Dunia Baru di Kota yang berawalan S (lagi dan lagi)

Hai-hai selamat bertemu kembali :)

Rasanya sudah lama banget gak nulis, dan di bulan September ini baru ada 3 tulisanku yang aku posting di blogku ini, padahal di bulan Agustus ada 64 tulisan lhoo...busett jauh kali yaa perbandingannya. Yah memang kuakui sejak berakhirnya aku mengikuti tantangan #ajakanmenulissetiaphari dan #ceritadarikamar yang memang ketentuannya aku harus menulis setiap hari maka sejak itu pula niat menulis setiap hari pun perlahan aku tinggalkan sementara. Yah hanya sementara sih yah mungkin kalo ada ajakan yang mirip-mirip kedua tantangan proyek menulis itu, aku mungkin 80 % akan ikut, seru aja ada tantangannya atau bisa juga aku bikin proyek nulis sendiri tapi entah kapan aku jalanin apa minggu depan aja kali ya? Kan udah bulan Oktober tuh, gimana ada yang tertarik buat ikutan? tapi aku masih bingung judul proyek penulisannya ku tulis apa ? Kalau ada yang punya ide kasih tau ya...
 Aku tinggalin dulu deh ide untuk ngomongin proyek tulisan ya karena tujuaanku nulis postingan ini ku mau mau cerita tentang kehidupan baruku di kota yang berawalan S ini.

Aku pikir sepertinya yah bukan sepertinya lagi sih tapi memang Tuhan memang menjodohkanku dengan kota yang berawalan dengan kota S. Kenapa aku bilang begitu? ya karena 
  1. Aku tinggal di kota Salatiga sejak aku mulai bersekolah di SMA Laboratorium Kristen Satya Wacana pada tahun 2002 hingga aku menempuh gelar S1 ku di FH UKSW
  2. Tahun 2011-2013, 1 tahun 10 bulan aku terhitung menjadi mahasiswa Magister Kenotariatan Undip di kota Semarang.
  3. Dan saat ini sejak dari tanggal 18 September lalu, aku pindah ke Surabaya untuk bekerja di kantor Notaris selama 2 tahun. Pekerjaan ini juga sebagai syarat aku bisa membuat kantor sendiri di kota yang entah sampai sekarang masih jadi pergumulanku.
Sudah hampir seminggu aku di kota ini. Aku berangkat  hari Rabu tanggal 18 September ditemani mamaku, dan pada Senin lalu mamaku pun pulang. Sempat homesick sesaat setelah mama pulang ke rumah, karena biasanya ketika aku di Semarang, aku bisa pulang kapan saja kalau aku kangen rumah. Tetapi sekarang aku bisa merasakan jadi anak kost seutuhnya.

Yang membuat aku heran hingga saat ini, sudah seminggu ini pula aku belum punya teman kost yang kukenal akrab. Kalau kenalan sih udah ada 3 orang itupun hanya karena aku tidak sengaja bertemu di dapur atau ketika mereka sedang lewat aku menanyakan gereja yang terdekat dimana, selebihnya hanya tersenyum saja ketika aku sedang berpapasan dengan mereka. Entah kenapa aku bisa kembali jadi  pemalu begini, padahal biasanya aku bisa SKSD sama orang dan bisa cepat akrab dengan orang asing.

Apa mungkin karena lingkungan kostku dulu yang serba cuek dan juga kost campuran yang membuatku jadi malas berkenalan dengan orang baru? Padahal kostku yang baru ini penghuninya semua perempuan, jadi sepertinya enaklah bisa bebas kenalan dan cerita. Ah aku tidak tahu, mungkin aku saja yang musti belajar untuk berani berkenalan dan menghancurkan "tembok rasa malu"ku.

Di kota ini, harga-harga kebutuhan pokok 2x lipat dari harga-harga di Salatiga, aku sempat shock juga dan membuatku berhemat untuk makan di luar. Untungnya kemaren mamaku mengirimkanku paket makanan dari Salatiga sehingga aku bisa sesekali saja makan di luar.

