku menimpalinya dengan tertawa miris.
“hah??! Masak sih? Gw gak percaya..eh
ya tapi pria-pria itu nyata kan Mey?”
“Maksud lo?” tanyaku heran dengan
pernyataannya barusan.
“abisnya elo selalu bikin gw
penasaran, elo selalu menutupinya dengan cerita-cerita fiksi lo..gw jadi
bingung mana tokoh yang fiktif dan yang enggak..”
“hahhaaha ya ampun ..ya itulah Hen..lo
aja bingung apalagi gw, asal lo tau aja selama gw dekat sama mereka, gw berasa
jadi orang yang beda kalo sama mereka dan yang bikin capek hati gw selalu jadi
orang yang harus “aktif” untuk menarik perhatian mereka.”
“Sabar ya Mey..pasti ada yang terbaik
buat elo..gw yakin”
“Thanx ya Hen..sorry kalo akhir-akhir
ini gw gak banyak cerita ma elo..bukannya gw gak mau cerita cuma yaitu gw juga
bingung sama diri gw sendiri, kenapa gw jadi berubah gini…”
Trrtt…
“Bentar ya Hen..gw angkat telpon
dulu..” Aku pun
melihat nama si penelpon..
Ah si
dia..tumben..
“Siapa Mey? Koq gw gak asing ya ma
obrolannya..?” Henny
langsung bertanya tanpa basa basi ketika aku sudah menyudahi pembicaraanku.
“Gideon Hen..temen kuliah 1 fakultas…yang
sering nemenin gw kalo gw ngerjain tugas.”
“ooooooh..ya..ya..inget gw…masih ya kalian
kontak-kontakkan?” Ia menyipitkan matanya seolah-olah ingin menginterogasiku.
“ya masihlah..dimanapun pun dia berada, dia
pasti ngabarin gw, dan secara otomatis gw juga gitu..”
“hmmm….i see..i see…” Henny melihatku sambil tersenyum penuh arti,
sahabatku ini memang paling jago kalo urusan beginian, membuatku jadi salah
tingkah sendiri.
“apa sih Hen….kita temenan baik loh ya…”
“lah..emang siapa yang bilang kalian
musuhan?”
“terus maksudnya apa tuh…I see..i
see..lagak lu..”
“yah kalo dia buat lo nyaman dan lo juga
bikin dia nyaman..kenapa gak……..”
“gw tahu maksud lo..cuma gw gak kepikiran
nyampe situ Hen..udahlah..kita pulang aja yuk…”
“hahaha..Mey..Mey..nyaman itu gak
timbul dari pikiran tapi dari hati…dirasakan gitu loh non..yah semoga kalian
bisa gak telat deh ngrasainnya …haahhaha….”
“aih………..Hennnnnnnnnn…!” aku mulai mengerti maksudnya ketika
ia sudah berjalan menjauhiku.
Nyaman. Ah
benar. Kunci utama dari sebuah hubungan. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang
ya?
Dear you…Do u feel the same?
Komentar
Posting Komentar