MENANTI -end- (Chapter 12)



Chapter 12
Akhir Penantian
“ Menantimu..hingga saat cintaku temukan dirimu……”
(Menikahimu, Kahitna)


Jakarta, 16 Juni 2016

Abimanyu

Sudah beberapa kali aku memandang undangan pernikahan Aryo dan Eggie, dan beberapa kali pula aku melihat foto-foto mereka berdua yang membuatku ikut bahagia melihatnya. Aryo sahabatku akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Eggie, gadis yang ia kenal sejak 2 tahun lalu dan aku baru tahu kalau Eggie adalah salah satu dari kerabat dari Rey.  Ah betul kata orang kalo dunia itu seperti daun kelor, setiap orang punya jaringan koneksi yang menghubungkan satu dengan yang lain termasuk hubungan pertemananku dengan Aryo, Aryo dengan Eggie, Eggie dengan Rey dan Rey dengan Kinanthi. 

Kinanthi…

Apakah aku nanti akan bertemu dengannya nanti? Bagaimana kabarnya sekarang? Bahagiakah dia dengan Rey?”

Masih teringat jelas percakapanku  2 tahun lalu dengannya mengenai masa depan hubungan kami.

 “Jadi gimana sayang dengan hubungan kita? Aku masih menunggu jawabanmu, apalagi ibuku..kita kan harus persiapan semuanya Kin..”

“Maaf Bi..bukannya aku gak mau tunangan atau menikah sama kamu, aku juga gak mau ngecewain ibu kamu, tapi aku mau tetap kita menjalani hubungan kita yang sekarang tanpa ikatan..”

“Memang kenapa? Aku mau kita terikat karena aku bener-bener sayang dan cinta sama kamu..,Boleh aku tahu alasannya? aku udah yakin kamu yang terbaik untukku untuk sekarang dan aku harap  untuk selamanya. Apa kamu masih belum yakin dengan keseriusanku?”

“Denger Bi..aku yakin dengan keseriusan hubungan kita, aku juga ga mau main-main, tapi aku gak mau kita jadi manusia yang egois dengan hubungan kita. Sebentar lagi kamu akan pergi, selama 2 tahun Bi..kita kan gak tahu apa yang terjadi di depan, bisa saja di tengah perjalanan ke depan kita bertemu jodoh kita masing-masing, memang untuk saat ini kamu berpikir aku yang terbaik kamu dan kamu yang terbaik untuk aku, tapi kita manusia Bi..apa yang terjadi 10 menit kemudian pun kita tidak tahu, begitu pula ketika kamu sudah sampai di Belanda, bisa saja kamu menemukan gadis yang terbaik untuk kamu tetapi karena kita sudah terikat maka ikatan itu bisa jadi penghalang, kamu gak bisa sama-sama dia, begitu juga aku disini, jadi aku pikir lebih baik kita tetap menjalani hubungan kita yang sekarang, aku yakin kalo Tuhan sudah mempersiapkan jodoh yang terbaik untuk kita, dan kalo kita memang ditakdirkan untuk bersama, pastinya kita akan bersama lagi entah bagaimana jalannya. Kamu ngerti kan maksud aku Bi?”

“kenapa kamu mikir sampe sejauh itu sih? Kamu ragu ya aku ga bisa setia sama kamu?”

“Bukannya aku ragu Bi..aku cuma ingin kita sama-sama melangkah ke depan dengan nyaman, kamu bisa belajar di sana dengan tenang, bisa menjalin hubungan dengan orang baru tanpa takut dengan ikatan kita..gimana? kalo kita ditakdirkan untuk bersama, kita pasti akan bersama lagi.”

“Kalau kamu sudah ngambil keputusan seperti itu, aku gak bisa maksain, tapi kamu tetap ngantar aku ke bandara kan? Kata Rey dulu kamu…”

“ssshh..gak usah denger cerita Rey…tenang aja aku bukan Kinanthi yang dulu, aku bakal nganterin sampe bandara koq..kalo perlu sampe kamu duduk di pesawat…gimana?”

“hmm bener yaa….”

“iya..iya…hahhaa..adohh sakit tau…sukanya cubit ihh…”

“kalo gak mau aku cubit.. aku mau minta 1 permohonan..”

“Apa?”

“Boleh aku peluk kamu?”

“eh..ya bolehlah…ayoo kita berpelukan…”

Pelukan kami malam itu sangat lama dan erat,  aku tahu dibalik keceriaan dan ketegarannya mengambil keputusan itu, sesungguhnya ia menyembunyikan kesedihannya untuk melepasku. Kepergianku membuat ia harus mengalami hal yang sama dengan apa yang terjadi di masa lalunya. Maafkan aku sayang…aku tidak bermaksud untuk membuatmu bersedih lagi tapi aku pun tidak bisa melepas kesempatan ini. Kesempatan yang aku tunggu sejak dulu ketika aku masih duduk di bangku sekolah dulu.


Trrrtttttttttttttt..trrtttttttt..

“Yo’i bro..gw udah siap ini…”

“oh gw kira lo mau kabur..cepetan datang lo..udah pada datang smua ini..”

“haha..ya elah Yo..lo kan harusnya lagi siap-siap..sempat-sempatnya masih telepon gw…tenang aja gw bakal datang, ntar lagi udah mau jalan koq…udah ya gw tutup….”

“ok..ok…baguslah Bi..btw kayaknya Kinanthi bakal datang deh..lo siap-siap aja deh ketemu dia lagi..”

“hhmm ga tau deh Yo..udah ah gw mau berangkat nih…jangan lupa tuh hapalin janji nikahan lo..ntar lupa lagi…”

“hapal dong..ok dehh…gw tunggu ..kalo lo gak datang..lo tahu kan konsekuensinya…”

“iyee…udah ah..”


Kinanthi

Disini lagi, duduk di tempat yang sama, di gedung gereja yang sama, bahkan sapu tangan ini masih tersimpan rapi di laci kecil tas ini.
Apa kabarnya si pemilik sapu tangan ini? Apa dia sudah pulang dari Belanda?

“Kinanthi..pagi-pagi udah ngelamun aja…” suara mba’ Saskia mengagetkanku dari lamunanku.

“Kinanthi kan emang suka ngelamun Sas..” mba’ Siska pun ikut-ikutan meledekku.

“Aih..siapa juga yang ngelamun…mulai deh ..eh..eh udah mulai nih ibadahnya..”

“Hmm ngeles deh dia..eh Sas..liat deh itu yang berdiri di sampingnya Aryo siapa sih?”

“Yang mana? Itu kan ada Santo, Dimas, Jery terus…eh siapa ya satunya..gak keliatan ih…”

“Pada liatin siapa sih ni Mba?” aku pun ikut-ikutan melihat pandangan mereka.

“itu loh Kin…sahabat-sahabatnya Aryo yang ikut dampingin kan ada 4 orang, nah yang 1 orang itu siapa? 
 Yang sebelahan sama Aryo, ganteng banget orangnya..”

“Yang mana? Bentar-bentar aku lihatin baik-baik…duh koq tetap gak keliatan ya?”

“Gimana kalo kamu maju aja Kin..kamu kan lagi bawa kamera tuh…nah pura-puranya kamu ngambil foto mereka…gimana?”

“ckckc..sepenasaran itukah kalian?”

“iyee, penasaran bangeettt..cepetan sana…” mereka pun mendorong-dorongku untuk beranjak dari tempat dudukku.”

Aku pun beranjak dari tempat duduk, mengarahkan kameraku ke arah para jemaat supaya tidak terlalu kelihatan kalau aku sedang mempunyai misi untuk membidikkan kameraku pada salah satu pria di samping mempelai pria. Hingga pada akhirnya aku pun sampai ke depan dan hendak mengarahkan kamera, aku pun melihatnya, yah itu dia Abimanyu Kiana Putra, pria yang duduk bersebelahan dengan Aryo, aku pun cepat-cepat mengarahkan kameraku ke Aryo dan barisan keluarganya, aku sudah tidak memikirkan hasil foto yang didapat yang penting aku cepat-cepat bisa kembali ke tempat dudukku dan hampir saja aku terpeleset karena aku salah menginjak karpet yang khusus untuk jalannya pengantin.

“Gimana..gimana..siapa dia Kin..?” tanya mba’ Saskia ketika aku baru saja duduk.

“Hmm..nih lihat aja sendiri…” aku pun menyerahkan kameraku dan mereka pun sigap untuk merebut melihatnya.

“Yahhhh kaburr Kin…gak jelas ini…biasanya kamu kalo ngambil foto jelas, koq ini gak? Jangan-jangan kamu kenal orangnya terus sengaja bikin foto kabur supaya kita gak tahu....hayoo..”

“Ya jelaslah Kinanthi tahu orangnya, dia kan Abimanyu”  tiba-tiba Rey duduk disampingku dan menjawab pertanyaan dari kakak-kakak kembarnya.

“Abimanyu?...ohh ya…ya…” seakan sudah tahu mengenai ceritaku dan Abimanyu mereka pun tidak melanjutkan komentar mereka lagi dan bersiap untuk mengikuti ibadah yang akan dimulai.

Iringan lagu When God Made You yang dinyanyikan tim paduan suara turut mengiringi jalannya mempelai wanita yang digandeng oleh ayahnya serta keluarga mempelai wanita.

Suasana ini pernah kualami beberapa tahun lalu. Lagi-lagi seperti kilasan film, aku pun mengingat pertemuanku dengannya dulu di gereja ini. Tanganku pun merogoh laci tas tanganku.
Sapu tangan ini masih tersimpan disini.

“Kin…” bisik Rey.

“hmm..” mataku masih menatap ke depan.

“lo kangen ya…”

“sama?”

“yang tadi…”

“oh…biasa aja..”

“kalo kangen gak apa-apa koq..i’m ok..”

“udah ah Rey..berisik..”

“kebiasaan..”

“biarin”


Abimanyu
Kinanthi?
Apa itu tadi dia yang mengambil foto barusan? Aku gak salah lihat kan? Tapi dia kelihatan berbeda dengan rambut pendeknya.

Kinanthi

“Kin..ke situ duluan yuk..kayaknya enak tuh makanannya..” ajak mba’ Saskia dan mba’ Siska mengajakku ke stand makanan yang berada di samping gereja.

“yee…pengantennya aja belum masuk masak kita udah makan duluan?”

“maksud kami kalo pengantinnya udah masuk baru kita kesana…”

“oalah…ok..ok..eh bentar-bentar ada telpon masuk..aku kesitu dulu ya mba’..”

“iya..iya…nanti kesini lagi ya..”

“sip..”

Aku pun segera menjauh dari keramaian pesta resepsi yang memang sengaja diselenggarakan langsung usai pemberkatan, karena disamping gedung gereja ada bangunan khusus yang dibuat untuk acara-acara gereja termasuk gedung untuk pesta pernikahan jadi tamu bisa langsung segera mengikuti acara resepsi.

“Kinanthi?” aku pun dikejutkan dengan suara yang ada di belakangku.

“Oh..eh ya apa kabar Bi?”  Aku pun segera memasang tampang kalo aku baik-baik saja sekarang walaupun di dadaku aku merasakan deg-degan luar biasa. Pantesan mba’ Saskia dan mba’ Siska penasaran banget untuk tahu siapa dia, ya ampun kenapa dia tambah ganteng gini sih..

Aku pun menyalaminya.

“Kabarku baik sih…kamu?”

“Aku baik koq Kin..eh terus kenapa rambut kamu jadi pendek gitu?”

“oohh ini..gak papa sihh cuma pengen beda aja…”

“tapi kamu tetap cantik koq…”

“hah? Masak sih…? Haha..makasih loh pujiannya…kamu kapan balik dari Belanda?”

“udah dari 2 minggu lalu sih..”

“oh..wah cepat juga ya…2 tahun..ga kerasa ya?”

“hmm iya sih gak kerasa kalo kita merasa bahagia..tapi kalo sebaliknya 2 tahun itu berasa lama…”

Aku pun terdiam sesaat mencerna apa yang dia katakan barusan.

“Aku salah ngomong ya Kin?” 

“hmm enggak..enggak salah koq..”

“terus kamu tadi  datang sama siapa Bi?”

“sendiri sih….kamu gimana sama Rey..aku denger kalian mau nikah ya?udah sampe mana persiapannya? Kalo ada yang bisa aku bantu bilang aja..aku siap koq..”

“baik koq Bi..oiya…kita lanjut ngobrol nanti ya..aku mau ke toilet sebentar.”

“iya..aku kesana sebentar ya Kin..pada mau foto-foto disana..”

“ok..ok..ketemu disana aja ya..”

Abimanyu

Sepertinya ada yang tidak beres dengan Kinanthi. Matanya dari tadi tidak berani menatapku langsung ketika kami mengobrol tadi.

“oi bro…pa kabar lo” Rey pun mengagetkanku dengan tepukan di pundakku.

“eh kabar baik gw..lo gimana?” 

“baik-baik aja sih gw..eh udah ketemu Kinanthi?”

“udah koq tadi barusan, tadi dia bilang pamit ke toilet..”

“ohh..”

“terus gimana persiapan kalian? gw denger kalian mau persiapan buat nikah ya?”

“ooooh enggak koq Bi..”

“maksudnya? Gw pernah denger dari Aryo sih, itupun dia dapat kabar dari Eggie..”

“ooh Eggie..hmm emang sih bener gw sama Kinanthi udah ada rencana tunangan dan beberapa bulan kemudian kami bakal nikah namun semua rencana itu batal”

“batal? Kenapa? Karena Kinanthi?”

“enggak sih...itu keputusan dari gw ..Kinanthi sempat marah dan diemin gw karena gw batalin smuanya tapi gw tahu ini keputusan yang terbaik buat kami berdua. Gw gak mau maksain dia untuk hidup bareng ma gw seumur hidupnya, gw sayang ma dia, dan gw tahu dia juga sayang sama gw, cuma untuk jadi pasangan hidup, gw tahu hatinya dia untuk siapa dan itu bukan buat gw. Selanjutnya gw gak perlu jelasin lagi kan?”

“iya..lo gak perlu jelasin…”

“dan lo tahu Bi..dia sebenernya kangen ma lo..cuma lo tahulah dia gimana..gengsi buat ngomong..eh bentar dia pamitnya ke elo dari kapan?”

“dari 10 menit sih..”

“lo yakin dia ke toilet…? Soalnya tadi gw sempat lihat dia kearah depan…”

Tanpa menunggu lagi, aku pun segera mencari Kinanthi.


Kinanthi

Entah kenapa, pikiran dan kakiku lagi-lagi tak seirama. Inginku kembali ketempat resepsi tadi, tapi kakiku malah membawaku kesini menunggu bis transjakarta. Aku lupa kalo aku tidak membawa dompet tapi sepertinya ada beberapa uang receh di tas ini, selagi aku sibuk mencari uang receh.

“Udah pake uangku aja…nih mas 2 tiket ya..” 

Abi pun membayar uang tiket kami dan kami segera naik bus transjakarta yang sudah datang.

Beberapa penumpang sempat melihat kami  dengan aneh apalagi melihat Abi yang masih lengkap dengan jas dan dasinya.

“Kamu  lepasin aja jasmu..biar gak panas..sini aku yang bawa aja..” Aku pun menawarkan untuk membawakan jasnya karena dia tidak mendapat tempat duduk dan dia harus berdiri. Ia pun menurut untuk melepas jas dan dasinya dan membuka 2 kancing kemejanya yang menutupi lehernya”.

“ah lega…nih Kin.makasih ya..” iapun memberi jas dan dasinya.

“Iya..”

“Kamu kenapa gak bilang dari tadi sih Kin kalo kamu sama Rey…”

“ooh itu..udahlah gak usah dibahas…lagi rame banget ini..”

“gak papalah..mereka gak kenal kita juga..daripada aku ngomong berdua sama kamu, terus kamu kabur mendingan ngobrol disini…kamu mau kabur kemana coba..”

“ishh…”

“jadi….hati kamu masih milik aku nih?”

“idih…”

“hahhaa..udahlah ngaku aja..”

“kamu mau tahu hatiku milik siapa…”

“emang buat siapa?”

“hmm aku udah kasih ke orang yang pernah ngasih tempat duduknya ke aku beberapa tahun lalu waktu aku naik bus ini, waktu itu bus lagi penuh banget sama penumpang dan dia narik tasku untuk bilang kalo aku bisa duduk ditempat duduknya lalu dia pun berdiri.”

“hah?! Bentar-bentar…jadiii  gadis itu kamu…?! Pantesan aku pernah lihat kamu dimana waktu kita ketemu di kantor.."

“Yee..emangnya orang yang ngasi tempat duduk itu kamu..GR dehh….”

“disini banyak orang loh Kin..kamu tahu kan konsekuensinya kalo kamu ngeles lagi…”

“hahaa..iya iya..ampun…”

“ya udah yuk kita turun di perhentian berikutnya, aku udah ga sabar..”

“gak sabar untuk?”

“meluk kamu lagi….”

“idih…..hahha iyaa..iya ampun-ampun..sakit tahu..”


˜˜˜˜
Solo, 14 September 2016

Hari baru telah berganti ditandai dengan suara kokok ayam yang saling bersahutan..
Sang mentari pun mulai menampakkan semburat warna merah menghiasi langit yang perlahan meninggalkan pekatnya gelapnya malam..
Rembulan pun berpamitan untuk bersembunyi kembali di balik cakrawala..
Dan kamu..
Ya kamu...
Kamu yang dulu terpisahkan oleh jarak dan waktu..sekarang ada disisiku..tertidur dengan lelapnya disampingku..
Wajahmu menunjukan kedamaian yang membuatku tidak tega membangunkanmu sekarang.Entah sudah berapa kali pertengkaran akibat kesalahpahaman, sakit hati, kecemburuan serta sikap keegoisan kita masing-masing yang kita lewati tapi pada akhirnya kita bisa bersama.
Dengkuran suara halusmu bukanlah perusak tidur nyenyakku tetapi menjadi kebahagiaan  tersendiri untukku menandakan bahwa kau ada disini,bersamaku
Terima kasih sudah hadir dihidupku.

Selamat Pagi, sayang :*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemeran Utama (8)

Pria di Ujung Dermaga