Aku Ingin Pulang

...Kemanapun aku pergi., bayang-bayangmu mengejar bersembunyi dimanapun s'lalu engkau temukan aku merasa letih dan ingin sendiri....

Sayup-sayup ku mendengar lagu Ebiet G.Ade mengalun ketika pintu bus tertutup yang  menandakan bus akan segera berangkat menuju tujuan. Beberapa menit kemudian aku merasakan roda bus mulai bergerak meninggalkan terminal. Aku pun lalu memasukkan buku novelku ke dalam tasku, karena bila kuteruskan membaca kepalaku akan pusing dan perutku akan terasa mual jadi daripada kejadian itu terjadi padaku lebih baik aku mengambil langkah teraman demi kenyamananku sendiri. Perjalananku masih panjang dan aku tidak mau kemabukan merusak perjalananku. Setelah memasukkan novelku ke dalam tas, aku pun memandangi jendela untuk menikmati pemandangan di luar, aku bersyukur bisa mendapat tempat dekat jendela sehingga aku bisa leluasa  memandang keluar. Tapi entah kenapa bayangan itu pun datang lagi, bayangan masa lalu bersamanya muncul seperti kilasan film dari pertama aku bertemu dengannya  di atm center..sampai kapan pun aku tidak pernah melupakannya meskipun itu sudah terjadi 5 tahun silam. Waktu itu aku ingin mengambil uang di atm tetapi karena keteledoranku atmku tertelan, aku bingung dan panik karena hari itu adalah hari libur, padahal sejam lagi aku harus pergi ke luar kota dan uang yang ada di dompetku pun tidak cukup. Karena panik dan tidak tahu harus berbuat apa aku hanya terduduk lemas lalu menangis. Tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundakku, dan ia menanyakan apa yang terjadi padaku hingga membuatku menangis seperti itu tanpa rasa malu karena tidak hanya aku saja yang ada disitu tapi ada beberapa orang yang juga sedang mengantri. Aku pun tanpa ragu menceritakan apa yang terjadi, dan ia bersedia membantuku, entah kebetulan atau tidak, ternyata dia juga mau pergi ke luar kota tanpa kusangka pula tujuannya sama denganku. Singkat cerita kami pergi bersama, sejak itulah kami menjadi dekat satu dengan yang lain hingga dua tahun lalu aku memutuskan hubunganku dengan dia. Masih teringat jelas percakapanku dengan Arni ketika ia marah-marah padaku karena aku memutuskan Raya.

"Kamu udah gila ya Tam? mutusin cowok sebaik dan sesabar Raya dan bisa-bisanya kamu selingkuh dengan Dony yang playboy itu??!"

"Aku gak gila Ni!! Aku tahu apa yang kulakukan! Aku tahu Raya baik dan sabar ngadepin aku selama ini..tapi aku bosan Ni! aku bosan dengan dia yang selalu menuruti kemauanku! Aku bosan dia memperlakukan dengan sangat baik dan sopan..aku bosan dengan hubungan kami yang datar, aku ingin hubungan yang menantang Ni..dan itu tidak akan terjadi bila aku terus bersama Raya..!"

" Ya ampun Tam?! alasan apa itu??! hubungan yang datar?! hey! harusnya kamu bersyukur Tam, kamu punya Raya, kalo aku jadi kamu aku tidak akan menyia-nyiakannya..dan apa yang akan kamu dapat dari Dony?? kamu akan sakit hati Tam, dia tidak akan bertahan lama dengan kamu..aku yakin itu!"

"Tidak! Dony sudah berjanji, ia tidak akan berhubungan lagi dengan cewek-cewek itu dan aku percaya padanya!"

"terserah kamulah Tam, aku tidak tahu setan apa yang merasukimu sampai kamu menyia-nyiakan Raya, cowok baik dan sesabar itu..."! Dan aku juga menyayangkan kenapa dia bisa berhubungan denganmu sampai selama ini! kamu tidak pantas untuknya!!"


"  Ya udah ambil aja Ni!! daripada kamu sama Radit..tau deh kalian jadi nikah apa gak..aku ragu....

Plak.......

Pipiku pun  memanas dan sepertinya akan memerah.. aku sadar omonganku sudah melebihi batas sehingga Arni pantas menamparku.

"Apa kamu bilang Tam?! emangnya Raya barang? dan kamu bilang apa tadi aku tidak bisa menikah dengan Radit? ternyata aku benar ya Tam, kamu benar-benar sudah gila! Oke! mulai saat ini jangan anggap aku sahabatmu lagi..terima kasih Tam, kamu sudah menyadarkanku kalo selama ini aku salah menilaimu..aku pergi sekarang.."

"  Ya udah pergi aja...!"


