Talk Less Do More (19)

Talk Less Do More merupakan salah satu tagline dari salah satu iklan rokok yang sudah mempunyai nama besar di Indonesia. Kalian termasuk aku pasti sering melihat, membaca dan menggunakan tagline tersebut dalam percakapan sehari-hari.

Aku sengaja memilih tagline tersebut sebagai judul postinganku hari ini. Awalnya bukan judul ini yang aku pilih, aku tadi sempat kepikiran bikin judul Dendam Positif. Tapi aku rasa kata dendam mengandung unsur yang negatif, jadi kalo aku gabungkan dengan kata positif koq rada anehaa yaa alias aneh banget, ya itu menurutku sih. 

Jujur saja sebenarnya sudah lama aku ingin menuliskan pengalaman hidupku yang berkaitan dengan judul postingan hari ini, tetapi baru kali ini aku punya kesempatan untuk menulisnya. Tujuan tulisan ini bukannya mau sok-sok nasehatin, nyombongin diri maupun ngomongin orang tetapi yang selalu aku tekankan ketika kalian membaca tulisan ini adalah kita sama-sama saling berbagi satu sama lain dan bisa saling menguatkan. Aku harap tulisan ini bisa menginspirasi kita semua yaa..:D

Ah sudah dulu basa basinya, mari dengarkan ceritaku ^.*

Jadi gini neh aku tuh punya 3 pengalaman hidup yang bener-bener ngepas banget ma judul postingan hari ini.

  1. Ketika aku masih SMA, aku diperhadapkan dengan 2 pilihan jurusan yakni Hukum dan Psikologi. Teman-temanku nyaranin kalo aku mending milih Psikologi aja, mungkin mereka melihat aku punya bakat dalam memahami orang. Tetapi akhirnya aku milih jurusan Hukum dengan pertimbangan aku akan punya banyak link ke alumni-alumni untuk bidang pekerjaanku nanti, dan juga aku gak akan repot dapat buku karena aku pikir papa pasti akan menurunkan buku-bukunya ke aku, maklum papaku dan saudara-saudara papaku  memang punya gelar S.H di belakang namanya, mereka juga dulu berkuliah di FH di salah satu universitas terkenal di Salatiga. Nah berdasar pertimbangan itulah aku mantap memilih jurusan FH sebagai jurusan yang aku pilih, eh waktu aku cerita ke teman-teman dekatku, ada salah satu temenku yang nyeletuk, kamu yakin mau pilih jurusan itu? ga nyesel nantinya? aku bilang kenapa dia sampe ngomong gitu? Terus dia bilang kamu ngomong di depan umum aja gak bisa, apalagi anak-anak hukum terkenal dengan debat dsb, aku gak yakin kamu bisa, waktu denger dia ngomong gitu rasanya sebel, nyesek, mau aku balas omongannya tapi ntar hubungan kita jadi gak enak jadi aku diamkan saja. Waktupun berlalu, aku lulus dari S1 selama 5 tahun dengan nilai skripsi yang memuaskan yakni AB lalu aku melanjutkan S2 ku selama 1 tahun 10 bulan dengan nilai tesis A. Waktu aku kasih tahu kalo aku sudah lulus dia memujiku dan bilang "kamu hebat ya udah punya 2 gelar di belakang namamu, gak nyangka ih" . Iya aku juga gak nyangka dan masih gak percaya juga aku sudah punya 2 gelar dibelakang namaku, itu bukan hasil usahaku tetapi  ini juga hasil pekerjaan Tuhan. Aku ingin mengingatkannya tentang omongan dia waktu itu, namun buat apa? malah nanti dikira aku sombong, yang penting aku sudah membuktikan jurusan yang aku pilih itu tidak salah
  2.  Waktu aku ikut program pertukaran mahasiswa ke Jepang di kampusku tahun 2008 lalu. Aku terpilih dari beberapa mahasiswa yang ikut program pertukaran tersebut. Kebetulan ada teman SMAku yang juga pernah mengikuti program di tahun sebelumnya serta menceritakan pengalamannya selama di Jepang, dia gak tahu kalo aku sebentar lagi akan mengikuti seleksinya dan ternyata aku lolos. Pas ketemu dia lagi ya karena dia sebagai alumni yang datang buat ngasi comment, dia kaget aku ada sebagai peserta, dia bilang "loh va, koq gak bilang-bilang sih kalo ikutan?" Aku bilang aja "emang sengaja gak bilang, kalo udah bilang tapi gak masuk aku jadinya ntar ga enak sendiri". Temanku ini malah bilang "oalah jadi pas kamu nanya-nanya itu kamu lagi mau proses seleksi ya?".  Aku cuma senyum-senyum aja. Di program itu aku bener-bener banyak belajar hal dari belajar dance, traditional dance, masak,juga presentasi dalam bahasa inggris, semua itu akan kami tampilkan ketika kami berangkat kesana. Bekerja dalam tim memang tidak mudah, apalagi dari 12 peserta itu, 7 pesertanya pernah ikut program itu juga tetapi waktu penyelenggaraannya di Indonesia, jadi mereka lebih tahu segala seluk beluk untuk persiapan program itu dibanding kami 5 orang baru ini. Nah cerita dimulai ketika kami waktu itu sedang mau persiapan untuk belajar bagaimana mempresentasikan presentasi dalam bahasa inggris, jujur waktu itu aku sedang ketakutan juga khawatir kalo-kalo aku gak bisa mengikuti kelas ini, pokoknya lagi ga mood bangetlah. Kebetulan waktu itu ada kk alumni yang akan mengajar kami itu, manggil nama kami satu persatu, untuk mengabsen sekaligus mengingat nama kami, apalagi kami ber 5 yang baru mengikuti program ini, dia ingin mengenal kami dengan cara menyebut nama. Tiba giliranku, sii kk ini lupa dengan namaku, dia melihatku sebentar lalu menanyakan namaku dengan nada yang ramah, aku lalu menyebutkan namaku, aku pikir maklumlah dan wajarlah dia lupa, ketemu juga baru sekali dua kali. Tapi ada salah satu dari peserta, dan dia waktu itu ditunjuk sebagai student leader dengan nada sok-sokannya bilang "eh va, namamu mungkin bakal terlupakan deh, aku dah bisa nebak, kamu gak bakal diinget, aku sih feeling aja" .Dalam hati "Bah!! sok-sokan bangett orang satu ini, atas dasar apa dia omong gitu ke aku.." moodku seketika jadi beneran badmood+emosi tingkat dewa. Aku jadi gak mood ikut kelas hari itu, dan ketika pulang kelas, dimana aku sedang bersama dengan 2 temanku yang lain yang juga sama-sama baru juga ikut program. Salah satu dari mereka tanya "kmu koq diam dari tadi va? ada apa? dia nanyanya pelan sih tapi pertanyaannya itu ibarat jarum yang ditancepin ke balon yang penuh dengan air. Seketika itu meledaklah tangisku, mereka kaget dan akhirnya kami saling curhat. Mereka bilang udahlah gak usah didengerin perkataan si manusia itu, tunjukin kamu bisa. Sejak kejadian itu aku pun mulai bersemangat dan menunjukkan totalitasku sebagai peserta, saking totalitasnya aku pernah beradegan sebagai orang nyasar demi kesuksesan klip presentasi grupku, di klip itu aku diberi nama samaran. Singkat cerita, presentasi kami lancar, aku semakin dikenal diantara para peserta Ind dan Jpg sebagai peserta paling all out, gila, narsis dan udah gak malu-malu mengungkapkan pendapatku. Kalo flashback ke belakang,  aku berasa lucu aja kalo ingat-ingat lagi tentang perkataan manusia sok2an itu, ternyata omongan dia malah bikin aku semangat untuk menunjukkan kemampuanku, aku jadi tertantang untuk membuktikan aku bisa dikenal orang. Yah walaupun omongan dia ada benarnya juga, mereka memang mengenalku serta mengingat nama asliku tapi sebagian besar dari mereka malah mengingat nama samaranku.:P
  3.  Aku jadi teringat percakapan di chatting FB dengan salah satu temanku. Waktu itu kita sedang ngobrol kalo dia masih bingung mau datang ke pesta nikahan di luar kota. Dia bilang kalo dia datang lumayan untuk bikin status Fb klo dia akan check in di hotel terkenal, maupun foto-foto dengan orang-orang penting. Aku gangguin aja " ya datang aja, siapa tahu dapat jodoh disana" aku ngomong gitu karena dia emang udah lama ngejomblo, dan mungkin bisa jadi kesempatan dia buat ketemuan ma orang-orang baru (jujur pas ngomong ini, aku gak da kepikiran buat ledekin dia). Eh dia malah bilang "terus nanti jadi bakal bahan cerpenmu dong hahaha lol". Pas aku ngebaca aku jadi mikir ni anak maksudnya apa ya ngomong gitu? bercanda apa nyindir, karena emang sih dia tahu aku suka ma cerita-cerita di FTV dan aku juga bikin cerpen-cerpen, dia pernah bilang hal-hal itulah yang suka bikin ak gak move on..hedeh hubungannya apa coba move on sama nulis?? ya udah aku bilang aja "kenapa sih? koq kayaknya males banget kalo aku bikin cerita?" Dia bilang ya berarti bukan disitu bakatnya, kamu bakatnya jadi penyanyi" . Ini muji, nyindir? apa gimana sih? Maksudnya aku gak bakat bikin cerita?. Kalo dia bilang aku cocoknya jadi penyanyi, kayaknya mungkin dia nyindir juga lha wong selama ini aku cuma berani nyanyi di karaoke aja koq itupun sama dia juga. Mungkin karena dalam pemilihan lagu-lagu di karaoke,aku terlalu larut kali ye makanya dia bilang bakatku di nyanyi? Tapi ya sudahlah aku pun mengubah topik pembicaraan kami, daripada berkelanjutan. Singkat cerita, sekarang aku sudah punya blog, aku bebas bercerita serta dari cerita-ceritaku itu banyak yang memberi comment positif padaku untuk aku tetap melanjutkan menulis. Menurutku menulis itu gak perlu bakat, tetapi bagaimana kita mampu menunjukkan keberanian kita menuangkan pikiran-pikiran dalam satu tulisan yang jujur. Kalau mau kosakata kita bertambah juga supaya tulisan kita bisa berkembang, jangan takut untuk bertanya serta banyak membaca.

Setelah membaca cerita-cerita tadi, aku harap kalo kalian menemui orang-orang yang menganggap kita gak bisalah, ga mampu, bahkan meragukan kemampuan kalian. Tunjukkanlah kemampuan kalian. Gak usah merasa sakit hati berkepanjangan, jadikanlah omongan mereka sebagai tantanganmu untuk membuktikan kamu itu bisa dan mampu. Rata-rata yang memandang kamu gak bisa apa-apa itu  malah  biasanya datang dari orang terdekat kita, mungkin orang tua, saudara, sahabat, maupun teman kita.  Itulah yang sering bikin kita sakit hati sendiri, tapi tetap berjuang, tetap semangat dan tunjukkan ke mereka kalo omongan mereka SALAH BESAR. Pada akhirnya ketika kamu berhasil, mereka juga akan menunjukkan respek mereka terhadapmu, percayalah! waktu itu akan tiba.! :D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan