New Life at My Hometown
Tak terasa sudah 31 hari kita
hidup di tahun yang baru yakni di tahun 2014, apa yang kalian rasakan? Apakah
ada yang berbeda dengan tahun sebelumnya atau tetap sama saja?
Nah pada tulisanku ini bila
dilihat dari judulnya kalian pasti ingin tahu apa yang terjadi pada kehidupanku
di tahun yang baru ini (GR banget yaa aku heheeheh…)
Baiklah kali ini aku akan
bercerita kenapa aku sekarang mulai tinggal di Kupang, di kota kelahiranku,
kampung halamanku.
Sebenarnya keputusan untuk pindah
ke Kupang sudah diputuskan dari tahun lalu, rencananya aku akan pindah setelah
1 tahun aku bekerja di Surabaya tetapi karena ada sesuatu dan lain hal yang
tidak dapat aku ceritakan disini membuat aku berkeputusan untuk meninggalkan
kota Surabaya dan memulai kehidupan baru di tahun yang baru di kampung
halamanku. Hampir 4 bulan berada di Surabaya membuatku sedikit berat untuk
meninggalkan kota yang dikenal dengan kota Pahlawan itu. Aku sudah mulai merasa
dekat dengan teman-teman kostku yang sudah seperti saudaraku sendiri, dengan
mereka aku bebas menjadi diriku sendiri, dan mereka pun menerimaku dengan apa
adanya diriku. Kebersamaan kami yang aku bilang terbilang singkat tidaklah
terasa karena aku seperti sudah mengenal
mereka selama bertahun-tahun. Begitu juga dengan teman-teman kantor, aku sudah
merasa “klik” dengan mereka dan mulai menunjukkan apa adanya diriku. Aku
bersyukur selama 3 bulan bekerja di kantor, aku diajarkan banyak hal yang tidak
aku ketahui sebelumnya walaupun pernah ada masalah dengan salah satu dari
mereka tapi membuatku belajar dari kesalahanku sehingga aku menjadi lebih
berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Itulah sebabnya ketika pada saatnya aku
berpamitan dengan mereka di kantor aku menahan air mataku untuk tidak tumpah
tetapi akhirnya pertahananku runtuh juga, air mataku tak berhenti mengalir
sepanjang perjalananku dari kantor ke kost yang menghabiskan waktu 15 menit.
Selama beberapa bulan di
Surabaya, banyak juga pengalaman rohani yang aku rasakan dan aku bersyukur pula
meskipun aku baru 2 x ikut P.A wilayah aku merasa sudah menjadi bagian dari
mereka sejak lama.
Banyak kenangan dan pengalaman
yang aku alami selama berada di Surabaya dan ketika aku sadar aku tidak hanya
akan meninggalkan kota Surabaya tetapi juga kota Salatiga yang sudah kuanggap
sebagai kampung halaman kedua. Tetapi ya sudahlah aku tahu memang inilah
saatnya aku harus mulai mengabdi di kota kelahiranku. Aku harus berbagi ilmu
yang telah kudapat selama aku berada di pulau Jawa dan membangun kampung halamanku.
Hari keberangkatan pun tiba
tetapi aku sudah tidak merasa galau lagi, aku yakin Tuhan akan selalu memberi sukacita
serta keberanian untuk aku memulai kehidupan baruku di kota kelahiranku.
Sesampainya di Kupang, aku pun merasakan janji-janji Tuhan yang manis itu. Aku
tiba di Kupang pada hari Kamis 16 Januari 2014 dan keesokan harinya aku sudah
mulai bekerja. Meskipun baru 1 hari bekerja aku tidak merasa terlalu canggung
harus melakukan apa dan tidak menjadi pendiam ketika dulu aku baru pertama kali di Surabaya. Teman sesama
karyawanku pun tidak segan-segan membagikan pengalaman dan ilmunya kepadaku,
aku juga jadi cepat membaur dengan mereka.
Yang menarik di kota ini dan
tidak kutemui di kota yang pernah aku tinggali adalah rasa kekeluargaannya dan
rasa kepeduliannya. Contohnya adalah ketika mereka menanyakan nama keluargaku
dan aku menyebutkannya maka tak sampai pertanyaan kedua mereka akan tau
siapa-siapa saja yang menjadi keluargaku. Memang sih nama keluarga papa mamaku
dikota ini memang sudah banyak dikenal dan kebanyakan dari mereka ada yang
bekerja sebagai akademisi di salah satu universitas swasta. Bahkan kedua teman
karyawanku mengenal salah satu anggota keluargaku karena mereka pernah menjadi
mahasiswa di kampus tersebut dan anggota keluargaku itu berprofesi sebagai
dosen.
Selama hampir 2 minggu bekerja
dikota ini aku merasakan sukacita hingga mamaku sempat heran setiap pulang
kantor aku tidak menunjukkan wajah lelah. Aku pun jadi mengerti inikah rasanya bila
kita bekerja dengan hati dan tidak berada dibawah tekanan, hati kita diliputi
sukacita meskipun kita bekerja seharian.
Dalam kehidupan memang tidak
seluruhnya jalan kita akan mulus, aku juga menemui beberapa hambatan disini
yang membuatku berpikir bagaimana caranya aku dapat membagikan ilmuku yang
telah kudapat selama aku bersekolah dan bekerja di pulau Jawa dengan cara yang
dapat mereka terima. Karena jujur saja sebagian besar orang-orang di kampung
halamanku mereka mempunyai karakter agak “keras kepala”, susah untuk menerima
perubahan,suka menunda-nunda pekerjaan yang menurutku udah akut.
Karakter-karakter itu berbenturan sekali dengan kepribadianku tetapi aku harus
menghadapinya demi kebaikan bersama.
Ada satu pengalaman yang
membuatku merasa sedikit kesal dengan karakter-karakter yang sudah aku sebutkan
diatas. Pada suatu waktu aku pernah memberi tahu salah satu karyawan bahwa hal
yang benar tuh harusnya seperti ini bukan seperti itu agar di kemudian hari
tidak timbul masalah tetapi bukannya berterima kasih atas kritikanku, aku malah
mendapat tanggapan seperti ini. “Nona,
kalo mau bikin aturan, nanti sa nona kalo nona su punya kantor, nona terapkan
sendiri ee..ketong su terbiasa dengan aturan ini”(nona, kalau mau buat aturan,
nanti aja kalo nona udah punya kantor, nona terapkan sendiri, kita sudah
terbiasa dengan aturan yang ini). Reaksiku saat itu hanya tetap tersenyum manis
padahal dalam hati gemesnya minta ampun, diajarin yang benar malah gak mau.
Melalui kejadian itu aku jadi
tertantang untuk tetap berusaha memberitahukan aturan yang benar dengan cara
yang lain. Aku mulai belajar mengamati dan mendekati mereka secara personal
agar aku dapat memberitahukan mereka secara perlahan-lahan tanpa membuat mereka
merasa terganggu. Aku tahu butuh waktu yang lama dan proses tetapi aku yakin
bila berjalan bersama Tuhan semuanya akan lancar.
Ceritaku diatas barulah
segelintir cerita yang aku alami di kota ini, akan ada cerita-cerita lain yang
akan aku bagikan pada kalian. Jadi tunggu sajaa yaaa….:)
Kupang, 31 Januari 2014
Komentar
Posting Komentar