 Mengingat kejadian 2 tahun lalu antara aku dan Arni tanpa terasa air mataku mulai menetes dan lama-lama semakin deras. Tenggorokan terasa sakit karena aku menahan suaraku. Hatiku terasa sakit, aku kehilangan kekasih yang begitu baik dan sabar menghadapi keras kepalaku serta keegoisanku, pada saat yang sama aku juga kehilangan sahabat terbaikku, sahabat yang selalu ada untukku, sahabat yang tak pernah meminta pamrih, sahabat yang selalu mendengarkan curhatanku walaupun aku tahu masalahku tidak seberat dengan masalah yang menimpanya. 3 tahun lalu Arni harus dioperasi karena kanker rahim yang dideritanya sehingga rahimnya harus diangkat, saat itu dia begitu depresi dan Raditlah yang terus menyemangatinya meskipun begitu hubungan mereka masih belum direstui orang tua Radit karena mereka menginginkan keturunan dari istri Radit kelak tetapi itu tidak akan terjadi bila Radit kukuh menikahi Arni, itulah sebabnya aku sadar omonganku sudah melebihi batas ketika Arni menamparku waktu itu.


 
Ku tanya pada siapa...
Tak ada yang menjawab..sebab semua peristiwa hanya di rongga dada...pergulatan yang panjang dalam kesunyian
Aku mencari jawaban di laut...Ku sadari langkah menyusuri pantai..Aku merasa mendengar suara..menutupi jalan.
Menghentikan petualangan..du..du..du
  

Jujur saja aku juga bingung dengan kejadian yang menimpaku 2 tahun lalu, setelah kejadian itu..hidupku pun dipenuhi dengan masalah yang beruntun hingga membuatku depresi. Dony yang berjanji akan membahagiakanku malah membuatku tertekan lahir maupun batin. Pada awal hubungan kami dia begitu baik lama kelamaan sifat aslinya muncul, dia suka menampar dan memukulku bila aku berbuat salah tetapi anehnya aku tidak dapat berbuat apa-apa, badanku pernah memar karena ia mendorongku ke tembok ketika ia tahu aku smsan dengan Tio, padahal Tio waktu itu hanya mengajakku membantunya menyelesaikan pekerjaan di kantor disebabkan ibunya sakit sehingga dia tidak bisa berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaannya. Mataku juga pernah bengkak karena ia menonjokku, lagi-lagi ia cemburu melihat Tio mengantarku pulang, tetapi aku hanya bisa diam saja dan berharap suatu saat dia akan berubah. Hingga pada suatu saat aku berani melawannya ketika ia hampir memperkosaku, waktu itu aku sudah tak berdaya tetapi dengan sisa-sisa kekuatanku aku pun memukul kepalanya dengan botol bir. Kejadian itu pun berakhir di kantor polisi, Dony pun dipenjara lalu aku dibawa orang tuaku ke rumah sakit untuk menyembuhkan luka-luka di tubuhku. Karena trauma yang kuhadapi, aku menjadi pendiam, pandanganku seringkali kosong, badanku memang sakit tapi hatiku lebih sakit, aku meminta orang tuaku untuk merahasiakan hal ini dari siapapun, sebulan kemudian aku pun berpamitan untuk mengasingkan diri sekaligus menyembuhkan traumaku. 

Aku pun pergi ke suatu desa, dimana aku dan Arni pernah menginap di salah satu rumah warga ketika kami KKN dulu. Aku beruntung keluarga Pak Sarmin dan Bu Yati juga Retno anaknya masih mengingatku dan menerimaku tinggal bersama mereka. Mereka tidak terlalu banyak bertanya mengapa aku tiba-tiba datang ke rumah mereka tanpa pemberitahuan, mereka sepertinya menunggu aku bercerita sendiri tanpa harus ditanya. Aku merasa nyaman tinggal bersama mereka dan kenyamanan itu membuatku bercerita sendiri tanpa mereka harus bertanya. Aku bercerita apa yang terjadi padaku yang membuatku tiba-tiba datang dan tinggal bersama mereka. Ketika ku selesai bercerita, mereka pun memelukku serta memberikanku semangat, jujur aku langsung menangis sekeras-kerasnya, emosiku tak dapat tertahankan lagi. Aku merasa lega aku bisa bercerita pada mereka, aku menganggap mereka adalah keluarga keduaku, dan hari ini ketika aku sudah merasa sudah kuat menghadapi dunia, aku pun berpamitan dengan mereka. Aku berjanji bahwa aku akan sering-sering mengunjungi mereka. Saking baiknya mereka padaku, aku pun diberi oleh-oleh dari hasil kebun mereka, ketika berpamitan aku pun menelpon ibuku untuk membersihkan kamarku karena aku akan sampai dirumah pada sore hari.


Kemanapun aku pergi..Selalu ku bawa-bawa 
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku 
Masih mungkinkah pintumu ku buka 
Dengan kunci yang pernah kupatahkan 
Lihatlah aku terkapar dan luka 
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa


 "Nak, kalo mau nangis, nangis aja..daripada ditahan.." Aku kaget mendengar suara seorang ibu disebelahku karena aku kira dia tertidur. Apa dia terbangun karena suara isakanku ya?