Merasakan anak kost sesungguhnya juga aku rasakan ketika aku sakit dan jauh dari keluarga. Kemarin karena terlambat makan, aku jadi masuk angin, badanku dingin sekali padahal aku sudah mematikan AC, perutku terasa mual dan (maaf) akhirnya semua makanan kukeluarkan di wc. Hari ini juga sempat tidak bisa makan banyak seperti biasanya, aku menyisakan mie karena aku hanya butuh kuahnya saja untuk memakan nasi yang masih ada dimagic com. Selain itu aku juga menyisakan nasi serta sup ketika aku makan di luar. Aku merasa perutku tidak bisa menyimpan semua asupan makanan itu daripada kukeluarkan lagi mending tak kuhabiskan saja.

Mamaku pun berpesan kalau harus jaga diri dan mengurus diriku baik-baik, jangan sampai terlambat makan karena memang sepertinya aku punya gejala sakit maag karena pola makanku di Semarang juga tidak baik.

Aku tidak mau sakit.
Aku tidak mau merepotkan banyak orang.

Dan di kota ini aku mau belajar untuk lebih mandiri serta bersiap memasuki dunia kerja.

Perubahan ini sempat membuatku merasa takut dan ragu tetapi aku jadi teringat postingan blog dari mas @byotenega tentang Perubahan. Ia bilang Perubahan itu seperti Domba yang berbulu Serigala bisa dilihat postingan disini http://byotenega.wordpress.com/2013/09/06/perubahan-adalah-domba-berbulu-serigala/ selain itu dikuatkan pula dengan renungan firman yang aku baca bersama mama pada hari Senin pagi sebelum mama meninggalkanku untuk pulang Salatiga. Renungan itu diambil dari Firman Tuhan Yohanes 16:21 dari buku Renungan Harian Suluh Harian. Judul Renungan berjudul Sukacita Kemudian. Renungan itu bercerita mengenai Proses Hidup yang harus dijalani oleh kita sebagai manusia, seperti perjuangan seorang ibu ketika melahirkan bayinya, perjuangan seorang murid mengerjakan tugas-tugasnya tetapi rata-rata dari setiap perjuangan itu berakhir dengan kebahagiaan. Begitu pula dengan kehidupanku yang sekarang, sempat semalam sebelum mama pulang, aku bertanya kepada mamaku, "Ma, kira-kira bosku tuh galak gak ya? Bisa gak ya aku lewatinnya?" Dan pertanyaan-pertanyaan lainya yang memperlihatkan kekuatiranku. Dan seperti biasa mamaku menenangkanku dan mengingatkanku mengenai perjuangan-perjuangan yang pernah aku lewati sebelumnya. Aku pernah menuliskan kisah perjuangan hidupku di sini..kalo yang belum baca silahkan dibaca :) semoga menginspirasi ya :) https://www.facebook.com/notes/elva-pauline-yustisia-rafael/aku-dan-coretanku-just-for-share-/461075256307

Ketika membaca firmanNYA, mamaku pun menasehatiku kalau aku tidak boleh takut dan khawatir untuk perubahan yang akan terjadi dalam hidupku. Jikalau aku menemui kesulitan ketika aku bekerja nanti anggap saja aku sedang dibentuk menjadi manusia yang lebih baik lagi sehingga pada suatu saat aku tidak akan mengulang kesalahan ketika suatu saat aku akan membuka kantorku sendiri. Aku juga harus pandai  mengurus diriku sendiri dari urusan makan, berpakaian, bertingkah laku dsb karena dunia kerja beda dengan dunia kuliah. Aku diharuskan untuk selalu tampil bersih dan rapi karena urusanku nanti akan berhubungan dengan orang banyak. Kuakui mamaku memang paling detail mengurusi segala kebutuhanku dan menenangkanku dengan nasehat-nasehatnya.

Dan sekarang aku makin bersemangat menyambut kehidupan baruku di kota S ini.
Kiranya kasih Tuhan senantiasa menaungiku dan juga keluarga tentunya kalian juga yaa...
:)

Sekian ceritaku pada hari ini.



 
 





 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Bantal Kesayangan (24)

Pemeran Utama (8)

Proses Peremukan