"Eng..maaf bu, ibu kebangun karena saya ya?"

"Enggak koq..saya lihat dari tadi kamu lihat ke jendela, tapi pandangan kamu sepertinya kosong dan berulang kali mengusap air matamu.."
 
"Ibu melihat saya dari tadi?"

"Setiap orang pasti pernah punya masalah, tapi yakinlah semua akan baik-baik saja, waktu adalah obat yang tepat.."

"Tapi bu kesalahan saya sangat besar sekali, rasa bersalah ini mengganggu saya, saya telah menyakiti orang-orang yang menyayangi saya..saya sadar kesalahan saya tidak dapat dimaafkan tetapi saya butuh mereka saat ini..apakah mereka akan memaafkan saya?" air mataku pun mengalir kembali dan tanpa tersadar isakan tangisku mulai menarik perhatian orang di belakangku, aku pun menutup mulutku dengan tangan. Ibu itupun lalu refleks memelukku dan menepuk punggungku dengan perlahan. Ah..tepukan itu..mengingatkanku padanya, ia selalu menepuk punggungku ketika ku menangis dan ia selalu mampu meredakan tangisku dengan pelukannya. Akankah dia memaafkanku??

"Tenanglah Nak..dia akan memaafkanmu..yang kamu butuhkan sekarang adalah pulang padanya.."


Aku ingin pulang uhuu 
Aku harus pulang uhuu 
Aku ingin pulang uhuu 
Aku harus pulang uhuu 
Aku harus pulang...

Beberapa jam kemudian, ketika ku terbangun, aku tidak melihat ibu yang berada disampingku. Aku pun menanyakan pada orang yang diseberangku, dan ia bilang bahwa ibu itu sudah turun duluan,orang itu bilang kalo ibu itu mau pamit padaku tetapi ia tidak tega membangunkanku.
Tak lama kemudian aku mendengar kenek bus memberitahukan bahwa kami akan sampai di tujuan. Aku pun bersiap-siap menurunkan barangku dari tempat barang yang berada diatas.

Ketika sampai di terminal, aku pun menaiki becak dan setelah mengatakan tujuanku serta harga yang biasa aku bayar bila ke rumahku, abang becak itu pun akhirnya bersedia mengantarkanku pulang ke rumah.


Aku menikmati perjalananku menuju rumah, dengan melihat pemandangan serta merasa lega bahwa aku sudah bisa pulang.

Dalam perjalanan hampir sampai rumah aku merasa kaget dengan pemandangan di halaman rumahku, aku melihat sesosok pria berdiri di halaman rumahku, hingga akhirnya becak berhenti pun, aku masih tidak sadar dengan pemandangan didepan halaman rumahku.

Pria itu adalah Raya..Yah dia Raya..tidak salah lagi..dia masih Raya yang dulu tetapi sepertinya dia kurusan dan tampak ada sedikit kumis serta janggut tumbuh didagunya padahal biasanya dia rajin mencukur kumis dan janggutnya. Tetapi ada satu yang tidak berubah adalah tatapan matanya yang bersinar dan penuh cinta itu memandangiku.

Dengan suara yang pelan dan masih kaget dia ada didepanku aku hanya memanggil namanya..

"Raya.........."

Tak lama kemudian aku sudah berada dalam pelukannya, pelukan yang hangat itu..pelukan yang membuat aku nyaman..pelukan yang aku rindukan..aku merasakannya lagi...
Air mataku pun berjatuhan..dan aku menangis lagi...
Pelukan Raya pun semakin erat dan ia menepuk punggungku seperti yang biasa ia lakukan padaku dulu.
  

"Raya..aku minta maaf..aku......" Aku tidak mampu meneruskan perkataanku karena Raya langsung menciumku dengan lembut...

"Tam, gak usah bilang apa-apa lagi..aku sudah tahu semuanya...udah yaa..jangan nangis lagi.."
  
 Aku pun memeluknya lagi dan membenamkan wajahku di dadanya..aku merasakan wangi tubuh Raya lagi..

"Raya...aku pulang...terima kasih kamu selalu menjadi rumahku..."







(Tulisan ini terinspirasi dari lagu Aku Ingin Pulang-nya Ebiet G. Ade yang kudengar dari bus Damri kemarin ketika ku pulang dari Bandara Juanda, suasana pagi yang mendung serta lambatnya jalannya bus ketika meninggalkan bandara membuatku terinspirasi untuk membuat tulisan.
Ingat kisah ini 70 % fiktif belaka dan aku jamin tulisan ini benar-benar originil dari pikiran dan imajinasiku, kalaupun ada kemiripan kisah dari orang-orang yang kalian kenal itu benar-benar ketidaksengajaan.
Akhir kata selamat menikmati tulisan ini..^_^
                                                                                                         Surabaya, 11 November 2014




                                                                                            


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan